Berikut ini adalah sebuah kesaksian yang berasal dari Republik
Demokrat Kongo saat di sana terjadi peperangan antara pemerintah
dengan tentara pemberontak.
TEMBOK API
Pintu didobrak dengan keras saat tentara-tentara musuh memasuki
rumah seorang pendeta muda. Semua tentara itu membawa senapan mesin
dan mereka dalam posisi siap siaga untuk menembak. Rencana mereka
adalah membunuh semua penduduk desa tersebut, dan dimulai dengan
membunuh pendeta muda di desa itu bersama dengan keluarganya.
Keluarga kecil ini terpaku dan menunggu apa yang akan terjadi
kemudian. Tentara-tentara itu diliputi dengan kebencian. "Tunggu
sebentar," kata Pendeta itu, "biarkan kami berdoa sebentar sebelum
kami mati." Seluruh anggota keluarga itu berlutut di lantai dan
bergandengan tangan membentuk satu lingkaran, dan memohon
pertolongan dari Allah. Setelah selesai berdoa, mereka berpikir para
tentara akan segera menghujani tubuh mereka dengan peluru-peluru
dari senapan mesin. Namun hal itu tidak terjadi. Perlahan-lahan
keluarga itu bangkit berdiri dan melihat keajaiban -- para tentara
telah meninggalkan rumah tersebut.
Beberapa bulan kemudian, mereka baru mengetahui apa yang menyebabkan
para tentara itu meninggalkan desa tersebut. Hal itu terjadi ketika
pendeta muda tadi sedang mengikuti persekutuan Kristen di kota lain
dan dia saat itu sedang men-sharing-kan peristiwa yang baru
dialaminya beberapa bulan yang lalu. "Para tentara tiba-tiba saja
pergi meninggalkan rumah dan desa saya." Pendeta itu mengatakan
bahwa sampai saat ini keluarganya dan para penduduk desa tidak
mengetahui apa yang menyebabkan mereka meninggalkan desa tersebut.
"Mungkin saya dapat menjelaskannya kepada anda," sahut seseorang
yang duduk di belakang. Ternyata dia adalah salah seorang tentara
yang ikut mendobrak pintu rumah pendeta muda tadi. "Seperti yang
anda ketahui, saya ada di sana saat kami memasuki rumah anda. Saya
adalah tentara yang mengarahkan senapan di kepala anak-anak anda
saat keluarga anda semua berlutut dan berdoa. Kemudian tiba-tiba
sebuah tembok api muncul dan mengelilingi semua keluarga anda. Kami
bahkan tidak dapat melihat anda karena terhalang oleh kobaran-
kobaran api itu. Api itu sangat panas dan kami segera menyadari
bahwa rumah itu akan segera terbakar, jadi kami cepat-cepat
melarikan diri.
Ketika telah berada di luar, kami melihat rumah anda penuh dengan
api - namun api itu tidak membakarnya dan kami segera melarikan diri
dari desa itu juga. Mantan tentara itu melanjutkan kesaksiannya,
"Beberapa waktu kemudian saya menyadari bahwa itu bukanlah api biasa
seperti yang kami ketahui, tetapi itu adalah api yang dikirim oleh
Allah. Jika dengan cara seperti itu cara Allah anda menjawab doa-doa
yang anda naikkan, maka saya ingin mengenal-Nya juga. Saya sudah
lelah bertempur dan membunuh orang. Itulah alasannya mengapa malam
ini saya datang ke tempat ini."
Mantan tentara ini telah mengetahui bagaimana Allah menjawab doa dan
bagaimana Dia memperhatikan orang-orang yang mengasihi-Nya. Mantan
tentara ini perlu belajar sendiri bagaimana mengenal, mempercayai,
dan mengalami Kasih Allah dalam hidupnya.
Sumber: S O O N, Issue no. 165