You are hereArtikel Misi / Perhatikanlah Cara Kerja Injil
Perhatikanlah Cara Kerja Injil
Bila Alkitab merupakan buku kehidupan, Injil adalah pedoman kehidupan. Injil merupakan pedoman yang menyatakan bagaimana caranya untuk hidup, bagaimana memandang tujuan dan arti di dalam hidup. Injil tidak hanya meliputi kehidupan di dunia yang akan datang, tetapi juga di dunia pada masa kini.
Beberapa orang seolah-olah berpendapat bahwa kekristenan mengajarkan untuk mengorbankan sesuatu pada saat ini agar mendapat penggantinya pada masa yang akan datang. Tidak ada yang lebih jauh daripada kebenaran selain pendapat tersebut. Perhatikan, misalnya, perumpamaan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus. Sepintas lalu, cerita itu seolah-olah menyatakan bahwa Lazarus bersukacita di surga karena ia menderita di dunia. Tetapi sesungguhnya, sebaliknyalah yang terjadi. Lazarus hidup di surga karena ia telah belajar bagaimana caranya hidup di dunia. Sedangkan orang kaya itu, walaupun banyak hartanya, ia belum pernah belajar bagaimana caranya hidup. Hal hidup merupakan satu hal; hal kaya atau miskin merupakan persoalan yang lain. Ada orang-orang kaya yang pergi ke surga dan ada orang-orang miskin yang masuk ke neraka.
Sebagai guru-guru Alkitab, kita harus memahami bahwa Injil merupakan satu-satunya pedoman dari Allah bagi kita ke arah kehidupan yang senang dan berarti di sini dan pada masa kini. Lebih daripada ini, kita perlu memahami bagaimana caranya Injil bekerja untuk mengubah hidup dan menjadikan itu sesuatu yang berarti.
Pengajaran yang sesuai dengan Tuhan sangat hakiki bagi kelahiran baru yang sejati. Pengajaran itu sangat hakiki bagi pemeliharaan kehidupan yang baru di dalam Kristus dan melatih orang-orang di dalam hal pengabdian. Pengajaran tersebut sangat hakiki untuk melakukan kebajikan.
Pelayanan gereja yang rangkap dua harus senantiasa menjadi usaha bagi semua anggota gereja. Bila kita mengabaikan salah satunya, seluruh kerajaan Allah akan menderita. Yang pertama, kita harus memenangkan jiwa baru dengan jalan mengajar dan berkhotbah agar mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Yang kedua, kita harus mengajar dan berkhotbah agar orang-orang yang telah ditebus itu hidup seperti Kristus. Tujuan kita -- bagi diri kita dan orang-orang lain -- ialah meneladani Kristus, serta berusaha di dalam kasih, iman, serta harapan untuk hidup sesuai dengan kehidupan-Nya, mengajar sesuai dengan ajaran-Nya, dan mengabdikan diri kita di dalam hidup, serta melayani Dia dengan penuh pengorbanan. Orang-orang yang telah ditebus harus diajar dan dilatih secara teliti bagi tujuan ini. Kedua tujuan yang mulia ini menuntut agar ada khotbah-khotbah yang bersifat "mendidik", pengajaran, serta pemeliharaan secara pribadi yang sungguh-sungguh.
Mungkin kesempatan yang terbesar bagi para pendeta kita ialah untuk berpusat pada pembinaan sekelompok guru yang ampuh bagi sekolah minggu. Hal ini tidak dapat dilakukan melalui satu gerakan massa dengan menambah jumlah pada kelompok guru yang telah ada, tetapi dengan memilih dari kelompok-kelompok kecil serta memberikan latihan dan bimbingan yang secukupnya kepada mereka. Dan kemudian, mereka akan menjangkau orang-orang lainnya, dan dengan sendirinya jumlah itu akan bertambah-tambah. Allah mengangkat kita sekalian sebagai para pembantu-Nya di dalam usaha yang istimewa ini, yakni menjadikan orang-orang suatu kejadian baru di dalam Kristus Yesus.
