SUKU HUI
Jumlah penduduk: 10,7 juta
Tempat tinggal : Tercerai-berai di seluruh RRC dengan konsentrasi di
propinsi Nangksi. Ada juga yang tinggal di negara
Taiwan, Kyrgyzstan, Kazakhstan dan Mongolia.
Agama : Islam
Orang Kristen sekitar 200 jiwa
SATU MINORITAS
Di Tiongkok bagian utara, secara khusus di propinsi Nangksi,
sepertiga dari rakyatnya berasal dari latar belakang suku Hui. Di
hampir setiap kota, propinsi dan daerah, selalu ada satu kelompok
masyarakat minoritas suku Hui. Hampir 11 juta orang Hui tercerai
berai di seluruh RRC. Walaupun mereka satu suku, terkadang mereka
bisa terlihat berbeda jauh satu sama lain. Hal ini terjadi karena
mereka sangat pandai menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di
samping itu agama dan kebudayaan di mana mereka tinggal sangat mudah
mempengaruhi suku Hui, namun demikian identitas mereka sebagai orang
Hui masih terlihat.
PENDATANG YANG BERHASIL
Leluhur orang Hui datang dari Arabia dan Persia sebagai pedagang.
Dengan jumlah ratusan orang mereka melakukan perjalanan di rute
"Jalur Sutera", yaitu menyeberang Asia menuju ke RRC. Pada abad ke-7
sampai ke-14 pejuang-pejuang Arab ini datang ke Tiongkok untuk
membantu kaisar Cina berperang melawan musuh-musuhnya. Selain jalan
darat, ada di antara mereka yang tiba melalui jalan laut. Dan para
pendatang ini banyak yang tidak kembali ke kampung halaman mereka di
Arabia dan Persia serta memilih menetap di RRC. Orang Hui sangat
membanggakan latar belakang ini.
Ke mana saja mereka menetap di RRC, mereka mendirikan masjid-
masjid, menikahi wanita-wanita Cina di tempat tersebut dan
membimbing anak-anak mereka untuk menjadi Muslim. Agama mereka
dicampuri dengan kebudayaan Tionghoa, sehingga mereka sekarang
terkenal sebagai orang dengan agama Hui. Dari segi bentuk badan,
mereka tidak berbeda jauh dengan suku Han, yang kita kenal sebagai
orang-orang Cina. Suku Hui ini juga berbahasa Mandarin. Pakaian
mereka sama dengan mayoritas masyarakat di RRC, tetapi sebenarnya
mereka berbeda dengan orang Cina. Perbedaan itu sangat menyolok di
bidang agama oleh karena kebanyakan orang Tiongkok tidak beragama
atau ateis, sementara di sisi lain, suku Hui sangat menekankan agama
mereka.
CARA HIDUP MEREKA
Dahulu orang Hui terkenal sebagai pedagang, yang juga menjadi
penyebab utama mereka datang ke Tiongkok, tetapi sekarang mereka
tidak lagi seperti itu. Pada masa kini jika mereka tinggal di
pedesaan, mereka adalah petani yang menghasilkan beras dan gandum,
tergantung pada iklim tempat di mana mereka tinggal. Jika mereka
tinggal di kota, mereka mencari rumah di sekitar masjid, mereka juga
banyak yang mengelola toko dan restoran. Selain itu, banyak juga
yang bekerja sebagai penjual daging, pengemudi truk, pedagang kulit
dan mutiara. Beberapa di antara mereka yang sudah menjadi dokter,
guru, insinyur, dan dokter gigi sekalipun sampai sekarang tetap
senang memelihara domba ataupun sapi. Mereka biasanya memakan nasi,
daging sapi, ayam dan domba. Daging babi tidak dicicipi, kecuali
jika disebut daging biri-biri, alkohol juga tidak mereka minum.
Agama orang Hui adalah Islam. Menurut ajaran mereka lima rukun Islam
wajib ditaati. Di antara suku Hui, terdapat banyak sekte dan aliran.
Generasi yang terdahulu mencoba mengadaptasi agama Islam dengan
kebudayaan Cina, misalnya mereka membangun masjid tidak seperti
layaknya sebuah masjid. Di samping itu ada juga sekte yang
menekankan untuk menghormati pendiri dan tua-tua agama. Di daerah
Tiongkok Utara bagian Barat, jumlah orang Hui lebih banyak sehingga
orang Hui lebih konservatif dari pada yang ada di daerah Utara
bagian Timur.
