You are hereArtikel Misi / Memberi
Memberi
"Sepuluh ribu orang meninggal hari ini karena tidak cukup makan. Satu juta orang cacat mental atau cacat fisik karena gizi buruk. Masalahnya adalah karena kekayaan dunia tidak tersalur secara merata." -- Ronald Sider
Yesus memberitahukan kepada kita bahwa hati dan harta kita berhubungan langsung -- "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21) Jadi, apabila kita ingin membangun satu semangat bagi pengabaran Injil dunia, kita harus mengarahkan harta kita di dunia ke arah itu pula. Memberi untuk misi dan kepentingan dunia, akan meningkatkan doa kita bagi pengabaran Injil. Meskipun kedengarannya kasar untuk diakui, kita cenderung untuk berdoa lebih banyak bagi pelayanan-pelayanan yang kita dukung. Kita berdoa untuk apa yang kita bayar!
Perintah yang Diberikan Alkitab Mengenai Uang
Salah satu sukacita terbesar dalam mengerti firman Allah adalah mengetahui bahwa firman itu sangat praktis. Perintah-perintah Alkitab berlaku untuk kehidupan kita sehari-hari, pada tingkat-tingkat yang paling dasar. Praktisnya sangat nyata bila sampai pada persoalan uang dan bagaimana kita mengelola kekayaan kita. Allah menyatakan kehendak-Nya dengan jelas dalam berbagai hal.
1. Allah ingin agar kita murah hati.
Dalam Maleakhi 3:8-10, orang Israel ditegur karena tidak mau mempersembahkan persepuluhan kepada Tuhan sebagai persembahan. Dengan bertindak demikian, mereka melanggar peringatan dasar dari Hukum Taurat dan bahkan teladan Abraham sebelum zaman Hukum Taurat, yang memberikan persepuluhan kepada Melkisedek (Kejadian 14:18-20; Imamat 27:30; Bilangan 18:21,24; Ulangan 26:12). Umat Israel diajar untuk membawa persepuluhan mereka sebagai satu peringatan jasmani, bahwa segala sesuatu yang dimiliki mereka adalah milik Allah.
Namun, dalam Perjanjian Baru pengajaran mengenai persepuluhan tidak diulang, satu kenyataan yang telah menyebabkan banyak orang Kristen menganggap bahwa persepuluhan tidak berlaku bagi orang-orang Kristen yang "tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia". Memang secara hukum orang-orang Kristen tidak lagi terikat kepada persyaratan Hukum Taurat, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh Dr. Harold Linsell dalam Harper Study Bible, ".... Oleh karena itu, persepuluhan merupakan bukti lahiriah dari batiniah, dan timbul akibat kasih seseorang kepada Allah."
Pemberi yang ragu-ragu mungkin menjawab, "Baiklah, tetapi apakah saya harus memberi persepuluhan sebelum atau sesudah dipotong pajak?" Pertanyaan ini menandakan bahwa orang itu salah menanggapi ajaran Alkitab. Allah tidak memikirkan Hukum Taurat secara harfiah. Ia menghendaki agar kita murah hati. Prinsip Alkitab mengenai memberi dengan jelas dinyatakan dalam 2 Korintus 9:6-7, "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."
Prinsip murah hati berasal dari akar yang sama dengan ajaran Alkitab Perjanjian Lama mengenai persepuluhan: segala yang ada pada kita adalah milik Allah. Dengan memberi kita menyatakan pengertian kita akan kenyataan itu, dan menunjukkan penyerahan kita kepada Tuhan kita.
2.Allah mengukur langsung jawab kita sebagai bendahara, berdasarkan respons kita terhadap orang yang miskin dan melarat.
