You are hereMetode Mengabarkan Injil -- Beberapa Petunjuk Untuk "Mi" Umum

Metode Mengabarkan Injil -- Beberapa Petunjuk Untuk "Mi" Umum


Definisi

Yang dimaksud dengan MI umum ialah memberitakan Injil kasih karunia Allah kepada sekelompok atau sejumlah orang secara umum.

Pentingnya MI umum

Betapa pentingnya upaya ini jelas dari teladan Tuhan Yesus dan rasul Paulus, misalnya Khotbah di Bukit (Matius 5-7), khotbah kepada 5.000 orang (Yohanes 6), Petrus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2), rasul Paulus di Atena (Kisah Para Rasul 17), dan contoh-contoh lain dalam Perjanjian Baru.

Keuntungan metode ini ialah, dalam satu waktu tertentu banyak orang dapat serentak mendengar berita Injil. Pada zaman ini dunia terasa makin kecil karena segala alat komunikasi semakin canggih. Penduduk dunia bertambah terus, aliran-aliran atau lembaga-lembaga lain terus giat memberitakan ajarannya melalui media cetak dan media elektronik -- buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, film, ceramah, kelompok studi, dll. Dan tidak dapat disangkal, bahwa zaman ini adalah zaman persaingan komunikasi yang menuntut keahlian, ketrampilan, dan alat-alat canggih. Maka kita, mau tidak mau, harus memikirkan cara yang paling tepat guna dan berhasil dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas komunikasi canggih, untuk mengkomunikasikan terang Kristus kepada masyarakat. Sudah saatnya -- kalau tidak hendak dikatakan terlambat -- gereja, badan-badan misi, dan lembaga-lembaga penginjilan di Indonesia memikirkan peningkatan bobot pelayanan Injil melalui media komunikasi, dengan membina dan mempersiapkan komunikator-komunikator trampil dan lembaga-lembaga komunikasi tangguh yang mencakup media cetak, media elektronik, media panggung, dan bahkan media tradisional.

Pelaksanaan MI Umum

I. MI di Gereja

Apabila Alkitab diuraikan secara alkitabiah dan komunikatif dari mimbar gereja setiap minggu, maka kebaktian Minggu merupakan kesempatan emas MI bagi masyarakat umum, sebab semua khotbah alkitabiah dan komunikatif adalah pemberitaan Injil yang paling berhasil. Namun kadang-kadang khotbah perlu disederhanakan dan ditujukan secara khusus kepada orang-orang yang belum percaya, supaya mereka tergugah dan diarahkan kepada pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus.

Misalnya, sebulan sekali adakanlah kebaktian khusus pada sore hari. Khusus untuk kebaktian itu buatlah undangan istimewa dengan catatan: 'tidak menyalahi kerukunan dan toleransi.' Untuk kebaktian demikian, pengkhotbah harus mengarahkan khotbahnya bagi pendengar non-Kristen. Kebaktian itu perlu disusuli kebaktian lanjutan pada pekan berikutnya, dengan mengundang mereka dan anjuran supaya mereka mengajak saudara atau teman mereka. Sementara kebaktian berlangsung, satu tim pengamat yang telah dipersiapkan, perlu dikerahkan untuk kemudian mengadakan pendekatan atau percakapan pribadi dengan pengunjung yang benar-benar berminat. Pendekatan ini dapat dilanjutkan antara peminat dan pengkhotbah. Dan kebaktian khusus demikian dapat diperluas menjadi suatu Kebaktian Kebangunan Rohani.

Namun, kebaktian semacam ini janganlah mengganggu apalagi menggeser pemberitaan Firman Tuhan setiap minggu. Kebaktian Minggu harus tetap berjalan dan merupakan pemberitaan Injil untuk kebangunan rohani jemaat.

II. MI di Rumah Sakit

  1. Rumah Sakit Kristen

    Kita diperintahkan oleh Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit. Rumah sakit Kristen dengan usahanya menyatakan dan menerapkan kasih Kristus melalui pelayanan praktis dan langsung, adalah merupakan suatu pos MI yang sangat efektif dan berkesan.

    Kita, sebagai orang Kristen yang awam dalam bidang medis, dapat menyumbangkan tenaga untuk menata atau mengurus rumah sakit Kristen sesuai kemampuan kita. Misalnya menjahit, muda-mudi mencat gedung rumah sakit atau merawat kebun -- pendeknya cukup banyak kemungkinan dimana kita dapat terlibat secara praktis membantu tim dokter dan jururawat.

  2. Kesaksian di Rumah Sakit

  3. Di samping memberikan kesaksian sosial secara praktis, rumah sakit Kristen dapat dan wajib sekaligus memberikan pemberitaan Injil, supaya para pasien dapat melihat dan mengerti motivasi yang mendasari pelayanan sosial itu, dan menyadari kebutuhan mereka akan Juruselamat.

