You are heree-JEMMI No.46 Vol.07/2004 / Jika Engkau Mengasihi Yesus, Janganlah Bernyanyi
Jika Engkau Mengasihi Yesus, Janganlah Bernyanyi
"Ya, ini tidaklah terlalu buruk," Tom White bergumam kepada dirinya sendiri. Ia berdiri dalam ruangan yang hitam pekat dan dingin. Ia dapat merasakan angin mengalir memasuki ruangan dari sebuah lubang ventilasi di atas pintu. Saat menyelidiki selnya, ia mendapati sebuah tempat tidur dengan pegas yang telah patah, kasur yang berbau, dan sebuah kursi kayu tua yang dipaku ke lantai.
Ia berbaring, tetapi tidak mungkin untuk tidur. Sungguh-sungguh terlalu dingin. Baju coverall tanpa lengannya terbuat dari katun tipis, jadi tidak dapat menolong banyak. Ia bertanya-tanya, berapa lama ia dapat bertahan hidup di dalam ruangan seperti itu.
Tom White, pria Kristen berkebangsaan Amerika telah banyak mengirimkan literatur Injil ke Kuba, dan berhasil mendistribusikan lebih dari 400.000 buah literatur. Tetapi pada tanggal 27 Mei 1979, pesawat kecilnya jatuh mendarat di sebuah jalan tol Kuba, tepat setelah ia menyelesaikan sebuah kiriman malam. Ia langsung ditangkap oleh para komunis, yang menanyainya dan menempatkannya dalam tahanan terasing. Akhirnya para penjaga menempatkan kerudung ke atas kepalanya dan membawanya ke suatu ruangan kecil untuk ditanyai lebih jauh. "Hari ini sungguh hangat, bukan?" ejek si kapten, melepaskan jaket militernya untuk memulai interogasinya. "Anda bekerja bagi siapa?"
"Aku bekerja bagi Yesus."
"Oh, benarkah demikian? Dan berapa banyak uang yang dibayarkan oleh Yesus ini kepadamu untuk melakukan perjalanan-perjalanan ini?"
"Aku melakukan perjalanan-perjalanan ini tanpa dibayar. Bayaranku adalah kasih dan berkat yang diberikan Allah kepadaku karena mentaati-Nya."
Kebanyakan pertanyaan si kapten adalah seputar uang, dan revolusi. Hanya hal-hal tersebutlah yang dapat ia pahami mengenai kekuasaan. Setelah tiga atau empat malam kedinginan dan kurang tidur, White terlalu lelah bahkan untuk mengikuti rentetan pemikirannya sendiri. Ia duduk di hadapan orang yang menginterogasinya, kepalanya terkulai, dan pikirannya berkelana.
"Bagaimana aku dapat melawan ini? Ini bisa berlangsung selamanya," White bertanya pada dirinya sendiri. Tiba-tiba ia mendapatkan jawabannya. Roh Kudus memberikan kepadaku satu ukuran belas kasih dan kasih bagi pria ini yang lebih terpenjara dibandingkan dengan diriku. Aku berhenti menjawab pertanyaan-pertanyaannya dan melihat tepat ke dalam matanya. "O, Allah, tolonglah Kapten Santos," aku berdoa. "Teroboslah masuk, Yesus. Dia salah seorang yang berada dalam kedinginan, karena ia belum pernah merasakan kehangatan kasih- Mu." Aku terus berdoa seperti ini selama berjam-jam. Pertanyaan- pertanyaannya makin jarang hingga akhirya ia berhenti.
"Apa yang sedang kau lakukan?" ia mendesak. "Aku sedang berdoa bagimu."
Mulut si kapten ternganga. Ia mengusapkan tangannya ke rambut, kemudian mencari-cari sebatang rokok. Pertama kalinya, White melihatnya merokok. White terus duduk dengan kaku sebagaimana ia diminta sambil menatap kepada Santos dan berdoa.
Si kapten melihat dengan gugup ke sekeliling ruangan, kemudian mulai mengetuk-ngetukkan jari-jarinya pada meja.
Pada sesi berikutnya, White terkejut melihatnya memakai kacamata hitam. Jelas ia tidak ingin White melihat matanya. "Tidak apa-apa. Allah tidak memerlukan kontak mata. Ia berurusan dengan hati," pikir White, dan dia melanjutkan untuk berdoa.
Santos memanggil Mayor Alvarez. Mayor ini selalu merupakan pilihan terakhirnya. Alvarez berderap memasuki ruangan, dengan muka merah dan marah seperti biasa. "Jadi, Anda pikir ini adalah sebuah permainan?" ia berteriak padaku sambil menghantam ke meja untuk memberikan tekanan. "Kini kami akan mengirimkan Anda untuk melihat kaki ketiga dari kucing."
White mengingat-ingat, "Aku dilemparkan ke sebuah ruangan lain. Mengikuti dinding dalam kegelapan, aku mendapati bahwa tidak ada tempat tidur ataupun kursi. Ventilasi udara di atas pintu sepenuhnya terbuka. Angin mengalir masuk dengan kencangnya hingga rambutku tertiup tegak dari kepalaku.
