ORANG HERERO DAN MBALANTU DI NAMIBIA
ORANG HERERO
Suku Herero (dengan populasi kira-kira 100.000) mendiami bagian
tengah dan Timur Namibia, Afrika -- sebuah negara dengan mata
pencaharian utama dari peternakan, terkenal dengan para wanitanya
yang senang menggunakan hiasan kepala dengan bentuk tanduk sapi
(mungkin seperti yang digunakan orang Minangkabau - red) dan gaun
panjang bergaya Victoria yang diperkenalkan oleh seorang misionaris
Jerman pada tahun 1800-an -- suku ini juga kuat memelihara tradisi.
Saat ini mereka menggabungkan dogma Kristen dengan penyembahan
kepada roh leluhur dan upacara mistis.
Sejarah
Suku Herero sudah berada di Namibia selama lebih dari 350 tahun.
Pendirian bangsa Herero bersumber dari cerita tentang dua bersaudara
yang berpisah di sebuah pohon penunjuk setelah meninggalkan "sebuah
negara yang memiliki banyak gunung". Pada tahun 1800-an mereka
bermigrasi ke Selatan, meninggalkan suku Himba dan Tjimba di
belakangnya. Mereka menjadi salah satu bangsa yang ditakuti dan suka
berperang. Nama mereka berasal dari Okuhera yang berarti `melempar
sebuah "assengai" (senjata khas Afrika)`. Namun demikian, sejarah
mencatat betapa budaya mereka telah ditindas dan tanah mereka
dirampas. Ditambah dengan fakta bahwa jumlah mereka menurun sangat
drastis pada awal 1900-an oleh kekejaman bala tentara Jerman yang
membantai mereka. Perang ini memaksa mereka lari masuk ke bagian
paling tidak ramah dari gurun pasir Kalahari, Namibia juga di negara
Botswana di mana kebanyakan dari mereka tinggal sampai sekarang.
Kehidupan Keseharian
Sampai saat ini, beternak tetap merupakan mata pencaharian utama
orang Herero -- pagar-pagar kandang kayu untuk ternak mereka masih
tetap menjadi pusat kegiatan di tiap desa mereka. Para penutur
bahasa Bantu ini hidup dari peternakan produsen daging dan susu.
Harga diri dan status mereka diukur dari ukuran peternakan mereka.
Sumber utama makanan mereka adalah omaere atau yoghurt. Setiap sore
mereka memasukkan susu segar ke dalam sebuah wadah untuk disimpan.
Kepala keluarga harus mencicipi rasa omaere pada keesokan paginya
sebelum para wanita dan anak-anak dapat meminumnya. Hal yang unik
dari kebudayaan wilayah Selatan Afrika ini adalah setiap identitas
orang Herero dijabarkan secara terperinci melalui sistem kepercayaan
dan kepemilikan baik dari garis keturunan ayah maupun ibu. Garis
keturunan ayah akan menentukan tempat tinggal, agama, dan kekuasaan.
Garis keturunan ibu menentukan status ekonomi dan warisan.
Puisi, musik, cerita dan tarian tradisional tetap menjadi bagian
yang penting dari budaya lisan mereka. Temanya sering kali diambil
dari cerita kejayaan di masa yang lalu, ucapan syukur bagi desa,
peternakan, atau nasihat-nasihat.
Orang Herero terkenal dengan para wanitanya yang berpakaian gaya
Victoria dan hiasan kepala yang unik. Gaun panjang istimewa mereka
terdiri dari banyak bagian lapisan kain tenunan tebal. Tutup kepala
mereka berupa kain tenun yang digulung sehingga datar, tutup kepala
dengan bentuk tanduk sapi melambangkan pentingnya peternakan.
Festival tahunan Maherero adalah ajang bagi para wanita untuk
memamerkan pakaian indah mereka. Kerajinan tangan mereka meliputi
produk dari kulit, keranjang anyaman, dan boneka warna-warni yang
berpakaian gaya Victoria.
Kepercayaan
Orang Herero menunjukkan banyak pengaruh dari misionaris zaman dulu.
Pada tahun 1800-an misionaris Jerman berhasil memperkenalkan pakaian
bergaya Victoria setelah terkejut dengan orang Herero yang setengah
telanjang. Saat ini mereka mengombinasikan dogma Kristen dengan
penyembahan roh nenek moyang dan upacara mistis. Penyembahan kepada
roh nenek moyang, seperti berkonsultasi dengan roh leluhur saat
menghadapi masalah, lebih kuat daripada kekristenan. Kadang-kadang
ada tempat khusus ditandai dengan batu, yang menuntut Anda untuk
memberikan salam kepada roh yang mendiaminya sebelum lewat. Pada
sore hari di sepanjang wilayah Okuruo, lewat api suci yang tidak
pernah padam, kepala keluarga menghubungi roh leluhur lewat
percakapan yang disampaikan keras-keras untuk mendapat nasihat,
pertolongan atau untuk mengakui kesalahan atau kejahatan.
