You are hereArtikel Misi / Sahabat Orang Berdosa
Sahabat Orang Berdosa
Mengapa sebagian besar orang yang belum percaya tidak dapat mempedulikan Kristus? Mengapa sedikit sekali gereja yang melihat gerakan nyata mengenai adanya orang berdosa yang diselamatkan? Pertanyaan ini terasa mengganggu bila Anda paham bahwa Allah telah memanggil kita menjadi garam dan terang dunia.
Tentu saja, karena ambisi untuk mengejar kekuasaan dan ketamakan, cinta akan uang dan harta, membuat banyak orang tidak lagi mencari Kristus. Namun, gelombang orang-orang yang memasuki gerakan zaman baru dan agama-agama metafisika memberi kesaksian bahwa manusia merindukan kenyataan yang lebih mendalam. Mungkinkah hampir semua orang menganggap Yesus kuno dan tidak ada kaitannya dengan hidup mereka yang bergerak dengan cepat ini? Selain itu, mungkinkah sebagian besar orang Kristen telah kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi dunia ini? Hanya Allah yang bisa menjawab semua pertanyaan penting ini dan sesungguhnya, Dia yang akan mencelikkan mata kita bila kita meminta kepada-Nya.
"Bapa surgawi, aku tahu Engkau menyelamatkan dan memerdekakanku bukan supaya aku berbaur dengan kebudayaan di sekitarku atau duduk di gereja dengan berpuas diri. Engkau telah memanggilku menjadi saksi-Mu dan aku tahu hanya oleh Roh-Mu yang memberi kuasa itulah, aku mampu melakukannya. Nyatakanlah kepadaku hati-Mu bagi orang terhilang, Tuhan Yesus, dan jadikan aku serupa dengan-Mu. Dalam nama-Mu, aku berdoa. Amin."
Kebenaran Mengenai Allah
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengenai bagaimana rupa Yesus, cara-Nya berpakaian, berbicara, dan bertindak seandainya Dia memutuskan hendak datang ke Amerika pada abad dua puluh satu, bukannya ke Israel di abad pertama? Yah, satu hal yang pasti, Dia tidak akan menjadi orang yang kaku, sombong, dan bersembunyi di kantor. Mungkin ini membuat Anda heran, namun ketika Yesus hidup di dunia, Dia dikritik karena bergaul dengan orang berdosa!
"Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti Firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Matius 9:10-13)
Yesus begitu "sederhana" dan berhubungan dengan orang-orang dan kehidupan ini, sehingga Dia dituduh sebagai "pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa." (Matius 11:19)
Sahabat orang berdosa -- saya yakin Yesus menyukai gelar ini, sebab untuk itulah Dia datang ke dunia. Dia menangisi kota Yerusalem karena mereka tidak mau membuka hati kepada-Nya (Matius 23:37-39; Lukas 13:34). Hati-Nya sedih ketika melihat kerumunan orang banyak dan melihat betapa menderita dan sedihnya mereka (Matius 9:35-38). Yesus terharu karena belas kasih-Nya terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam diri orang-orang di sekitar-Nya dan Dia sangat berduka cita karena kekerasan hati mereka yang menolak-Nya.
Karena itulah, Dia menuju salib -- untuk mengubahkan orang berdosa yang terhilang menjadi orang kudus yang ditebus.
"Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:18-19)
Apakah ini gambaran Yesus yang menyimpang dan tidak peduli? Tidak sama sekali. Sebaliknya, ini adalah gambaran mengenai Bapa, yang terlibat dan penuh belas kasih, yang mengorbankan kasih-Nya yang terbesar demi memenuhi kebutuhan kita yang terbesar.
Kebenaran Mengenai Diri Anda
Anda dan saya telah diperdamaikan dengan Allah melalui Kristus. Kita bukan lagi menjadi musuh, melainkan sahabat Allah.
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih- lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak- Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:8-10)
Salah satu tanda persahabatan adalah bahwa mereka bersama membicarakan berbagai hal penting. Demikian pula, hubungan kita dengan Yesus. Dia telah memilih untuk mempercayakan kepada kita, apa yang sesungguhnya ada dalam hati-Nya kepada kita.
"Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:15)
Lalu, apakah isi hati Bapa yang ingin diberitahukan Yesus, sahabat terbaik kita, kepada kita? Allah ingin kita tahu bahwa Dia telah memilih dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah dan buah kita itu harus tinggal tetap (lihat ay. 16). Kita memiliki peranan yang pasti dalam rencana Bapa untuk menjangkau dunia yang sedang menuju kebinasaan:
"Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan- akan Allah memohon melalui kami; dalam nama Kristus kami memohon kepadamu, berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (2 Korintus 5:14-15,20)
Yesus, sahabat orang berdosa, terus menjangkau mereka dari surga melalui kita. Kita menjadi kaki-Nya untuk pergi, lengan-Nya untuk memeluk, dan mulut-Nya untuk memberitakan kabar baik bahwa Allah ingin umat manusia menerima Putra-Nya dan menjadi sahabat-Nya. Alkitab berkata bahwa kita adalah duta besar. Inilah panggilan bagi setiap anak Allah. Pertanyaannya adalah: Setiakah kita mewakili Sang Raja di dunia ini?
Kebenaran Mengenai Kemerdekaan
Segera setelah kita diselamatkan dan dimerdekakan oleh karena kasih karunia dan kuasa Allah, maka sangat lazim bila kita ingin menolong sesama. Namun, kadangkala kita tidak bebas menjadi saksi Kristus yang berani dan yang penuh kuasa Roh Kudus (lihat Kisah Para Rasul 1:8) karena kita takut kepada manusia.
Namun, taruhannya terlalu tinggi bila menahan Firman kehidupan terhadap orang lain yang seakan berada dalam kereta api yang tidak bisa dikendalikan lagi sedang menuju lautan api. Bukankah sangat egois bila kita menjaga "reputasi" diri sendiri atau "persahabatan" kita dengan orang lain, padahal kita merampas kesempatan mereka untuk menjadi sahabat Allah?
Anak rohani Paulus, yaitu Timotius, tampaknya bergumul dengan ketakutan akan manusia. Kata-kata penghiburan dari pembimbingnya, seharusnya juga menghibur kita:
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah." (2 Timotius 1:7-8).
"Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal." (2 Timotius 2:10)
"Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!" (2 Timotius 4:1-2,5).
Doa Hari Ini
Bapa surgawi, sungguh mulia hati-Mu yang berbelas kasih terhadap mereka yang terhilang. Engkau menarikku dekat kepada-Mu dan aku tidak mau lagi menahan Firman kehidupan. Sungguh, Engkau bermurah hati, sehingga Engkau rindu bahwa tidak seorang pun akan binasa. Maka aku menerima panggilanku sebagai duta besar bagi Kristus dan berdoa, kiranya Engkau memerdekakan dan memberiku kuasa untuk melakukan pelayanan pendamaian. Biarlah hatiku terbuka atas jiwa- jiwa yang terhilang di sekitarku dan memberitakan Injil untuk menggenapi pelayanan yang telah Kauberikan. Dalam nama Yesus, sahabat orang berdosa, aku berdoa. Amin.
Diambil dari:
Judul Buku | : | Berjalan dalam Kemerdekaan |
Judul Artikel | : | Sahabat Orang Berdosa |
Penulis | : | Neil T. Anderson dan Rich Miller |
Penerbit | : | Metanoia 2004 |
Hal | : | 115 - 119 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 6714 reads