Perempuan Hui tidak boleh menikah dengan orang non-Hui, namun laki-
laki suku Hui diijinkan mencari isteri dari suku Cina yang lain,
asal mereka bersedia mengikuti agama Hui. Sejak 1949 orang Hui tidak
bebas lagi mengatur pernikahan sesuai dengan ketentuan adat saja,
sehingga sekarang ini orang tua tidak lagi bisa mengatur pernikahan
anak mereka. Mereka tidak boleh menikah dalam usia yang sangat muda.
Wanita diberi hak untuk menceraikan suami mereka jika mereka
menginginkan dan mereka juga mendapat warisan.
Pada zaman Revolusi Kebudayaan suku Hui sangat dianiaya, tetapi
mereka kuat dan bisa bertahan dalam tekanan yang berat itu. Pada
waktu itu banyak masjid dihancurkan. Sesudah Revolusi Kebudayaan,
mereka dengan cepat membangun rumah ibadah mereka kembali, seperti
di propinsi Nangksi 1.400 masjid dibuka lagi. Sekarang pemerintah
RRC lebih terbuka terhadap agama orang Hui. Masjid tidak harus
membayar pajak lagi, para imam juga boleh belajar agama mereka dan
tidak harus menyembunyikan diri di bawah tanah. Suku Hui diberi hak
untuk mengebumikan orang mati dan tidak lagi diwajibkan untuk
dikremasi, walaupun suku Han tetap diwajibkan untuk mengkremasikan
mayat mereka. Orang Hui lebih terbeban mengikuti program KB di RRC,
di mana hanya 1 anak yang diijinkan bagi satu keluarga, tetapi
mereka sering masih memiliki 2 anak per keluarga. Sekarang mereka
tetap diarahkan untuk tidak menikah cepat. Jika mereka menikah di
atas umur 25 tahun, dan hanya mempunyai seorang anak saja, maka
mereka diberi hadiah.
SIKAP TERHADAP AGAMA KRISTEN
Walaupun mereka sangat ramah terhadap orang Kristen namun mereka
tetap menolak untuk menjadi Kristen. Jika mereka menjadi Kristen
mereka akan dianianya oleh keluarga mereka, komunitas agama lain dan
orang-orang Komunis atheis. Ikatan pada agama Islam itulah yang
menjadi salah satu alasan mengapa Injil sulit diterima. Walaupun
Injil sudah lebih dari 30 tahun diberitakan kepada mereka, namun
belum ada hasilnya. Sekarang ini ada kira-kira 200 orang Kristen di
antara orang Hui. Siaran radio dan literatur Kristen sudah tersedia
untuk menjangkau mereka dengan Injil. Selain itu ada satu tim
pelayanan yang memiliki beban bagi suku Hui.
POKOK-POKOK DOA
- Berdoa agar mereka terbuka bagi Injil dan tidak terkurung dalam
tradisi dan kebudayaan mereka yang tidak membawa mereka kepada
keselamatan.
-
Berdoa untuk siaran radio bagi suku Hui agar kreatif dalam
mengkomunikasikan Kabar Baik sehingga suku Hui tertarik dan
menikmati siaran tersebut.
-
Berdoa agar orang Hui mencari kebenaran melalui siaran radio yang
mereka dengar.
-
Berdoa untuk literatur Kristen yang disebar di antara suku Hui,
agar dibaca dan dipahami.
-
Berdoa untuk film Yesus dan Alkitab dalam bahasa mereka.
-
Berdoa untuk orang Kristen di lingkungan orang Hui agar terbeban
untuk menyaksikan kasih Kristus kepada mereka.
-
Berdoa untuk gereja di seluruh dunia agar mereka bersedia
mendoakan suku Hui dengan setia dan mencari jalan untuk
memberitakan Injil kepada mereka.
-
Doakan yang terbeban untuk melayani suku Hui, agar berani
mendekati mereka dan bersedia untuk berkorban.
Sumber diambil dari:
| Judul Buletin | : | Buletin Terang Lintas Budaya, Edisi 57/2004 |
| Halaman | : | 4 - 6 |
e-JEMMi 04/2006