You are hereArtikel Misi / Tragedi Perang di Uganda

Tragedi Perang di Uganda


Selama dua puluh tahun, Uganda bagian utara sudah menjadi tempat paling berbahaya di bumi bagi anak-anak. Di sana, seseorang bernama Joseph Kony dan pasukannya telah menimbulkan malapetaka bagi seluruh generasi anak-anak. Mungkin, sebutan paling pantas untuk Joseph Kony adalah penjelmaan setan yang paling kejam yang pernah diketahui dunia. Mengaku bahwa dia diutus oleh para malaikat, yang salah satunya berhubungan dengan Idi Amin, Kony menamai pasukan gerilyanya "Lord`s Resistance Army (LRA)/Tentara Pertahanan Allah". "Allah" yang kepadanya dia mengabdikan diri, tentu saja bukan Tuhan Yesus Kristus, dan tak seorang pun tahu siapa atau allah apa yang dia sembah. Dia menyatakan bahwa dia berjuang untuk menjatuhkan pemerintahan Museveni Uganda demi suku Acholi yang ditelantarkan oleh pemerintahan kolonial. Namun, pada kenyataannya dia seperti orang-orang lain, sering terlihat menyerang suku Acholi. Serangan yang dilakukannya tidak beralasan dan hanya bisa dikatakan sebagai tindakan yang brutal dan kejam.

LRA sudah menculik sekitar 30.000 anak-anak di Uganda bagian utara. Hampir semua jenderalnya adalah anak-anak yang diculik dan dilatih oleh tentaranya. Memaksa anak-anak untuk menjadi tentara itu sudah cukup biadab, tapi pada kenyataannya, taktiknya jauh lebih biadab. Untuk menguatkan mental anak-anak, mereka memutuskan hubungan anak-anak itu dengan keluarga dan masyarakat. Untuk mengikatkan hati nurani dan harapan anak-anak kepadanya, Kony biasanya memaksa anak-anak itu untuk membunuh anggota keluarga mereka sendiri, atau anak-anak lain yang baru saja diculik. Kemudian, dia berkata kepada mereka: "Karena kalian sudah membunuh, kalian tidak akan pernah dimaafkan dan diterima oleh masyarakat kembali. Harapan kalian satu-satunya adalah tinggal bersamaku." Anak-anak yang diculik itu harus berjalan selama seminggu atau lebih, tanpa makan, menuju tempat latihan di Sudan bagian selatan. Mereka dipaksa untuk minum air bercampur lumpur atau air seni untuk bertahan hidup. Di sana, mereka dilatih untuk menembak, memotong bibir, hidung, dan lengan, dan untuk mematuhi perintah komandannya. Kemudian, mereka dikirim untuk menyebar teror seperti yang sudah pernah mereka alami.

Tentaranya biasanya menyerang desa-desa kecil pada malam hari. Jadi, Uganda bagian utara benar-benar menjadi daerah yang tidak aman bagi anak-anak untuk tidur bersama orang tuanya selama bertahun-tahun. Puluhan ribu anak menjadi "pengembara malam", berjalan selama berjam-jam ke kota. Mereka yang beruntung akan berlindung di bangunan yang disediakan oleh organisasi Kristen dan kemanusiaan, di mana mereka tidur saling membelakangi seperti ikan sarden dalam kaleng. Beberapa dari organisasi-organisasi tersebut melengkapi bangunan itu dengan kawat berduri dan penjaga yang bersenjata. Anak-anak yang kurang beruntung harus tidur di jalanan. Di sana, mereka menjadi sasaran pencurian, pemukulan, dan pemerkosaan, tapi keadaan itu tidak seburuk saat diculik LRA. Para "pengembara malam itu" disebut sebagai "anak-anak yang tak terlihat". Karena saat malam tiba, mereka tiba-tiba saja muncul di kota.

Di Distrik Gulu di Uganda bagian utara saja, terdapat tiga puluh kamp IDP (Internally Dicplaced Person), yang merupakan sisa-sisa perang selama bertahun-tahun di Sudan dan di Kongo bagian timur. Para misionaris di sana kewalahan dan kelelahan. Ada keterbukaan dan kebutuhan besar akan Injil di kamp-kamp itu. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kelompok doa dan puasa dari orang-orang Kristen Uganda mungkin akan membuat suatu terobosan rohani. Dilaporkan bahwa Ibu Kony dan beberapa jenderal utamanya sudah datang kepada Kristus. Kony sendiri sedang dalam pelarian, bersembunyi di suatu tempat di Kongo bagian timur. Tahun ini, jumlah para pengembara malam sudah berkurang dan suasana aman tampaknya sudah mulai terasa di bagian utara. Sekarang, pekerjaan berat dimulai -- membangun kembali bangsa yang benar-benar hancur. Kami percaya bahwa hanya Yesus Kristus yang bisa memberikan harapan atas situasi seperti itu dan hanya Dia yang sanggup!

