You are hereArtikel Misi / Suku-Suku Terabaikan, Siapa yang Akan Peduli?

Suku-Suku Terabaikan, Siapa yang Akan Peduli?


Salah satu tugas gereja dan setiap orang percaya adalah pekerjaan misi. Namun apa pekerjaan itu? Misi adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk mengabarkan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sebagai pengorbanan untuk dosa manusia serta jaminan hidup yang kekal dalam nama-Nya. Yesus adalah satu-satunya pengharapan yang dapat mengangkat orang-orang dari kematian untuk hidup yang sebenarnya. Jadi pekerjaan misi adalah Pengabaran Injil. Memang ada banyak perbuatan baik yang dilaksanakan oleh gereja-gereja dan individu-individu. Namun hanya kegiatan yang bertujuan untuk mengabarkan Injil dan menjadikan manusia sebagai murid-murid Yesuslah yang dapat sebenarnya dikatakan sebagai usaha "misi".

Pekerjaan misi adalah tugas paling penting bagi umat Kristus. Sesudah bangkit dari antara orang mati, Yesus menampakkan diri berulang-ulang kepada murid-murid-Nya. Setidaknya dalam lima kali pertemuan, Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua suku bangsa (Matius 28:18-20; Markus 16:14-16; Lukas 24:46-49; Yohanes 20:21-23). Maka Amanat Agung disampaikan kepada murid-murid Yesus setidak-tidaknya lima kali sesudah kebangkitan- Nya.

Dalam Markus 16:15 dikatakan, "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." Murid-murid Yesus yang mula-mula menganggap serius tugas tersebut. Jadi, sejak permulaan abad yang pertama, Injil dengan cepat dan secara terus-menerus tersebar. Gambaran akan kemajuan Injil dapat dilihat hasilnya pada masa kini, yaitu sudah 1/3 jumlah warga dunia yang menjadi percaya kepada nama Yesus. Belum semua makhluk telah mendengarkan Injil, namun banyak individu yang sudah sempat mendengarkan dan meresponi Injil.

Bagaimanapun juga, Amanat Agung lebih luas daripada hanya sekadar pengabaran Injil kepada individu-individu saja secara kebetulan. Dalam Matius 28, Yesus menekankan pentingnya untuk menjangkau suku- suku bangsa dengan Injil. Pemberian Amanat Agung yang terkenal adalah Matius 28:18-20. Teks tersebut berbunyi, "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Sebagaimana terjemahannya, tampaknya ada banyak perintah yang terkandung dalam Amanat Agung. Namun sebenarnya hanya ada satu perintah saja, yaitu "Jadikanlah semua bangsa murid-Ku!" Frasa, semua bangsa (Yunani: panta ta ethne) berarti "semua suku bangsa" dari sebuah bangsa atau negara secara menyeluruh. Oleh sebab itu, Yesus memerintahkan agar Injil akan diutamakan dalam pemberitaannya sehubungan dengan pemuridan pada setiap suku bangsa.

Yang jelas ialah bahwa fokus perhatian PI seharusnya terfokus pada menjadikan suku-suku bangsa manapun sebagai murid-murid Yesus. Kalau demikian, bagaimana hasilnya sampai sekarang? Menurut salah satu lembaga misi yang paling dipercayai, sekitar 2/3 warga dunia yang belum percaya kepada Yesus, kira-kira setengah tinggal dalam suku- suku yang dianggap terjangkau dan setengah tinggal di dalam suku- suku yang dianggap terabaikan. Di dunia ada ribuan suku bangsa. Pada masa kini, ada 4992 suku di dunia yang dianggap terabaikan (walaupun perkiraan dari lembaga-lembaga misionaris bervariasi tergantung definisi yang dipakai untuk suku-suku terabaikan). Di antaran suku- suku terabaikan tersebut, ada 1317 yang sudah dilayani, walaupun sukses penginjilan belum maksimal. Itu berarti bahwa masih 3675 suku terabaikan yang belum dilayani oleh misionaris.

