KAKI-KAKI INDAH ORANG NEME
"Bagaimana elok ... kaki orang yang memberitahu barang yang baik,
yang memperdengarkan assalam ... (Yesaya 52:7 Terjemahan Lama)
< http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yes/L_Yes52.htm#52:7 >
"How beautiful are the feet of them that preach the gospel of peace,
and bring glad tidings of good things!" (Roma 10:15b)
< http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Rom/3_Rom10.htm#10:15 >
Sekelompok orang Neme di Papua Nugini memiliki kaki-kaki indah! Namun
bukan karena bentuknya yang bagus dan kulitnya yang halus, karena
kaki-kaki mereka justru besar. kasar, dan jelek bentuknya. Yesaya
memberikan gambaran yang tepat untuk kaki-kaki orang Neme ini, yaitu
"kaki-kaki yang indah" karena mereka memakainya untuk berjalan,
dengan bertelanjang kaki, melintasi hutan berhari-hari supaya mereka
dapat belajar menterjemahan Alkitab. Mereka ingin membawa Kabar Baik
itu agar bisa dibaca dalam bahasa yang mereka mengerti.
Steph dan Beth (bukan nama asli) sedang berada di desa Arammba di
Papua Nugini dalam rangka mengikuti program "Discovery" dari
Wycliffe. Pada awalnya mereka berada di sana hanya untuk melakukan
observasi terhadap penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Arammba yang
sedang dilakukan oleh Marco dan Alma B.
Tetapi saat berada di sana mereka terlibat dalam peristiwa yang
tidak mereka duga, yaitu ketika desa Arammba kedatangan sekelompok
orang ini terdiri dari guru sekolah, seorang pendeta dan istrinya,
seorang mahasiswa Sekolah Alkitab, dan lima orang lainnya. Orang-
orang ini menempuh perjalanan menuju Arammba untuk belajar tentang
penerjemahan Alkitab.
Dengan kemampuan bahasa Inggris mereka yang sangat terbatas, orang-
orang Neme itu berusaha mengajarkan bahasa Neme kepada kedua orang
asing ini. Mereka melewatkan waktu lima hari untuk mempelajari
bahasa Neme sekaligus memeriksa huruf-huruf yang ada agar bisa
mewakili semua bunyi-bunyian yang berarti dalam bahasa Neme.
Pada hari ke lima, mereka semua memutuskan untuk mulai menterjemahkan
ayat penting dari Yohanes 3:16 kedalam bahasa Neme. Setelah melewati
berbagai proses, dengan bantuan dan arahan dari Steph dan Beth dan
sambil mendiskusikan konsep-konsep seperti Allah, anugerah, kasih,
dan iman, orang-orang Neme akhirnya berhasil membuat terjemahan untuk
ayat Yohanes 3:16.
Puncak dari proses penerjemahan itu adalah ketika ayat yang sudah
diterjemahkan tersebut mereka tulis dengan tinta hitam permanen di
selembar kain putih yang berasal dari karung tepung. Proses penulisan
ini ternyata menimbulkan kehikmatan tersendiri karena mereka
menyadari bahwa inilah kata-kata Tuhan sendiri yang sedang diwujudkan
dalam bentuk tulisan. Ketika proses ini selesai, senyum membias lebar
di wajah mereka semua.
Pada saat akan berpisah, si pendeta Neme memohon kepada Steph dan
Beth untuk mengabarkan pada teman-teman mereka dan gereja-gereja di
Amerika bahwa Neme sangat membutuhkan konsultan penerjemah yang dapat
memberikan pelatihan untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Neme.
Pada tahun 1932, untuk pertama kalinya orang Neme mendengar Injil
melalui bahasa yang bukan bahasa ibu mereka, dan sampai kini mereka
telah menunggu 68 tahun untuk dapat membaca firman Tuhan dalam bahasa
mereka sendiri. Beberapa lama lagi mereka harus menunggu?
Disadur dari: In Other Words (WBT/USA, Triwulan ke-3 tahun 2000)
Sumber: Berita KARTIDAYA, Triwulan I tahun 2001