JIKA ENGKAU MENGASIHI YESUS, JANGANLAH BERNYANYI
Tom White, Kuba, 1979-1980
"Ya, ini tidaklah terlalu buruk," Tom White bergumam kepada dirinya
sendiri. Ia berdiri dalam ruangan yang hitam pekat dan dingin. Ia
dapat merasakan angin mengalir memasuki ruangan dari sebuah lubang
ventilasi di atas pintu. Saat menyelidiki selnya, ia mendapati
sebuah tempat tidur dengan pegas yang telah patah, kasur yang
berbau, dan sebuah kursi kayu tua yang dipaku ke lantai.
Ia berbaring, tetapi tidak mungkin untuk tidur. Sungguh-sungguh
terlalu dingin. Baju coverall tanpa lengannya terbuat dari katun
tipis, jadi tidak dapat menolong banyak. Ia bertanya-tanya, berapa
lama ia dapat bertahan hidup di dalam ruangan seperti itu.
Tom White, pria Kristen berkebangsaan Amerika telah banyak
mengirimkan literatur Injil ke Kuba, dan berhasil mendistribusikan
lebih dari 400.000 buah literatur. Tetapi pada tanggal 27 Mei 1979,
pesawat kecilnya jatuh mendarat di sebuah jalan tol Kuba, tepat
setelah ia menyelesaikan sebuah kiriman malam. Ia langsung ditangkap
oleh para komunis, yang menanyainya dan menempatkannya dalam tahanan
terasing. Akhirnya para penjaga menempatkan kerudung ke atas
kepalanya dan membawanya ke suatu ruangan kecil untuk ditanyai lebih
jauh. "Hari ini sungguh hangat, bukan?" ejek si kapten, melepaskan
jaket militernya untuk memulai interogasinya. "Anda bekerja bagi
siapa?"
"Aku bekerja bagi Yesus."
"Oh, benarkah demikian? Dan berapa banyak uang yang dibayarkan oleh
Yesus ini kepadamu untuk melakukan perjalanan-perjalanan ini?"
"Aku melakukan perjalanan-perjalanan ini tanpa dibayar. Bayaranku
adalah kasih dan berkat yang diberikan Allah kepadaku karena
mentaati-Nya."
Kebanyakan pertanyaan si kapten adalah seputar uang, dan revolusi.
Hanya hal-hal tersebutlah yang dapat ia pahami mengenai kekuasaan.
Setelah tiga atau empat malam kedinginan dan kurang tidur, White
terlalu lelah bahkan untuk mengikuti rentetan pemikirannya sendiri.
Ia duduk di hadapan orang yang menginterogasinya, kepalanya
terkulai, dan pikirannya berkelana.
"Bagaimana aku dapat melawan ini? Ini bisa berlangsung selamanya,"
White bertanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ia mendapatkan
jawabannya. Roh Kudus memberikan kepadaku satu ukuran belas kasih
dan kasih bagi pria ini yang lebih terpenjara dibandingkan dengan
diriku. Aku berhenti menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan melihat
tepat ke dalam matanya. "O, Allah, tolonglah Kapten Santos," aku
berdoa. "Teroboslah masuk, Yesus. Dia salah seorang yang berada
dalam kedinginan, karena ia belum pernah merasakan kehangatan kasih-
Mu." Aku terus berdoa seperti ini selama berjam-jam. Pertanyaan-
pertanyaannya makin jarang hingga akhirya ia berhenti.
"Apa yang sedang kau lakukan?" ia mendesak.
"Aku sedang berdoa bagimu."
Mulut si kapten ternganga. Ia mengusapkan tangannya ke rambut,
kemudian mencari-cari sebatang rokok. Pertama kalinya, White
melihatnya merokok. White terus duduk dengan kaku sebagaimana ia
diminta sambil menatap kepada Santos dan berdoa.
Si kapten melihat dengan gugup ke sekeliling ruangan, kemudian mulai
mengetuk-ngetukkan jari-jarinya pada meja.
Pada sesi berikutnya, White terkejut melihatnya memakai kacamata
hitam. Jelas ia tidak ingin White melihat matanya. "Tidak apa-apa.
Allah tidak memerlukan kontak mata. Ia berurusan dengan hati," pikir
White, dan dia melanjutkan untuk berdoa.
Santos memanggil Mayor Alvarez. Mayor ini selalu merupakan pilihan
terakhirnya. Alvarez berderap memasuki ruangan, dengan muka merah
dan marah seperti biasa. "Jadi, Anda pikir ini adalah sebuah
permainan?" ia berteriak padaku sambil menghantam ke meja untuk
memberikan tekanan. "Kini kami akan mengirimkan Anda untuk melihat
kaki ketiga dari kucing."
White mengingat-ingat, "Aku dilemparkan ke sebuah ruangan lain.
Mengikuti dinding dalam kegelapan, aku mendapati bahwa tidak ada
tempat tidur ataupun kursi. Ventilasi udara di atas pintu sepenuhnya
terbuka. Angin mengalir masuk dengan kencangnya hingga rambutku
tertiup tegak dari kepalaku.
"Aku berusaha untuk berjalan dalam kegelapan yang pekat, menjulurkan
tanganku ke depan supaya tidak terantuk pada dinding. Tetapi
dindingnya terlalu dingin untuk disentuh, bukannya menghangatkan
diriku. Berjalan-jalan hanya membawaku lebih dekat pada ventilasi
udara. Aku meringkuk di sudut ruangan."