    Kita juga harus memanfaatkan kesempatan, bahwa sebagai tim Kristen kita bisa memperoleh izin untuk mengadakan kebaktian di rumah sakit pemerintah -- sejauh keadaan memungkinkan hal itu. Dalam hal ini dan untuk semua kebaktian, apakah itu akan diadakan di ruangan khusus, di bangsal atau di teras rumah sakit, maka hal-hal berikut penting kita pedomani:

    1. Disamping izin, kebaktian itu harus didukung oleh karyawan rumah sakit.

    2. Kebaktian harus pendek, sederhana dan teratur. Para pasien kurang kuat, tidak tahan lama mengikuti kebaktian.

    3. Karena mereka dalam penderitaan, maka mereka memerlukan penghiburan yang ada pada Kristus. Segi-segi positif mengenai Yesus dan karya penyelamatan-Nya perlu mendapat penekanan. Maut dan penghukuman janganlah terlalu ditonjolkan.

    4. Sediakan bacaan sederhana untuk diberikan kepada mereka seusai kebaktian. Kalau ada kesempatan berbicara dengan mereka, usahakanlah:

      1. Bicara seperlunya -- ringkas dan pendek, dan jangan mengganggu pasien lainnya.

      2. Jangan berdebat.

      3. Berlakulah sopan dan bersedia mendengarkan keluhan atau apa saja yang merupakan beban hatinya.

      4. Jangan banyak bertanya tentang penyakitnya. Usahakanlah mengarahkan pembicaraan kepada hal-hal positif yang memberi harapan, terutama perihal hidup baru dengan Yesus Kristus.

  4. MI di Lembaga Pemasyarakatan

  5. MI di Lembaga Pemasyarakatan menuntut persyaratan yang sangat ketat:

    1. Harus dengan izin khusus; jangan melanggar peraturan Kehakiman.

    2. Selalu waspada; hindari jangan sampai Injil, atau kita sebagai penginjil, diperalat untuk suatu tujuan jahat.

    3. Bila mungkin, bentuklah kelompok penelaahan Alkitab di antara mereka. Harus diakui bahwa ini sukar sekali bagi mereka dalam keadaan demikian, apalagi untuk mandiri sebagai Kristen.

    4. Kalau kita konsekuen memberitakan Injil, maka kita harus bersedia menolong mereka apabila mereka bebas. Dalam hal ini mungkin kita akan mengalami banyak perilaku pahit. Karena itu sebaiknya dalam kebijakan ini kita mohon didampingi orang-orang yang cukup berpengalaman dan berwibawa, terutama bila terjadi sesuatu yang sifatnya kriminal.

    5. Dalam pemberitaan jangan sekali-kali menyinggung perasaan para tahanan. Menyinggung perasaan mereka berarti kita telah melakukan tindakan dosa. Sedapat mungkin kita harus mengindentifikasikan diri dengan mereka, guna membawa mereka kepada hidup baru dalam Kristus.

    6. Seorang tahanan cenderung putus asa. Jadi tepat sekali apabila pemberitaan kita tekankan pada masa depannya yang penuh harapan yang hidup dan pasti dalam Kristus. Dan bahwa ia dapat menjadi 'ciptaan baru' melalui pengampunan penuh dari Allah Bapak.

    7. Akan sangat menolong bila kita mengunjungi keluarga tahanan itu, untuk dapat lebih mengerti latar belakangnya, dan bila mungkin juga menolong mereka.

  6. MI Rumahtangga

  7. Kebaktian-kebaktian rumahtangga merupakan tempat yang ideal bagi pekabaran Injil kepada para tetangga yang belum Kristen. Tapi dalam hal pendekatan dengan tetangga, kita harus lugas dan bijaksana. Harus menghindari kesan 'mengkristenkan' yang begitu peka di negeri kita ini. Karena itu penting sekali memperhatikan hal-hal berikut:

    1. Kesaksian hidup anggota keluarga kita sendiri sehari-hari harus sedemikian rupa (dalam pergaulan sehari-hari, peran serta kita dalam kegiatan sosial, dll.) sehingga tetangga tidak segan datang ke rumah kita, karena mereka sudah menyaksikan sendiri bahwa hidup kita sesuai dengan amanat Injil.

    2. Kalau kebaktian itu diadakan setiap minggu, maka baik sekali mengundang pengkhotbah berbakat penginjil. Untuk itu acara harus dipersiapkan matang dan undangan khusus untuk mengundang tetangga-tetangga yang belum mengenal Kristus harus sopan dan bersahabat, supaya dengan demikian nyata bahwa kita menghormati mereka, dan mereka pun tergerak datang untuk mendengar berita Injil keselamatan.

    3. Hari-hari besar seperti Paskah, Natal dan ulang tahun dapat kita gunakan untuk MI. Dalam hal ini kita wajib menghargai hari-hari besar golongan lain dan menerima undangan teman atau tetangga untuk merayakannya.

