You are here
Misi dan Antropologi 1 (Editorial Edisi 01-2013)
Shalom,
Pemahaman antropologi sangat membantu para utusan Injil dalam pelayanan mereka. Lalu, apa kontribusi dan implikasi antropologi bagi para utusan Injil yang melayani masyarakat dalam konteks sejarah dan budaya yang berbeda? Dalam e-JEMMi edisi 01, kita akan melihat sejauh mana antropologi membantu kita memahami berita Alkitab. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.
Misi dan Antropologi 2
Asumsi-Asumsi Antropologis
Teori evolusi budaya mendominasi Antropologi sampai seperempat awal abad 20. Pada masa itu, seperti dalam teologia Kristen abad pertengahan, sejarah menjadi acuan catatan pengalaman manusia. Tetapi di dalam teori-teori ini, sejarah murni dijelaskan secara naturalisme, bukan secara teisme. Kala itu, "budaya" dipandang sebagai ciptaan manusia dalam tahap perkembangan yang bervariasi di berbagai belahan dunia.
Teori evolusi budaya mulai dipertanyakan setelah PD I. Menolak gagasannya bukan berarti bahwa kita harus mengabaikan paradigma penjelasan berdasarkan sejarah. Alkitab sendiri menjelaskan kehidupan manusia dalam lingkup sejarah kosmik, bagai sebuah drama yang memiliki plot; terdiri dari awal, perkembangan, dan akhir. Namun, Alkitab menolak gagasan bahwa pengalaman manusia adalah rangkaian peristiwa yang acak, tak terarah, dan tak bertujuan, sehingga tidak bermakna. Lebih lagi, Alkitab menyatakan bahwa yang menggerakkan sejarah bukanlah kebetulan yang buta, tetapi tujuan Allah dan tanggapan manusia. Kita perlu memahami perjalanan manusia dan penyingkapan Ilahi dalam konteks sejarah.
Misi dan Antropologi 2 (Editorial Edisi 02-2013)
Shalom,
Mengintegrasikan sudut pandang teologis dan antropologis tentang manusia merupakan hal yang sangat penting karena jika kita hanya menitikberatkan pada satu sisi saja, maka dapat menimbulkan suatu konflik. Bagaimana agar keduanya bisa berjalan sinergis? Silakan menyimak artikel di bawah ini, yang juga merupakan lanjutan artikel dari edisi sebelumnya. Tuhan Yesus memberkati.
Kebajikan Bukan Milik Kita (Editorial Edisi 51-2012)
Shalom,
Adakalanya peristiwa dalam kehidupan membuat kita mengambil keputusan untuk "menutupi" cahaya yang kita miliki dari Kristus. Peristiwa-peristiwa yang menyisakan luka dalam hidup, sering kali mengaburkan pesan Allah untuk menjadi terang bagi dunia. Kita lebih memilih untuk menenggelamkan hidup dalam keterlukaan: menutup diri terhadap kebaikan orang lain dan juga tidak menyampaikan kebaikan kepada orang lain. Tetapi, tentu saja bukan demikian maksud ujian yang diizinkan Tuhan untuk kita hadapi. Mungkin kita pernah mengalami kepahitan hidup seperti yang terjadi pada tokoh dalam kesaksian berikut ini. Kiranya kesaksian ini dapat membuat kita mengambil keputusan yang benar, saat menghadapi masa-masa sulit dalam hidup kita. Selamat membaca.