Ronald Sider berkata, "Apakah orang-orang yang makmur menaati perintah Allah untuk membawa keadilan kepada orang yang tertindas?" Pengamatan seperti itu timbul akibat memberikan perhatian penuh kepada Alkitab, terutama kepada ayat-ayat yang cenderung membuat hati kita tidak enak. Perhatikan ayat-ayat berikut. Allah memberikan kepada manusia segala hal yang baik yang ditujukan untuk kebaikan seluruh dunia (Kejadian 1:26-31). Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, kebajikannya tetap untuk selamanya karena ia, membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin (Mazmur 112:1-9). Orang kaya dihukum karena mereka menginjak-injak kepala orang lemah ... dan membelokkan jalan orang sengsara (Amos 2:6-8). Penghakiman Allah berhubungan langsung dengan respons seseorang terhadap orang-orang miskin, melarat, yang tidak memunyai tempat tinggal, dan sebagainya karena orang-orang miskin itu melambangkan Kristus sendiri (Matius 25:31-46). Orang kaya ditegur setelah kematiannya karena perlakuannya yang buruk terhadap orang miskin, Lazarus (Lukas 16:19-31). Mereka yang kaya dalam hidup ini diperintahkan agar mereka menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi, dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta bagi dirinya untuk waktu yang akan datang (1 Timotius 6:17-19). Alkitab itu jelas. Kekayaan apa pun yang telah kita terima harus digunakan agar bermanfaat bagi orang lain.
3. Allah ingin agar kita memelihara Kerajaan Allah sebagai prioritas kita yang utama.
Ajaran Yesus tentang hubungan antara hati kita dan kekayaan kita (Matius 6:21) diikuti oleh perintah utama-Nya, "Carilah dahulu Kerajaan Allah." (Matius 6:33)
Penulis Agur dalam Amsal 30:7-9 berdoa agar Allah jangan memberikan kepadanya kemiskinan dan kekayaan. Kemiskinan mungkin mendorongnya untuk mencuri, tetapi kekayaan mungkin menyebabkan dia merasa tidak memerlukan bantuan orang lain dan menyebabkan dia menyangkali kebutuhannya akan Tuhan. Melalui Agur, Allah mengajar kita bahwa kekayaan itu menipu dan dapat menyebabkan kita kehilangan pusat perhatian rohani kita. Ketaatan mengharuskan kita untuk memelihara rasa ketergantungan kepada Tuhan.
Contoh ketiga dari kebutuhan kita untuk membuat Kerajaan Allah menjadi prioritas kita yang utama adalah pertemuan Yesus dengan seorang kaya, seorang pemimpin muda (Matius 19:16-26, Markus 10:17-27, Lukas 18:18-27). Orang muda itu berbalik bukan semata-mata karena kekayaan saja, tetapi karena prioritasnya tidak berada dalam persekutuan yang benar dengan Tuhan. Kekayaannya mengendalikan hatinya.
Tantangan untuk "mencari kerajaan-Nya terlebih dahulu" adalah tantangan yang setiap hari kita hadapi. Kita menunjukkan keinginan kita untuk menjaga agar prioritas ini berada pada tempatnya melalui cara kita menggunakan harta kita.
Memberi Uang dengan Sebuah Visi Dunia
Memberi untuk memperluas visi dunia adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan. Pemberian yang paling dasar tentunya berasal dari sumber keuangan kita. Kita tidak boleh menganggap ringan persoalan ini. Kita harus berusaha untuk menjadi bendahara yang setia dari segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepada kita. Ini berarti kita harus mengadakan penyelidikan yang saksama mengenai ke mana kita mengirimkan uang kita, dan mengikuti dari dekat bagaimana uang itu digunakan.
Berikut adalah prinsip-prinsip dalam memberi, yang dapat menolong meningkatkan pengelolaan keuangan Anda secara efektif.
- Tetapkan strategi keuangan pribadi
- Tetapkan sasaran dalam memberi
- Memeriksa tanggung jawab keuangan dari badan-badan/orang-orang yang kita dukung
- Adakan evaluasi
- Terlibat dalam pelayanan yang kita sokong
- Kita perlu berkorban
- Berdoa
Setiap orang perlu memutuskan apa yang akan dijadikan ukuran kemurahan hatinya. Setelah memutuskannya, orang tersebut harus memilih bagaimanakah uang tersebut akan disalurkan. Singkatnya, kita memerlukan sebuah rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila kita membiarkan surat permohonan atau krisis menentukan bagaimana kita menggunakan uang kita, kita akan memberi dengan cara yang tidak disiplin dan tidak menentu. Kita perlu mengetahui bagaimana menggunakan uang kita, agar kita memunyai tanggung jawab atas uang yang diberikan Allah kepada kita.
