You are hereMengabarkan Injil Melalui Warna

Mengabarkan Injil Melalui Warna


Sepasang suami istri, Daren and Shawna menberitakan tentang kasih Allah kepada suku Lozi, yang tinggal di desa-desa terpencil di dekat sungai Zambesi. Pasangan ini telah merintis gereja-gereja di wilayah tersebut sekaligus juga melatih para pemimpin gereja di sana. Mereka memuridkan orang-orang Kristen Lozi, mengajar penduduk agar dapat bertumbuh di dalam Kristus dan membagikan Firman-Nya kepada suku- suku lain di sekitarnya.


Shawna melihat bahwa investasinya telah mendatangkan hasil melalui persekutuannya dengan Marry, istri dari seorang misionaris Zambia yang melayani suku Lozi. Daren dan Shawna mengajarkan Injil dan cerita-cerita Alkitab kepada Marry selama kunjungannya ke desa Chipango. Mereka mendalami materi-materi Alkitab itu dengan sungguh- sungguh sampai akhirnya Marry siap untuk mengajarkan Injil kepada penduduk di desa-desa lain. "Beberapa orang mau datang dan mendengarkanku, tapi karena aku adalah seorang misionaris. Berbeda dengan Marry yang benar-benar dapat menjalin komunikasi dengan para penduduk setempat dan mengajarkan Alkitab kepada mereka." kata Shawna.


Ketika baru-baru ini sekelompok relawan yang mengunjungi Shawna memberikan sejumlah kain aneka warna untuk membuat "Wordless Books" (buku tanpa kata-kata), dia merasa bahwa Allah telah menganugrahkan kepadanya sarana yang dapat mendukung pelayanannya. "Wordless Book" menggunakan warna untuk menceritakan tentang Yesus:

=hitam= untuk dosa,
=merah= untuk darah Yesus (yang menghapuskan dosa manusia),
agar menjadi =putih= hatinya,
=hijau= berarti tumbuh bersama Allah, dan
=kuning= berarti surga (saat orang percaya bertemu Yesus secara langsung).
Marry merencanakan untuk memakai cara itu dalam mengajarkan Injil kepada para wanita desa. Dia dapat memberikan Wordless Book kepada setiap wanita desa. Namun, Shawna dan Marry mulai kuatir saat persediaan Wordless Book mulai menipis. Beberapa wanita desa tidak mau mengabarkan Injil bila tidak mempunyai Wordless Book.


"Aku memutuskan untuk menulis tentang Injil itu dan mendapat ide untuk menggunakan tanah hitam yang banyak terdapat di Solozi untuk menggambarkan tentang dosa." Tanah hitam itu menuntun Shawna untuk menemukan simbol-simbol lain yang dapat dilihat oleh suku Lozi: biji- bijian atau bunga berwarna merah sebagai simbol dari darah Yesus. Awan-awan putih yang muncul sesudah musim hujan untuk melambangkan hati yang bersih, rumput hijau yang melambangkan pertumbuhan, dan bunga-bunga kuning, pisang ataupun mangga untuk melambangkan surga. Dengan menggunakan benda-benda yang dapat dijumpai di sekitarnya, dengan mudah Marry dapat mengajarkan Injil kepada penduduk desa lain tanpa harus membawa Wordless Book. Cerita tentang warna-warna itu sendiri, meskipun tanpa Wordless Book maupun biji-bijian tadi, telah menjadi sarana juga. Shawna berkata, "Marry bercerita bahwa dia dapat menggunakan cerita tentang warna itu untuk mengabarkan Injil kepada para wanita dari 15 desa yang berbeda. Para wanita Lozi dapat dengan mudah mengingat dan menggunakan cerita tentang warna untuk menceritakan tentang anugrah keselamatan dari Allah kepada teman- teman dan anak-anak mereka.


Sumber: NEWSBRIEF---2001-07-26