You are heree-JEMMi No. 11 Vol.17/2014 / Kerelaan Memberitakan Injil

Kerelaan Memberitakan Injil


"... kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera." (Efesus 6:15)

Jika ada satu hal yang harus kita ingat tentang Perjanjian Lama, itu adalah fakta bahwa Pencipta kita adalah Allah yang besar kasih setia-Nya. Bangsa Israel memberontak terhadap Dia berulang-ulang kali, tetapi berulang kali pula Allah mengampuni umat-Nya dan bersabar dalam kegeraman-Nya sebelum membinasakan bangsa itu (Bilangan 21:4-9; 1 Raja-Raja 21:25-29). Akan tetapi, ada suatu waktu ketika Allah mengangkat kesabaran-Nya terhadap bangsa Israel dan menyerahkan mereka ke dalam pembuangan karena mereka telah berlaku dosa dengan kurang ajar dan tidak menyesalinya (2 Raja-Raja 17:7-23; 25:1-21).

Kita tentu tidak dapat membayangkan betapa dalamnya trauma yang ditimbulkan oleh peristiwa itu. Bahkan, sisa bangsa Israel yang setia pun bertanya-tanya apakah rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui keturunan Abraham tidak berlaku lagi. Oleh karena bangsa Israel telah gagal hingga sedemikian rupa, bagaimana mungkin perdamaian antara Allah dan manusia dapat dipulihkan (Ratapan 5:21-22)? Mereka juga bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar berdaulat jika bangsa-bangsa asing dapat melecehkan dan menjarah bangsa Israel secara bebas (Habakuk 1)?

Melalui nabi Yesaya, Tuhan memberikan jawaban-Nya. Ia akan bertindak untuk membasuh bangsa Israel dari kenajisannya. Ia akan memperlihatkan kedaulatan-Nya yang kekal dengan mengirimkan para pembawa kabar yang akan menyatakan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu (Yesaya 52:1-7). Tentu saja nubuatan ini digenapi dalam kedatangan Kerajaan Allah di dalam pribadi dan karya Kristus, yang menggemakan perkataan Yesaya itu.

Pada zaman dahulu, peperangan didominasi oleh pertempuran jarak dekat yang terjadi antara dua pasukan yang datang ke medan pertempuran setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Karena itu, para prajurit Romawi membutuhkan alas kaki yang dapat menopang kaki mereka untuk melakukan perjalanan itu dan memberi mereka pijakan yang kokoh dalam pertempuran. Sepatu setinggi betis yang disebut "caliga" itulah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam peperangan rohani, Injil damai sejahtera memberikan hal yang sama kepada para laskar Kristus. Pernyataan tentang kedaulatan Allah dan bahwa manusia telah diperdamaikan dengan-Nya melalui Yesus dapat memberi kekuatan ketika kita menjalani kehidupan kekristenan kita. Injil juga menolong kita untuk terus maju sekalipun situasi menjadi buruk dan membuat kita bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar bersama kita.

Injil damai sejahtera ini juga menyediakan dasar pijakan yang kokoh ketika kita berperang melawan Iblis. Kita dapat menjadi putus asa dengan pertumbuhan iman kita sendiri, tetapi kebenaran yang telah Allah perbuat di dalam Kristus akan mempersiapkan kita untuk bertobat jika kita jatuh, dan kembali berdiri dalam peperangan itu dengan kekuatan yang dari Allah. Seperti yang diucapkan Matthew Henry, Injil memberi kita "suatu kerangka yang jelas di hati kita dan memampukan kita untuk berjalan dalam kecepatan yang stabil dalam jalan agama kita".

Coram Deo (Di Dalam Hadirat Allah)

Tidak ada yang dapat memberi kita dasar yang lebih kokoh daripada Injil, kabar baik yang menyatakan bahwa junjungan kita, Allah yang kudus, telah ikut ambil bagian dalam sejarah manusia demi memperdamaikan umat-Nya dengan diri-Nya. Memahami bahwa kita telah diperdamaikan dengan-Nya tanpa suatu usaha apa pun dari kita, akan mengingatkan kita bahwa kita berdiri hanya di dalam Dia, serta tidak akan dapat terus-menerus berada dalam kekalahan jika kita terus bergantung kepada Yesus. Apakah Anda berdiri di atas Injil yang meneguhkan Anda untuk melawan Iblis? (t/Yudo)

Bacaan untuk studi lebih lanjut:
Nahum 1:15
Habakuk 3:19
Roma 10:14–17
Efesus 2:14–18

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Ligonier
Alamat URL : http://www.ligonier.org/learn/devotionals/gospel-readiness/
Judul asli artikel : Gospel Readiness
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 23 Juni 2014