You are hereArtikel Misi / Misi Gereja Masa Kini

Misi Gereja Masa Kini


Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menilai pihak-pihak tertentu, tetapi lebih cenderung diarahkan untuk mengingatkan kita selaku anggota Tubuh Kristus, akan tugas dan hakikat keberadaan kita yang sesungguhnya di dunia ini. Kristus tidak pernah memanggil kita untuk duduk tenang menikmati keselamatan kita, tetapi Dia memerintahkan "... supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib" (1 Petrus 2:9).

MISI GEREJA MASA KINI

Gereja yang hidup adalah gereja yang bermisi, gereja yang dengan sungguh-sungguh dan setia mencoba menjalankan setiap aspek kebenaran firman Tuhan di dalam kesehariannya. Memang itu bukan hal yang gampang, tetapi bukan tidak mungkin dicapai dan dilakukan. Pasti ada konflik dan pertentangan yang akan terjadi, tetapi kalau kita semua mau setia dan tunduk diri di bawah kebenaran firman Tuhan dan bersama-sama menjalankannya, niscaya pertentangan itu dapat diselesaikan bersama-sama.

Dalam bagian ini, kita tidak akan menyoroti tentang kehidupan gereja secara keseluruhan, tetapi lebih mengamati kepada misi yang harus dilakukan oleh gereja.

HAKIKAT DAN DEFINISI MISI

David W. Ellis dalam bukunya, "Gumulan Misi Masa Kini", memberikan suatu definisi misi sebagai berikut: Misi adalah panggilan yang tritunggal untuk menyatakan Kristus kepada dunia dengan jalan proklamasi, kesaksian, dan pelayanan supaya dengan kuasa Roh Kudus, Allah, dan firman-Nya, manusia dibebaskan dari egoisme dan dosanya dan dengan tindakan Allah dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah dengan jalan percaya akan Dia melalui Yesus Kristus, yang diterimanya sebagai Juru Selamat pribadinnya, dan dilayaninya sebagai Tuhannya dalam persekutuan tubuh-Nya, yaitu gereja, untuk kemudian menyatakan Dia kepada dunia.

Definisi ini tampaknya sudah merupakan definisi yang sederhana, ringkas, tetapi juga padat. Di dalam definisi ini sudah tercakup hal-hal yang tergolong sebagai tindakan misi, yaitu:

  1. Proklamasi (gereja terpanggil untuk memproklamirkan Kristus kepada dunia).

  2. Kesaksian (gereja terpanggil untuk hidup seperti Kristus di dunia dengan kesalehan dan keesaan-Nya), dan

  3. Pelayanan (gereja terpanggil untuk melayani dan menjalani aksi-aksi sosial dengan kasih Kristus bagi dunia).

APA SEBENARNYA HAKIKAT MISI?

Misi adalah manifestasi Kristus kepada dunia. Kristus datang memproklamasikan fiman Allah, hidup Kristus, bahkan Kristus sendiri adalah firman Allah yang diproklamasikan. Pelayanan Kristus merupakan ungkapan firman dalam tindakan sosial yang aktif. Perhatikan ayat yang dipilih Tuhan Yesus dalam permulaan pelayanan-Nya, yaitu ayat dari Kitab Yesaya, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik ... dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan ..." (Lukas 4:16-17).

Bagaimana bentuk-bentuk konflik yang dapat terjadi dalam misi?

  1. Terlalu mementingkan soal kesaksian dan pelayanan.
  2. Kompromi teologi.
  3. Terlalu menekankan aksi sosial.
  4. Penekanan perbaikan kehidupan tanpa penebusan.

Bentuk-bentuk di atas adalah serangan-serangan yang dilakukan secara tidak langsung pada dasar misi.

  1. Serangan langsung terhadap kewibawaan firman Tuhan.

    Ini adalah bentuk serangan yang paling populer dan tampaknya menjadi suatu kecenderungan yang terjadi di gereja-gereja Tuhan masa kini. Bentuk serangan ini, antara lain:

    1. Memberikan kesibukan dalam tugas kependetaan.

    2. Mengabaikan pentingnya pekabaran Injil (PI). Iblis berusaha menentang proklamasi Injil di dunia modern. Mereka "menghaluskan" tugas mengabarkan Injil dengan perkataan bahwa "gereja memang harus hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai saksi, tetapi tidak perlu terang-terangan. Itu cukup dilakukan dengan cara gereja menyatakan bahwa gereja hadir di tengah-tengah masyarakat". Cara lain yang dipakai adalah dengan mengutamakan toleransi di atas segala sesuatu. Cara lainnya lagi adalah dengan menampilkan suatu bentuk ajaran (atau dapat juga praktik kehidupan) kristiani tanpa Kristus. Cara yang terakhir ini sesungguhnya adalah upaya gereja untuk menawarkan garam dan menutupi terangnya sendiri. Tapi sayangnya orang-orang yang demikian akan begitu disanjung dan dihormati di gereja karena merekalah yang dianggap sebagai orang yang "bijaksana" dan "juru damai". Tetapi kita tidak boleh ditipu dengan cara-cara iblis yang demikian. Kita tidak boleh mengganti Mesias yang tersalib dan menderita karena kasih dengan mesias-mesias palsu yang mengobral kasih murahan. Kita harus lebih takut pada Allah yang sudah memberikan kasih sejati di atas Bukit Golgota melalui karya Kristus di salib.

    3. Berita Injil tanpa salib.

      Bentuk serangan iblis di zaman modern ini adalah pemberitaan Injil tanpa salib. Yang ada hanyalah sukacita, kemakmuran, kepuasan, kesenangan diri, pemenuhan hawa nafsu, dan berbagai ajaran yang menghujat Allah Tritunggal. Kita harus ingat bahwa salib adalah kemenangan Allah. Karena itu sangat mustahil jika ada orang Kristen yang mengaku dapat hidup berkemenangan tanpa Salib, karena "... di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5).

      Yang kita beritakan adalah Kristus yang disalibkan, dan "pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohoan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuataan Allah" (1 Korintus 1:18).

  2. Serangan terhadap pelayanan firman Tuhan di dalam gereja. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman, siapakah yang membangkitkan amarah Allah, sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah mereka semua yang keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa? Dan siapakah yang Ia murkai empat puluh tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa dan mayatnya bergelimpangan di padang gurun? Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? Demikianlah kita, bahwa mereka yang tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka" (Ibrani 3:15-19).

Apa jawaban kita?

Kiriman dari : Pdt. Ignatius Bagoes Seta, B.Th., Dip.Th.S.,
Dip.Div. & Miss., Cert. of Perspective

e-JEMMi 33/2008