Suku terabaikan adalah suku di mana jumlah orang percaya atau jemaat-jemaat belum mampu untuk menjangkau sukunya sendiri. Walaupun tidak ada kesatuan antara lembaga-lembaga misionaris mengenai persentase dari jumlah penduduk dari sebuah suku yang harus dianggap "Kristen" agar tidak lagi dianggap terabaikan, biasanya "Suku terabaikan adalah suku dimana kurang dari 1-2% jumlah warganya dianggap Kristen. Di Indonesia sendiri ada 127 suku terabaikan. Suku-suku tersebut dianggap terabaikan apabila suku tersebut melebihi populasi 10.000 jiwa dengan kurang dari 1% jumlah warganya yang mengenal Kristus. Suku-suku terabaikan di Indonesia terletak dalam 23 rumpun yang tersebar di hampir seluruh Indonesia.

Mengapa suku-suku tersebut masih "terabaikan"? Sebagian orang Kristen sering berpikir bahwa kebanyakan suku tersebut masih terabaikan disebabkan oleh tidak terbukanya mereka untuk mendengarkan Injil bahkan sudah menolak Injil. Bagaimanapun juga, realitanya sering tidak demikian. Mereka masih terabaikan oleh karena faktor-faktor yang menghalangi kemajuan Injil dalam suku tersebut. Ada banyak suku yang terabaikan oleh sebab Injil belum diperbolehkan masuk ke dalam suku tersebut. Orang-orang yang percaya kepada Kristus sudah tahu bahwa Injil itu baik dan indah sebagai kunci untuk kemerdekaan dan keselamatan. Namun sering Injil dihalangi oleh faktor-faktor sosial ataupun politik sehingga belum boleh terdengar oleh orang-orang dalam suku-suku "terabaikan". Ternyata ada banyak orang yang akan rela menjadi percaya kepada Kristus andaikata mereka memiliki kesempatan untuk mendengarkan Injil melalui sarana yang sesuai konteksnya. Faktor-faktor yang lain termasuk faktor dari jemaat-jemaat sendiri. Sering perhatian orang- orang Kristen tersita oleh sikap duniawi atau tekanan hidup sehingga mereka mengabaikan tugas misi yang begitu penting.

Amanat Agung Tuhan Yesus mendesak setiap orang percaya untuk mengambil bagian aktif dalam menjadikan murid-murid Yesus pada setiap suku bangsa. Semoga gereja-gereja menganggap serius Amanat tersebut dengan setia mengabarkan Injil. Namun amanat ini tidaklah harus selalu tergantung keterlibatan gereja setempatnya. Setiap orang Kristen disuruh untuk menjadi terlibat. Namun Amanat Agung tidak dikatakan secara langsung kepada gereja-gereja. Bahkan Amanat Agung disampaikan kepada setiap orang Kristen secara individu, karena pada waktu itu, menurut Matius 28:18-20, belum ada jemaat- jemaat. Jemaat baru muncul pada hari Pentakosta dengan kedatangan Roh Kudus. Demikian setiap orang percaya harus melaksanakan Amanat Agung, dan setiap kumpulan orang percaya, yaitu jemaat, juga harus bekerja sama untuk melaksanakan Amanat Agung.

Mengapa Yesus belum menampakkan diri pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya? Jawabannya ialah bahwa Yesus masih menangguhkan penghukuman terhadap segala kefasikan di dunia agar makin banyak orang bertobat dari dosa-dosanya dan berbalik kepada Allah dengan menjadi percaya kepada Yesus (2Petrus 3:9). Yesus mengatakan bahwa, "Injil kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya (Matius 24:14)." Jadi, pemberitaan Injil ke semua bangsa adalah persyaratan untuk kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.

Akhirnya akan ada wakil-wakil dari setiap suku bangsa di sekeliling takhta Allah di sorga. Wahyu 7:9 berbunyi, "Kemudian pada itu aku melihat sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka."