Orang Herero percaya pada penguasa tertinggi yang disebut Omukuru,
`yang mahabesar`. Dialah allah surgawi yang mereka tunjuk sebagai
pencipta mahkluk hidup dan yang memberkati kehidupan. Ia hanya
memberikan kebaikan tanpa tuntutan atau kekuatan secara moral. Ia
dielu-elukan dan disyukuri tanpa rasa takut. Mereka berdoa kepadanya
hanya ketika ada sesuatu yang berjalan tidak baik.
Ringkasan
Penginjilan bagi orang Herero diperlukan guna menyampaikan dengan
jelas isi Injil yang sesungguhnya ke dalam bahasa hati mereka.
Banyaknya ajaran dan dogma kekristenan yang digabungkan dengan
tradisi dan upacara kuno memberikan sebuah tantangan bagi para hamba
Tuhan. Mereka membutuhkan Allah, Sang Penuai untuk mengirimkan para
pekerja. Tidak ada gereja injili di antara mereka sedangkan pengaruh
penginjilan pun sangat sedikit. Mereka adalah orang-orang yang
terabaikan. Apakah Anda mau menolong mereka untuk mengenal Yesus?
Pokok Doa
- Doakan agar Allah membangkitkan gereja-gereja dan pribadi-pribadi
untuk merangkul orang Herero. Dan terutama, doakan pula para
misionaris yang sedang bekerja bagi orang Herero.
- Doakan agar para misionaris yang sedang mengunjungi gereja-gereja
di Amerika Serikat dan di bagian Selatan Afrika dapat dipakai
Allah bagi orang Herero dan "bangsa terlupakan" lainnya.
- Berdoalah agar Allah memanggil seseorang atau keluarga misionaris
untuk tinggal di antara orang Herero.
- Berdoalah bagi orang Herero agar mereka terbebas dari penyembahan
roh nenek moyang.
- Doakan pula agar orang Herero memiliki keterbukaan pada Injil dan
agar mereka dapat didoakan oleh orang-orang percaya dan
mendapatkan pengajaran Injil dari mereka.
- Doakan agar pemerintah Namibia mengizinkan para misionaris untuk
melakukan pelayanan jangka panjang di negara mereka. Berdoalah
agar mereka dapat melihat keuntungan-keuntungan bagi negara dan
penduduk mereka.
ORANG MBALANTU
Orang Mbalantu (dengan populasi kira-kira 40.000) yang menetap di
bagian Utara -- Tengah Namibia, Afrika -- salah satu dari tujuh suku
bangsa Owambo (Ovombo) -- adalah masyarakat peternak dan petani,
kebanyakan hidup terisolir. Sayang sekali mereka tidak terisolir
dari kecanduan alkohol, HIV/AIDS, dan keputusasaan. Upacara adat
penyembahan kepada roh nenek moyang, ramalan, dan ritual upacara
gaib masih dipraktikkan. Kekristenan yang kosong dan dogmatis
hanyalah sebuah penanda pekerjaan para misionaris zaman dulu. Ada
banyak kebingungan dan penolakan kuat terhadap Injil di sini.
Sejarah
Masyarakat Owambo (Ovambo) bermigrasi dari bagian tengah Afrika
Timur, menetap di Utara Namibia dan Selatan Anggola pada pertengahan
abad ke-16. Suku bangsa Owambo (Ovambo) terdiri dari beberapa suku.
Saat ini, beberapa suku masih tetap ada, namun secara umum semuanya
dapat dikategorikan menjadi tujuh suku, yaitu Kwanyama, Ndonga,
Kwambi, Ngandjera, Mbalanhu (Mbalantu), Kwaluudhi, dan
Eunda/Nkolonkadhi. Masyarakat Owambo ini mewakili kira-kira setengah
dari jumlah populasi yang ada di Namibia. Mereka berperan aktif
dalam politik. Menderita di bawah pemerintahan kolonial dan politik
apartheid, pada tahun 1960-an mereka adalah salah satu yang berperan
dalam pendirian SWAPO (South West Africa People’s Organization)
sebagai kelompok pendukung anti kekerasan. Setelah pergumulan selama
satu dekade, pada tahun 1990, Namibia mendapatkan kemerdekaannya dan
memilih Sam Nujoma, seorang Owambo sebagai presiden pertama mereka.
Kehidupan Keseharian
Kebanyakan orang Mbalantu tinggal jauh dari jalur transportasi utama
di Owamboland. Owamboland sendiri merupakan tanah yang datar,
berpasir, dan terbelah dua oleh aliran air. Daerah bagian utara
menerima lebih banyak hujan dan menjadi pendukung daerah dengan
tanaman subtropis. Gandum, jagung, dan sorgum (sejenis gandum)
merupakan bagian terbesar hasil bumi mereka. Mereka menambah hasil
dari pertanian dan peternakan dengan memancing, berburu, dan
mengumpulkan bahan makanan. Kolam dangkal (oshanas), yang merupakan
ciri khas dari wilayah ini, merupakan tempat ideal untuk memancing.
