You are hereberkat / berkat

berkat

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Berkat Memberi

"Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Kisah Para Rasul 20:35

Dalam banyak budaya, sering kali seseorang yang memberi itu dianggap (baca: harus) orang kaya. Orang miskin tentulah tidak bisa memberi. Sebenarnya, pola pikir semacam ini menutupi kekikiran yang halus. Alkitab mengajarkan bahwa kasih bersifat memberi. Terang sifatnya memberi. Garam sifatnya memberi. Kasih memberi dan berkorban. Allah Bapa sendiri menyatakan kasih-Nya yang teramat besar bagi dunia ini dengan memberikan Yesus Kristus Putra-Nya yang Tunggal untuk mati ganti kita, manusia berdosa, agar kita boleh diselamatkan. Orang yang sungguh telah mengalami betapa besarnya berkat pemberian Allah, yaitu Yesus Kristus, dalam hidupnya, tahu apa artinya memberi bagi pekerjaan Tuhan. Memberi adalah berkat. Alkitab mengatakan bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kisah Para Rasul 20:35).

Dipanggil untuk Menjadi Berkat

Salah satu kegagalan yang paling menyedihkan dari umat Kristen adalah kegagalan untuk dapat menjadi berkat bagi dunia. Sejak umat Allah memperoleh identitasnya sebagai bangsa yang kudus, memiliki hukum dan tanah perjanjian, maka masa peperangan dan permusuhan dengan bangsa-bangsa lain sebenarnya sudah berakhir. Janji Allah kepada Abraham akan digenapi (Kejadian 12:2-3). Umat Allah akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain di seluruh muka bumi, karena memang untuk maksud itulah pemilihan dan keselamatan dianugerahkan kepada mereka (Yesaya 2:1-5). Yosua 24 menyaksikan bahwa umat Israel ditempatkan oleh Allah di tengah bangsa-bangsa lain dengan risiko sangat tinggi karena ilah-ilah mereka begitu menarik untuk disembah, sementara sikap bangsa-bangsa lain itu juga cenderung mempersulit dan menganiaya umat Allah (Lukas 10:3; Yohanes 17:14-19). Meskipun demikian, mereka terpanggil bukan untuk berperang, melainkan untuk menjadi berkat. Memang, peperangan yang tak terhindarkan masih mungkin terjadi, tetapi Allah tidak pernah memanggil mereka untuk membinasakan bangsa-bangsa lain, bahkan kerjasama dalam membangun kesejahteraan dan kebenaran harus diciptakan (1Raja-raja 5:1-12; Yeremia 29:7). Mereka harus mengasihi, bahkan mendoakan mereka yang memusuhi (Matius 5:44), karena panggilan untuk "menjadi berkat" adalah salah satu bukti dari iman yang sejati (Matius 5:46).