    4. Kebaktian tidak usah terlalu formil, tapi harus tertib dan menghormati setiap peserta. Acara sederhana namun menarik seperti berikut perlu mencakup:

      1. Pembukaan -- Bisa berupa selamat datang disertai ucapan terimakasih dan sekedar penjelasan tentang acara.

      2. Nyanyian -- Koor atau nyanyian tunggal baik sekali dilibatkan. Nyanyian gerejawi secara bersama harus dipertimbangkan secara bijaksana. Itu perlu mengingat yang datang bukan Kristen, dan tentu bisa dimaklumi bila mereka malu atau segan ikut menyanyikan nyanyian Kristen.

      3. Doa -- Doa hendaknya singkat, praktis dan dalam bahasa sehari- hari. Yang berdoa hendaknya menjabarkan dirinya nya dengan jemaatnya. Akan kurang bijaksana bila doa itu berbunyi, 'Ya Tuhan, bukalah mata orang-orang yang belum Kristen, supaya mereka percaya', dsb. Karena itu sebaiknyalah berdoa, 'Ya Tuhan, bukalah mata kami masing-masing supaya kami dapat percaya dan melihat Yesus sebagai juruselamat Dan doa itu janganlah dijadikan seperti khotbah.

      4. Renungan dan khotbah -- Renungan atau khotbah harus betul- betul dipersiapkan, singkat, sederhana, tepat dan sesuai dengan daya nalar hadirin. Pengkhotbah harus menyesuaikan kata-katanya dengan suasana kebaktian itu. Dan yang terpenting ialah pimpinan Roh Kudus.

      5. Kesaksian -- Kesaksian pribadi juga penting karena dapat membawa orang lain kepada Kristus. Tapi harus hati-hati sekali bila bersaksi, sebab yang kita saksikan adalah Kristus, bukan kehebatan dan kepintaran diri kita sendiri. Dan kesaksian itu harus pengalaman diri sendiri, jangan meniru kesaksian orang lain. Dalam bersaksi kita harus jujur dan rendah hati, jangan terjebak oleh dosa kesombongan. Acara kesaksian harus betul- betul dipertimbangkan sebelum diadakan.

      6. Tanya jawab -- Dalam kebaktian MI, bila suasana dan waktu tidak mengizinkan acara tanya jawab lebih baik ditunda untuk kesempatan lain; jangan sampai merusak suasana. Tapi bila ada yang sungguh berminat untuk bertanya, lebih baik dilayani dengan mengatur pertemuan antara dia dengan pengkhotbah secara pribadi seusai kebaktian.

      7. Lain-lain -- Bila mungkin menyajikan hidangan kendati sederhana. Janganlah MI rumahtangga ditiadakan hanya karena tidak mampu menyajikan makanan enak.

    Film ataupun sandiwara adalah alat MI yang efektif, justru perlu dimanfaatkan. Traktat dan bacaan-bacaan lain dapat diberikan kepada orang-orang yang belum Kristen. Hendaknya kita sedia dengan buku- buku kecil untuk diberikan kepada mereka. Tapi isi buku-buku itu harus kita mengerti lebih dulu, apakah cocok dengan keadaan mereka.

  8. MI Melalui Kelompok

  9. Yesus memilih 12 orang untuk menyertai-Nya, dan akhirnya mereka menjadi saksi-saksi-Nya. Pada saat mereka dipilih, mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Metode Yesus memilih suatu kelompok pengikut telah terbukti merupakan metode MI yang luar biasa efektifnya.

    Ada beberapa buku mengenai metode MI kelompok. Metode-metode itu dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Bentuk kelompok kecil yang terdiri dari saudara seiman.

    2. Berkumpul sekali seminggu untuk penelaahan Alkitab, dan untuk mendoakan soal-soal yang dihadapi setiap anggota dan membuat rencana untuk suatu kegiatan MI.

    3. Sekali seminggu bersama-sama melakukan kegiatan MI, misalnya berkunjung ke rumah sakit atau penjara, mengajar Sekolah Minggu, dll.

    4. Mengajak orang-orang lain, baik Kristen maupun yang hanya bersimpati; untuk mengikuti pertemuan-pertemuan maupun kegiatan itu.

    5. Kalau kelompok itu sudah berkembang menjadi kira-kira 10 orang, kelompok itu dapat dibagi menjadi dua kelompok yang mandiri.

    6. Tentukan jadwal pertemuan dan usahakan agar waktu pertemuan tidak terganggu.

    7. Selalu setia pada tujuan-tujuan kelompok:

      1. Bersekutu dalam Kristus.
      2. Mempelajari Alkitab.
      3. Berdoa.
      4. Bersaksi.
      5. Berkembang dan bertumbuh.

    Kita harus, menjaga supaya kelompok itu jangan sampai menjadi semacam arisan atau pertemuan belaka.

Diedit dari sumber:

Judul Buku : Pedoman Penginjilan
Judul Artikel: Metode Mengabarkan Injil - Petunjuk untuk MI Umum
Penulis : D.W. Ellis
Penerbit : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF - 1993

e-JEMMi 20/2004