Kerajinan tangan tradisional termasuk di antaranya anyaman tembikar,
alat tenun kayu, kayu dan tombak besi, pisau belati hias, boneka
kesuburan, dan ekipa (kancing dari gading, simbol status seorang
wanita atau keluarga kaya). Dengan warung-warung kecil dan pasar
penjual bahan makanan yang banyak tersebar, mereka kemudian makin
dikenal sebagai pedagang.
Suku Mbalantu memiliki logat (dialek) tersendiri yang tidak
tertulis, tetapi sangat berhubungan dengan dialek lain yang sudah
ditulis. Garis keturunan diambil dari pihak ibu. Hal ini menentukan
warisan dan hak. Seorang pemimpin memegang kepemimpinan suku secara
turun-temurun, meski pengambilan keputusan juga berdasarkan
pertimbangan dewan atau orang-orang tua. Pentingnya peran komunitas
dan tradisi terlihat dari pengaturan rumah-rumah mereka yang seperti
labirin dengan lorong-lorong jalanan yang berpusat pada balai
pertemuan dan api suci. Kebanyakan hidup mereka dihabiskan dan
dibaktikan kepada komunitas. Anda dapat menemukan orang-orang makan
dan minum dari tempat yang sama. Tari-tarian, upacara, berburu,
memancing, dan lain-lain merupakan unsur-unsur dalam kehidupan
mereka. Anak-anak dididik dan dibimbing oleh orang tua atau orang
dewasa.
Agama
Orang Mbalantu percaya sifat manusia adalah tetap (konstan), karena
itu pemeliharaan budaya tradisional dan praktik keagamaan sangat
penting. Kalunga adalah dewa tertinggi mereka. Ia dipandang tidak
banyak terlibat dalam kehidupan sehari-hari sehingga yang lebih
dianggap penting adalah roh para leluhur dan takhyul. Kalunga
dipercayai berwujud seorang laki-laki dan mengembara secara tak
kelihatan di desa-desa. Beberapa cerita takhyul mereka berpusat pada
kepercayaan ini. Onganga adalah suku bangsa peramal yang berhubungan
dengan roh-roh dan juga ahli membuat obat-obatan dari tumbuh-
tumbuhan. Sama seperti kebanyakan suku yang ada di Afrika, orang
Mbalantu juga memelihara api suci (omulilo gwoshilongo) yang dibakar
di tengah-tengah permukiman desa mereka.
Ringkasan
Lebih dari seabad yang lalu orang Mbalantu telah membuka diri kepada
kekristenan. Akan tetapi, mereka tetap mempraktikkan penyembahan
kepada roh leluhur, ramalan, dan upacara magis. Saat ini belum ada
gereja di antara mereka dan pengaruh penginjilan pun sangat sedikit.
Mereka adalah salah satu suku terabaikan. Maukah Anda membantu
mereka mengenal Yesus?
Suara Anda mungkin adalah satu-satunya suara yang Allah dengar atas
nama orang Mbalantu.
Melalui Alkitab kita mengetahui bahwa doa sangat efektif. Kita
percaya dan tahu bahwa doa adalah langkah pertama dan yang
terpenting dalam penaburan benih Injil. Kita berada di dalam rencana
Allah yang luar biasa. Apa yang kita lakukan bukan untuk kerajaan
kita, melainkan untuk kerajaan Allah. Doa Anda sangatlah penting.
Karena kita adalah saluran kekuatan dan kasih Allah.
Mari bergabung dengan pekerjaan ini melalui doa!
"Tetapi demi Kristus, Tuhan kita, dan demi kasih Roh, aku
menasihatkan kamu, saudara-saudara, untuk bergumul bersama-sama
dengan aku dalam doa kepada Allah untuk aku, supaya aku terpelihara
dari orang-orang yang tidak taat di Yudea, dan supaya pelayananku
untuk Yerusalem disambut dengan baik oleh orang-orang kudus di sana,
agar aku yang dengan sukacita datang kepadamu oleh kehendak Allah,
beroleh kesegaran bersama-sama dengan kamu." (Roma 15:30-32)
Pokok Doa Bagi Orang Mbalantu
- Berdoalah agar kiranya Allah membangkitkan gereja-gereja dan
pribadi-pribadi untuk menerima orang Mbalantu. Doakan para
misionaris yang bekerja dan berdoa untuk orang Mbalantu.
- Doakan para misionaris yang sedang mengunjungi gereja-gereja
di wilayah Selatan Afrika, agar mereka dapat dipakai Allah untuk
berdoa dan menolong mereka serta orang-orang terabaikan lainnya.
- Doakan agar Allah memanggil seseorang atau keluarga misionaris
untuk tinggal di antara mereka.
- Doakan agar mereka dapat melihat kebenaran Injil dan memahami
kesia-siaan dari penyembahan roh leluhur.
- Doakan agar pemerintah Namibia mengizinkan para misionaris untuk
melayani di negara ini dalam waktu yang lama. Berdoalah agar
mereka dapat melihat kebaikan yang akan didapatkan oleh negara
serta rakyat mereka.(t/lis&ary)
Sumber diambil dan diterjemahkan dari:
e-JEMMi 43/2006