Kebajikan Bukan Milik Kita (Yohanes 3:16)
Dulu, saya adalah seorang tahanan dengan masa hukuman yang lama di suatu negara Komunis. Saya memunyai teman sesama tahanan, sejumlah besar mantan hakim dan jaksa penuntut, yang dihukum karena mereka pernah, suatu kali, mengadili orang-orang Komunis. Para hakim dan jaksa penuntut yang dulu menjatuhkan hukuman, sekarang mereka sendiri merasakan kerasnya kehidupan penjara. Mereka semua mengatakan bahwa seandainya mereka menjadi hakim lagi, mereka tidak akan pernah menjatuhkan hukuman berat yang mereka pernah jatuhkan sebelumnya. Mereka tidak pernah menyadari sebelumnya bahwa tertulis lima tahun hukuman penjara di atas kertas, tidaklah sama dengan lima tahun di balik terali besi. Tidak ada seorang pun yang mau menghabiskan lima tahun di dalam penjara. Tuhan membuat setiap hari dalam penjara berbeda dan setiap menit dari setiap hari memunyai penderitaannya sendiri. Pengalaman dalam menderita, mengubah pandangan seseorang atas pertanyaan akan penghukuman.
Kamar yang Kosong
Bagi kami, kamar itu merupakan kamar yang nyaman karena kami mengubahnya dari kamar yang pengap dan gelap, karena sebelum kami pindah ke daerah pertanian di lembah ini, kami belum pernah memiliki kamar khusus untuk menerima tamu.
Suami saya dan saya senang menjamu tamu-tamu yang berkunjung. Kedua anak kami yang tertua sudah menikah dan pindah, tetapi ketiga anak perempuan asuh kami tetap membuat suasana rumah kami hidup dan gembira.
Yayasan Mercy Indonesia
==> www.imercy.org
Mercy Indonesia merupakan website dari Yayasan Mercy Indonesia. Awalnya, Yayasan ini didirikan oleh Paulus dan Marliesye Wiratno pada 10 Mei 2001, untuk menampung anak-anak yatim piatu korban kerusuhan di Timor Timur. Namun, seiring berjalannya waktu, yayasan ini terbuka untuk menampung anak-anak yatim piatu dari daerah lain juga.
Bukti Profil Diri: Apakah Yesus Mempunyai Semua Atribut Allah? 2
PENCIPTA ATAU CIPTAAN?
Sebagian gambaran Yesus yang harus cocok dengan gambaran Allah adalah Pribadi yang tidak diciptakan, yang telah ada sejak kekekalan masa lampau. Yesaya 57:15 menggambarkan Allah sebagai "Dia yang hidup selamanya". Tetapi, saya berkata kepada Carson, "Ada beberapa ayat yang tampaknya menyiratkan bahwa Yesus adalah Pribadi yang diciptakan dan pertama kali ada ketika Dia lahir di Betlehem. Misalnya, Yohanes 3:16 menyebut Yesus sebagai Anak Allah 'yang diperanakkan'. Kolose 1:15 menulis bahwa Dia adalah 'yang sulung dari semua ciptaan'. Bukankah keduanya menyiratkan bahwa Yesus diciptakan, sebagai lawan kata dari Sang Pencipta?"
Bukti Profil Diri Yesus 2 (Editorial Edisi 50-2012)
Shalom,
Pada edisi sebelumnya, kita telah membahas salah satu atribut yang menunjukkan bahwa Yesus memiliki kesetaraan dengan Allah. Saat ini, kita mungkin telah mengantongi salah satu alasan mengapa Yesus dapat disejajarkan dengan Allah. Dengan sedikit menambahkan batasan dalam memikirkan tentang ke-Allah-an Yesus, edisi lanjutan kami kali ini masih membahas tentang atribut Yesus yang menunjukkan ke-Allah-an-Nya. Kiranya pengenalan kita akan jati diri-Nya yang sesungguhnya, semakin menguatkan iman kita kepada-Nya. Selamat membaca.
Kubur yang Hilang
Ditinggal mati oleh seorang ayah atau suami dengan cara yang sangat mengenaskan, bukanlah suatu perkara yang gampang untuk diterima. Tetapi, itulah yang menjadi kenyataan pahit bagi R dan ibunya, D, di Akedobu, Pulau Bacan, Halmahera. YP adalah pendeta di desa Akedobu dengan jemaat lebih dari 100 orang.