"Aku berusaha untuk berjalan dalam kegelapan yang pekat, menjulurkan tanganku ke depan supaya tidak terantuk pada dinding. Tetapi dindingnya terlalu dingin untuk disentuh, bukannya menghangatkan diriku. Berjalan-jalan hanya membawaku lebih dekat pada ventilasi udara. Aku meringkuk di sudut ruangan."
"O Allah, tolonglah aku!" aku berteriak dalam keputusasaan. Ia akan menolong, hanya saja bukan dengan cara yang kuinginkan. Aku menjejalkan kaki baju coverall-ku ke dalam kaus kaki untuk menjaga agar udara tidak memasuki lubang celana, dan menarik lenganku ke dalam atasan yang tanpa lengan. Aku menarik bagian atasnya menutupi hidungku, sehingga aku dapat menghangatkan tubuhku dengan nafasku yang hangat. Ini memberikan kepadaku saat-saat kelegaan, tetapi kemudian kelelahan dan kehilangan panas tubuh secara perlahan membuat tubuhku mulai berguncang-guncang. Aku tidak tahan duduk di lantai, atau bersandar pada dinding. Satu-satunya posisi yang dapat dilakukan adalah berdiri dengan hanya kening menyentuh tembok.
"Aku tidak tahu mengapa aku teringat untuk bernyanyi. Tetapi tangan Allah menuntun dan mengajarku. Sementara tingkatan hukuman menjadi lebih berat, demikian juga dengan tingkat peperangan rohani. Iblis berusaha dengan lebih keras untuk menarikku jatuh, tetapi Allah dengan lembut mendorongku ke atas. Mazmur 3:4 berkata, ´Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.´ Allah murah hati, berbelas kasihan, dan penuh kasih, hanya meminta kesempatan untuk membuktikan diri-Nya kepadaku."
Aku mulai menyanyikan himne yang agung itu, ´Allah Bentengku yang Teguh´. Aku menyanyikan ´Yesus Mengasihiku´, bait-bait Alkitab, dan setiap lagu Kristen yang dapat kuingat. Aku tidak lagi merasakan dingin, hanya merasakan penyertaan Yesus. Dengan mata terpejam, kepalaku nyaris tidak menyentuh dinding, aku bersiul, bernyanyi, bahkan menirukan suara terompet mengumandangkan pujian kepada Tuhan.
"Walapun aku tidak berpikir mengenai berbagai ayat yang mendukung, aku telah memasuki tingkat peperangan paling tinggi dalam melawan si musuh -- pujian. Mazmur 22:4 mengatakan bahwa Allah bersemayam di atas puji-pujian. Aku tidak tahu bagaimana hal ini terlaksana, tetapi hal itu benar. Penebus yang Agung, sang Mesias, sang Juruselamat bersama-sama dengan saya. Ia memegang tubuhku yang gemetar dalam tangan-Nya. Aku berada bersama Yesus, apa pun yang terjadi."
Seorang penjaga membuka daun jendela dari besi kecil pada pintu dan mengintip ke dalam dengan rasa ingin tahu.
"Apa yang sedang kau lakukan?" desaknya.
"Aku sedang bernyanyi tentang Yesus."
"Mengapa?"
"Karena aku mengasihi Dia," jawab White dengan gembira.
Ia membanting daun jendela dan pergi. White melanjutkan untuk bernyanyi.
Ia kembali beberapa menit kemudian dan kembali membuka daun jendela. "Jika kau mengasihi Yesus, janganlah bernyanyi," perintahnya, kemudian pergi. Tetapi White mengasihi Yesus terlalu dalam untuk berhenti bernyanyi.
Selama dua hari berikutnya, para penjaga datang untuk mengawasinya setiap tiga atau empat jam. Daun jendela akan membuka dan sebuah cahaya dari lampu senter akan merayap sepanjang lantai mencarinya. White terus bernyanyi. Di akhir dua hari tersebut, ia dikembalikan ke selnya yang lama. Walaupun masih dingin, namun terasa lebih hangat jika dibandingkan dengan ruangan isolasi. Kini para penangkap yakin bahwa White bukanlah mata-mata hebat yang sedang mencoba menggulingkan pemerintahan, mereka lalu mengirimkan White untuk menerima perawatan.
Setelah tiga bulan, Tom White dipindahkan dari kurungan terasing ke penjara utama di mana 7.000 tahanan ditempatkan. Di sana ia bertemu dan berbakti bersama-sama dengan warga-warga gereja Kuba yang dipenjarakan karena iman mereka.
Sebuah kampanye internasional bagi pembebasannya telah membantu untuk mengurangi masa tahanan White dari hukuman semulanya, yaitu selama 24 tahun. Setelah banyak doa, surat-surat, permohonan dari anggota-anggota Kabinet, dan bahkan dari Ibu Teresa, ia dilepaskan pada tanggal 27 Oktober 1980, setelah 17 bulan dalam penjara. Ia melanjutkan pelayanan sebagai Direktur The Voice of the Martyrs untuk Amerika Serikat.
Judul Buku | : | Jesus Freak -- Kumpulan Kisah dari Mereka yang Berdiri Teguh Bagi Yesus |
Judul Kesaksian | : | Jika Engkau Mengasihi Yesus Janganlah Bernyanyi |
Penulis | : | DC Talk dan The Voice of the Martyrs |
Penerbit | : | Cipta Olah Pustaka |
Halaman | : | 276 - 280 |
- Printer-friendly version
- Login to post comments
- 4934 reads