You are heree-JEMMi No. 11 Vol.21/2018 / Tolaki, Konawe di Indonesia
Tolaki, Konawe di Indonesia
Profil
Populasi | Bahasa Utama | Agama Terbanyak |
---|---|---|
335.000 | Tolaki | Islam (94.00%) |
Kristen | Protestan | Kemajuan |
2.00% | 0.98% | - |
Ukuran Kemajuan | ||
- |
Pendahuluan/Sejarah
Suku Tolaki tinggal di beberapa wilayah di kabupaten Kendari dan Kolaka di provinsi Sulawesi Tenggara. Mereka merupakan suku terbesar di Sulawesi Tenggara. Menurut sejarah, terdapat dua kerajaan terbesar, yaitu: Kerajaan Mekongga di pesisir barat dan Kerajaan Konawe di sebelah timur. Bahasa Tolaki merupakan bagian dari kelompok linguistik yang lebih luas yang disebut subkeluarga Bungku-Tolaki Barat. Di dalam subkeluarga ini, bahasa Tolaki berkaitan erat dengan bahasa-bahasa Waru, Rahambuu, dan Kodeoha. Bahasa Tolaki memiliki dua dialek utama, Konewa dan Mekongga, dan beberapa dialek lebih kecil, seperti Wiwirano, Asera, dan Laiwui.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Suku Tolaki terkenal dengan kemandiriannya dan memiliki gaya hidup yang sederhana. Selain bertani di ladang yang tidak teririgasi, sebagian besar suku ini hidup dengan hasil hutan alami yang terdapat di hutan Sulawesi yang luas dan bervariasi di wilayah itu. Oleh karenanya, ada frasa demikian: "Bagi suku Tolaki, jika Anda sudah memiliki sebuah rumah, sagu, dan ikan untuk hari itu, sudah cukup!" Dalam perkembangan kota Kendari, identitas suku Tolaki sebagai "orang rumahan" (orang yang bertanggung jawab) masih terasa. Tarian Lulo, yang adalah tarian tradisional Tolaki, menyoroti kesatuan dan persaudaraan yang begitu terasa dalam perayaan pernikahan atau upacara resmi pemerintahan. Penampilan fisik suku Tolaki sangat mirip dengan suku Dayak di Kalimantan, yaitu: berkulit putih, bermata sipit, dan berambut hitam lurus. Suku Tolaki menjunjung tinggi kedamaian dan menghindari konflik yang digambarkan di dalam kalung yang dianyam dari rotan, yaitu kalosara. Kalosara dengan nilainya yang mulia dan memiliki arti simbolis, bersamaan dengan gong dan tanaman padi (yang adalah simbol kemakmuran) telah menjadi simbol ikonik dari kota Kendari dan terlihat di seluruh wilayah itu.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Secara umum, suku Tolaki adalah Muslim, tetapi kepercayaan tradisional animistik sangat kental. Mereka masih melakukan beberapa upacara religius yang mencerminkan pandangan animistik nenek moyang mereka, misalnya upacara monohu khau (memotong padi). Orang Tolaki Kristen menjadikan upacara ini sebagai cara di depan publik untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang baik. Upacara lain (manahu udhan) dilakukan di lapangan terbuka selama tiga malam berturut-turut dan dipimpin oleh seorang dukun yang juga disebut sebagai mbusehe (sebutan untuk dukun dalam bahasa lokal). Biasanya, diadakan pada September, semalam sebelum dan semalam setelah bulan purnama penuh. Satu-satunya penerangan yang digunakan adalah sinar bulan purnama. Lalu, orang-orang yang hadir, terutama para petani Tolaki, menari bergandengan tangan mengelilingi struktur pengganti sementara yang menahan gendang dan alat-alat musik lainnya (nilavaka). Pada akhir hari itu, yakni dini hari, upacara persembahan musehe dilakukan oleh shaman. Selain itu, ada upacara makan selama tujuh hari (meosambaki), dan juga mekui atau mosere curu (memotong rambut bayi yang berumur tujuh bulan), yang juga disebut dengan mee eni untuk anak-anak yang berusia 15 tahun.
Apakah Kebutuhan Mereka?
Suku Tolaki yang tinggal di daerah kota memiliki standar hidup yang memadai. Namun, mereka yang tinggal di pedesaan masih terisolasi karena kurangnya transportasi umum. Pengembangan infrastruktur transportasi akan bermanfaat untuk mengalirkan barang-barang dan pelayanan ke desa-desa Tolaki yang terpencil dan meningkatkan taraf hidup mereka. Juga akan memudahkan orang-orang untuk membawa pesan ke daerah-daerah mereka yang terpencil. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Joshua Project |
Alamat situs | : | https://joshuaproject.net/people_groups/15540/ID |
Judul asli artikel | : | Tolaki, Konawe in Indonesia |
Penulis artikel | : | Tim The Joshua Project |
Tanggal akses | : | 16 Oktober 2017 |
- Login to post comments
- 5323 reads