Bagaimana Kristus Mengubah Hidup
Pada pokoknya, dasar segala ajaran adalah untuk memengaruhi tingkah laku manusia. Baru di dalam generasi akhir ini, ilmu jiwa modern dibentuk sebagai ilmu pengetahuan. Para penyelidik Alkitab yang mempelajari metode-metode mengajar dengan segera akan melihat bahwa Alkitab menyatakan kebenaran-kebenaran ilmu jiwa yang digenapkan secara sempurna di dalam kehidupan dan ajaran Kristus.
Untuk mengubah perangai manusia, para sarjana ilmu pengetahuan mungkin akan menyatakan kepada kita untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan orang itu. Tetapi Kristus senantiasa memulai pada sumber dari kebiasaan kita -- hati, akal budi, kehendak, dan alam bawah sadar kita.
"Hati" yang dimaksudkan oleh Alkitab, meliputi seluruh akal budi dan sifat rohani manusia. Kita mengetahui bahwa hal ini merupakan sumber dari segala pikiran, tingkah laku, serta perasaan kita. Di dalam tulisan-tulisan hikmat dari Alkitab, tercatatlah hal ini: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4:23). Sebelum ditulis, rupa-rupanya hal itu disampaikan dari satu generasi kepada generasi lainnya melalui hafalan.
Seorang ahli ilmu jiwa modern, Carl Jung, mengajar kita supaya memerhatikan pribadi kita yang belum kita kenali -- yakni roh kita -- yang harus diperhatikan secara lebih sungguh-sungguh, atau manusia akan mengalami malapetaka. Alkitab mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dengan kuasa untuk membuat pilihan, dan bahwa ada dualisme di dalam sifat dasar dan segala kepribadian kita. Manusia dapat menjadi anak Allah atau budak Iblis. Ia memiliki kemampuan yang tak terbatas.
Dalam penyelidikan Alkitab, kita mengetahui bahwa Allah menciptakan kita agar memerintah bumi ini. Ia ingin agar kita bekerja, belajar, serta melakukan penyelidikan dan belajar lebih banyak lagi. Tetapi Ia mengetahui bahwa kesanggupan kita sendiri di dalam memakai pengetahuan yang makin meningkat itu secara tepat, bergantung pada pilihan pokok dari cita-cita utama kita itu. Apakah kita akan memilih untuk berbakti kepada Allah, salah satu dari dewa-dewa palsu itu, atau kepada diri kita sendiri? Gereja, yang mengajar kita sesuai dengan Kristus, mengajar kita supaya dapat membuat pilihan yang benar, dan berpegang kepada Kristus bukan hanya bagi keselamatan kita, tetapi juga bagi cita-cita kita.
Tugas guru adalah untuk menjangkau hati. Allah mengharapkan agar kita bertambah-tambah di dalam anugerah dan pengenalan akan Dia. Bila hati kita merupakan rumah bagi Kristus dan Ia adalah Tuhan bagi kehidupan kita maupun Juru Selamat kita, maka dari dalam hati kita akan timbul keinginan dan pikiran yang seperti Kristus. Pikiran-pikiran ini akan menjadi perbuatan-perbuatan seperti Kristus. Perbuatan yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan- kebiasaan akan menjadi satu sistem kebiasaan. Dan berbagai-bagai sistem kebiasaan dari tujuan, keinginan, rancangan, dan perangai akan membentuk watak seperti Kristus. Dengan demikian, kehidupan kekal yang seperti Kristus dimulai pada saat itu, dan nasib kita merupakan nasib seperti Kristus. Akan tetapi, persoalan kita dijadikan sulit oleh karena kenyataan bahwa kita sendiri dan para anggota kelas kita sudah memiliki pribadi dan watak tertentu. Seiring pertambahan usia, maka makin sukar bagi kita untuk mengubahnya. Sebab itu, tugas kita sebagai guru-guru adalah untuk memulai di mana kita berada pada saat ini dan terus berusaha menjangkau hati itu bagi Kristus di dalam segala keputusasaan hidup.
Sumber:
Judul buku | : | Cara Mengajar yang Lebih Berhasil |
Pengarang | : | Joe L. McMillin |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, bandung 1995 |
Halaman | : | 61 -- 65 |
Dipublikasikan di: http://pepak.sabda.org/24/jan/2008/anak_perhatikanlah_cara_kerja_injil
- Login to post comments
- 2539 reads