Di tengah-tengah situasi itu, ECM berniat membantu. Niat itu timbul setelah selesainya pengamatan ladang misi selama tiga minggu (Oktober -- awal November 2006). Pada tanggal 1 Desember, Dewan memilih ECM untuk membantu anak-anak Uganda yang telah dirampas masa depannya. Ini adalah pekerjaan yang sulit dan menantang, tapi kita hanya bisa percaya bahwa di tempat yang telah lama mengalami penderitaan ini, "anugerah Tuhan lebih berkuasa".

Proyek itu menjangkau anak-anak di dua daerah yang berbeda, yaitu (1) anak-anak Sudan, yang telah dikejar-kejar secara brutal dari rumah mereka oleh pemerintah mereka sendiri, hanya karena mereka beragama Kristen dan berkulit hitam, dan (2) Joseph Kony dan pasukannya, yang di bawah pemerintahan jahat Republik Kongo (DRC), telah menyebabkan penderitaan luar biasa.

ECM mulai bekerja di bagian sebelah barat negara itu pada tahun 1985. Kabar terakhir mengatakan bahwa Kony dan pasukannya sekarang berada di Kongo. Negara itu telah hancur karena perang yang berlangsung selama bertahun-tahun. Mari berdoa bersama kami! Kami percaya bahwa selama perjalanan kami di bulan Oktober dan November, Tuhan akan menunjukkan jalan mengenai bagaimana kami akan menolong anak-anak itu!

Selama Oktober -- November 2006, ECM mengadakan dua seminar untuk melatih guru-guru. Selain itu, ada juga seorang tokoh pemimpin yang dipakai Tuhan untuk menjalankan pelayanan ECM, dia bernama DL. Pengalamannya sangat berperan besar bagi kelangsungan pelayanan ECM di sana.

Dewan merumuskan sepuluh rencananya untuk Uganda dan Sudan.

  1. ECM mendedikasikan diri untuk mengembangkan pelayanan di Uganda dan Sudan.

  2. ECM menunjuk DL sebagai direktur nasional atau koordinator untuk pelayanan di Uganda dan Sudan.

  3. Setelah menerima gelar S2-nya di California, ECM menugaskan DL untuk memimpin International Mission Central di IN selama tiga bulan.

  4. ECM akan segera mencari calon misionaris untuk pelayanan anak di Uganda. Setiap calon misionaris itu akan membantu meningkatkan dana pelayanan, termasuk gaji untuk para pekerja nasional, dan proyek-proyek yang melibatkan para misionaris. Misionaris jangka pendek juga akan banyak diperbantukan di proyek-proyek tersebut.

  5. Segera setelah kami mempunyai misionaris yang bersedia bekerja untuk jangka waktu yang lama, kami akan memperlebar organisasi pelayanan kami ke Gulu. Kantornya akan diurus oleh para misionaris, baik misionaris jangka panjang, maupun jangka pendek.

  6. Fokus pelayanan kami adalah kamp-kamp IDP yang jauh dari Gulu -- Atiak (dengan populasi 15.594 jiwa), Pawel (dengan populasi 3.064 jiwa), dan Paweri (dengan populasi 693 jiwa). Kami akan melawat daerah-daerah itu, setidaknya seminggu sekali, dengan mengadakan kunjungan ke keluarga-keluarga dan kelompok Alkitab anak-anak. Tujuan utama kami adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka, juga untuk mendidik dan membekali mereka dengan keahlian keterampilan tangan sehingga dapat menghasilkan uang.

  7. Sudan ditargetkan untuk menjadi tempat diadakannya seminar pelatihan untuk para guru. Karena tidak ada hotel di Sudan, kamp-kamp akan sangat diperlukan.

  8. Sikap memaafkan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Uganda sehingga tidak terjadi hal-hal yang akan membuat keadaan semakin buruk dikarenakan rasa dendam yang ada di hati mereka.

  9. Sebelum keadaan benar-benar aman, kami anjurkan agar keluarga misionaris yang mempunyai anak, tetap di daerah selatan. Di sana, mereka dapat melayani para pengungsi yang melarikan diri akibat perang, yang sekarang tinggal dalam kondisi yang sangat memprihatinkan di daerah kumuh Kamwokye.

Doakan! Khususnya untuk hal-hal berikut.

  • Kebijaksanaan dan tuntunan dari Tuhan dalam semua perencanaan dan penggambilan keputusan.

  • Keselamatan untuk Direktur ECM Uganda, DL.

  • Hubungan yang baik dan efektif di Uganda dan di antara para pelayan Tuhan.

  • Agar rencana Tuhan untuk ECM terus dinyatakan.

  • Kebutuhan akan dana.

  • Perekrutan misionaris, terutama yang mau melayani selama satu tahun atau lebih lama. (t/Dian P)

Diterjemahkan dan diedit dari:

Situs : Every Child Ministries
Judul asli artikel : The Invisible Children -- The Tragedy in Uganda
Penulis : tidak dicantumkan
Alamat URL : http://www.ecmafrica.org/165641.ihtml

e-JEMMi 23/2007