Strategi menolong kita untuk menentukan bagaimana kita ingin menggunakan uang kita, dan sasaran menolong kita untuk memutuskan ke mana kita akan menggunakannya. Kita jangan memberikan satu dolar tiap tahun kepada seribu pelayanan yang berbeda-beda, hanya agar kita merasa bahwa kita terlibat dalam banyak pelayanan. Kita memerlukan sasaran khusus, tempat-tempat yang kita percayai bahwa Allah ingin kita terlibat di sana.
Beberapa orang memutuskan untuk menentukan sasaran pemberian mereka kepada beberapa pelayanan atau para utusan Injil di satu lokasi geografis tertentu. Orang lain memilih untuk menyokong satu jenis pekerjaan yang khusus, seperti pelayanan mahasiswa, pembentukan gereja, atau penerjemahan Alkitab. Ada juga yang memilih untuk membagi secara merata -- memberi dalam jumlah yang berarti kepada beberapa pelayanan yang berbeda di berbagai tempat.
Kita harus memeriksa untuk melihat apakah uang yang kita kirimkan digunakan sesuai dengan cara yang kita harapkan, dan kita harus mencari laporan dan kebiasaan melapor yang bertanggung jawab. Cara terbaik untuk memastikan bahwa uang itu digunakan sesuai dengan cara yang diharapkan adalah dengan bertanya. Sering kita takut kalau pertanyaan mengenai uang yang kita berikan itu, akan menimbulkan kesan seolah-olah kita tidak memberikannya dengan tulus hati. Akan tetapi, mengawasi orang lain untuk bertanggung jawab atas penggunaan dana mereka, merupakan bagian dari tugas kita sebagai bendahara.
Mengevaluasi secara berkala merupakan satu cara untuk menjaga agar sasaran dan strategi yang telah kita pilih untuk dana yang kita berikan itu selalu baru. Jika kita bersedia mengevaluasi, kita mungkin memilih sasaran-sasaran yang baru atau mungkin kita memilih untuk mengubah strategi kita. Jika kita tidak mengevaluasi, kita akan memberi tanpa benar-benar memerhatikan pelayanan atau orang-orang yang kita sokong.
Sesekali, kita perlu mengadakan kunjungan pribadi ke ladang misi. Ini berarti mengingatkan para pengabaran Injil untuk memunyai visi. Hudson Taylor berkata, "Pekerjaan Allah yang dilakukan dengan cara Allah tidak akan pernah kehabisan persediaan."
Harus ada tempat bagi Roh Kudus, agar Ia memimpin kita untuk memberi di luar dari apa yang telah kita rencanakan untuk diberikan. Harus ada keterbukaan untuk berkorban. Pada taraf yang paling dasar, pengorbanan dapat berarti bersedia untuk hidup pada taraf hidup yang lebih rendah daripada kemampuan kita, sehingga kita dapat memberi lebih banyak. Ini dapat juga berarti memberikan "pendapatan ekstra" daripada memikirkan cara-cara untuk membelanjakan uang tersebut untuk diri kita sendiri. Pada taraf yang lebih dalam, pengorbanan berarti menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah, dan kita harus bersedia untuk mempersilakan Allah mengarahkan pemberian kita.
Memberi mengingatkan kita bahwa Allahlah yang berkuasa, bahwa Ia memiliki segalanya (termasuk kita), dan bahwa kita hanyalah penatalayan. Itulah sebabnya kita perlu berdoa sebelum memberi -- sebuah cara lain untuk menunjukkan bahwa kita tunduk kepada Allah. Pada waktu kita berdoa mengenai pemberian kita, kita tidak boleh begitu saja mengatakan, "Tuhan, inilah yang akan saya berikan dan ke mana saya akan memberikannya." Sebaliknya, kita harus membuka diri untuk mendengar suara-Nya dan bimbingan-Nya. Kalau kita menaruh rencana kita untuk memberi di kaki Tuhan, maka kita dapat yakin bahwa Ia akan membimbing langkah-langkah kita.
Diambil dan disunting dari:
Judul artikel | : | Memberi |
Judul asli buku | : | A Mind for Missions |
Judul buku | : | Pemberitaan Injil Tugas Siapa? |
Penulis | : | Paul Borthwick |
Penerjemah | : | Ester Santoso |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 98 -- 105 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 5780 reads