"O Allah, tolonglah aku!" aku berteriak dalam keputusasaan. Ia akan
menolong, hanya saja bukan dengan cara yang kuinginkan. Aku
menjejalkan kaki baju coverall-ku ke dalam kaus kaki untuk menjaga
agar udara tidak memasuki lubang celana, dan menarik lenganku ke
dalam atasan yang tanpa lengan. Aku menarik bagian atasnya menutupi
hidungku, sehingga aku dapat menghangatkan tubuhku dengan nafasku
yang hangat. Ini memberikan kepadaku saat-saat kelegaan, tetapi
kemudian kelelahan dan kehilangan panas tubuh secara perlahan
membuat tubuhku mulai berguncang-guncang. Aku tidak tahan duduk di
lantai, atau bersandar pada dinding. Satu-satunya posisi yang dapat
dilakukan adalah berdiri dengan hanya kening menyentuh tembok.
"Aku tidak tahu mengapa aku teringat untuk bernyanyi. Tetapi tangan
Allah menuntun dan mengajarku. Sementara tingkatan hukuman menjadi
lebih berat, demikian juga dengan tingkat peperangan rohani. Iblis
berusaha dengan lebih keras untuk menarikku jatuh, tetapi Allah
dengan lembut mendorongku ke atas. Mazmur 3:4 berkata, ´Engkaulah
kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.´ Allah murah hati,
berbelas kasihan, dan penuh kasih, hanya meminta kesempatan untuk
membuktikan diri-Nya kepadaku."
Aku mulai menyanyikan himne yang agung itu, ´Allah Bentengku yang
Teguh´. Aku menyanyikan ´Yesus Mengasihiku´, bait-bait Alkitab, dan
setiap lagu Kristen yang dapat kuingat. Aku tidak lagi merasakan
dingin, hanya merasakan penyertaan Yesus. Dengan mata terpejam,
kepalaku nyaris tidak menyentuh dinding, aku bersiul, bernyanyi,
bahkan menirukan suara terompet mengumandangkan pujian kepada Tuhan.
"Walapun aku tidak berpikir mengenai berbagai ayat yang mendukung,
aku telah memasuki tingkat peperangan paling tinggi dalam melawan si
musuh -- pujian. Mazmur 22:4 mengatakan bahwa Allah bersemayam di
atas puji-pujian. Aku tidak tahu bagaimana hal ini terlaksana,
tetapi hal itu benar. Penebus yang Agung, sang Mesias, sang
Juruselamat bersama-sama dengan saya. Ia memegang tubuhku yang
gemetar dalam tangan-Nya. Aku berada bersama Yesus, apa pun yang
terjadi."
Seorang penjaga membuka daun jendela dari besi kecil pada pintu dan
mengintip ke dalam dengan rasa ingin tahu.
"Apa yang sedang kau lakukan?" desaknya.
"Aku sedang bernyanyi tentang Yesus."
"Mengapa?"
"Karena aku mengasihi Dia," jawab White dengan gembira.
Ia membanting daun jendela dan pergi. White melanjutkan untuk
bernyanyi.
Ia kembali beberapa menit kemudian dan kembali membuka daun jendela.
"Jika kau mengasihi Yesus, janganlah bernyanyi," perintahnya,
kemudian pergi. Tetapi White mengasihi Yesus terlalu dalam untuk
berhenti bernyanyi.
Selama dua hari berikutnya, para penjaga datang untuk mengawasinya
setiap tiga atau empat jam. Daun jendela akan membuka dan sebuah
cahaya dari lampu senter akan merayap sepanjang lantai mencarinya.
White terus bernyanyi. Di akhir dua hari tersebut, ia dikembalikan
ke selnya yang lama. Walaupun masih dingin, namun terasa lebih
hangat jika dibandingkan dengan ruangan isolasi. Kini para penangkap
yakin bahwa White bukanlah mata-mata hebat yang sedang mencoba
menggulingkan pemerintahan, mereka lalu mengirimkan White untuk
menerima perawatan.
Setelah tiga bulan, Tom White dipindahkan dari kurungan terasing ke
penjara utama di mana 7.000 tahanan ditempatkan. Di sana ia bertemu
dan berbakti bersama-sama dengan warga-warga gereja Kuba yang
dipenjarakan karena iman mereka.
Sebuah kampanye internasional bagi pembebasannya telah membantu
untuk mengurangi masa tahanan White dari hukuman semulanya, yaitu
selama 24 tahun. Setelah banyak doa, surat-surat, permohonan dari
anggota-anggota Kabinet, dan bahkan dari Ibu Teresa, ia dilepaskan
pada tanggal 27 Oktober 1980, setelah 17 bulan dalam penjara. Ia
melanjutkan pelayanan sebagai Direktur The Voice of the Martyrs
untuk Amerika Serikat.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku | : | Jesus Freak -- Kumpulan Kisah dari Mereka yang Berdiri Teguh Bagi Yesus |
Judul Kesaksian | : | Jika Engkau Mengasihi Yesus Janganlah Bernyanyi |
Penulis | : | DC Talk dan The Voice of the Martyrs |
Penerbit | : | Cipta Olah Pustaka |
Halaman | : | 276 - 280 |
e-JEMMi 46/2004