Akhir-akhir ini Tuhan sedang menarik orang-orang kepada Yesus secara luar biasa. Suku-suku yang dulu sangat tertutup, bahkan melawan Injil, sekarang ada keterbukaan untuk mendengarkan Injil. Benih- benih Injil yang ditabur pada jaman yang lalu sedang menjadi matang. Apalagi, Allah sendiri sedang menarik orang-orang kepada Yesus secara langsung. Tsunami yang telah menyebabkan banyak penderitaan dan tangisan di Indonesia juga menyentuh banyak bangsa yang lainnya di Asia Tenggara, sampai ke tanah Afrika. Perjalanan tsunami itu menjangkau di mana ada banyak suku terabaikan dengan pelbagai latar belakang Agama. Yang jelas ialah bahwa Allah sedang menginsafkan bangsa-bangsa akan kebenaran, agar mereka berpaling kepada Yesus untuk diselamatkan (Yesaya 45:22).

Apalagi, ada ribuan orang di seluruh dunia yang sedang bermimpi dan mendapat penglihatan-penglihatan mengenai Yesus (Isa Almasih). Dalam pengalaman tersebut, Yesus seringkali berjubah putih dan berkilau. Yesus itu menyuruh orang-orang tersebut untuk mencari kebenaran lanjut mengenai siapakah Dia. Lalu banyak orang tersebut menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Maka kita pada masa kini juga ada kesempatan untuk bekerja-sama dengan Yesus untuk menjadikan semua suku bangsa murid-Nya.

Kalau demikian, apa yang harus kita perbuat?

YANG PERTAMA, mari kita belajar mengenal suku-suku yang masih terabaikan. Ada banyak informasi di internet dan di lembaga-lembaga Kristen yang dapat memperlengkapi pengertian kita mengenai suku-suku yang terabaikan. Hampir semua lembaga misionaris bisa menyediakan banyak data yang menolong. Pengabdian dalam pekerjaan misi dimulai dengan pengetahuan yang benar.

YANG KEDUA, mari kita bertekad untuk mendoakan suku-suku terabaikan. Sebaiknya setiap kita memilih salah satu suku tersebut sebagai pokok doa hari demi hari sehingga demikian saudara akan menjadi seorang wakil di hadapan Allah untuk suku tersebut. Berdoalah agar Tuhan akan menginsafkan warganya terhadap kebenaran dan anugerah Allah melalui Tuhan Yesus. Berdoalah agar Tuhan akan mengutus pekerja- pekerja untuk menjangkau suku tersebut. Dengan mengenal kebutuhan dari suku-suku terabaikan lebih dalam, maka kita lebih tahu akan bagaimana mendoakannya secara spesifik.

YANG KETIGA, mari kita meningkatkan sumbangan bagi pekerjaan misionaris. Uang yang dipersembahkan untuk memperluas kerajaan Allah adalah uang yang menambah bunga sampai selama-lamanya. Memang banyak uang dari umat Kristen yang dibuang untuk kegiatan dan perlengkapan pribadi yang tidak begitu berarti. Jadi, setiap orang Kristen seharusnya menyelidiki bagaimana uangnya digunakan agar menetapkan prioritas finansial yang seharusnya. Dengan demikian uang yang diberikan untuk usaha misionaris pasti meningkat, sebab pekerjaan misi adalah pekerjaan utama bagi Allah (Yohanes 3:16).

YANG KEEMPAT, pergilah! Seandainya ada kesempatan untuk melibatkan diri secara langsung dalam mengabarkan Injil, lakukanlah. Allah paling berkenan ketika umat-Nya melibatkan diri dalam menyebarkan Injil, baik secara lokal maupun sampai ke ujung bumi. Ada pertimbangan yang akan menonjolkan keutamaan pekerjaan misionaris bagi kita, yaitu "Allah mempunyai satu-satunya Anak, dan Allah mengutus Anak-Nya sebagai seorang misionaris." Itulah yang mendesak setiap orang Kristen untuk menjadi terlibat dan untuk mendorong anak-anak kita untuk juga menjadi terlibat secara langsung dengan menjadikan semua suku bangsa sebagai murid-murid Yesus.

Bahan diedit dari sumber:

Judul Majalah: Crescendo 321/2005
Judul Artikel: Suku-suku Terabai, Siapa yang Akan Peduli?
Penulis : Michael Shipman, D.Min.
Penerbit: Yayasan Gema Kasih, Semarang
Halaman : 40 - 43

e-JEMMi 07/2006