You are heree-JEMMi No.09 Vol.16/2013 / Generasi Yosua(ROMA 8:37)
Generasi Yosua(ROMA 8:37)
Generasi Yosua adalah generasi lebih dari pemenang. Menjadi lebih dari pemenang merupakan kerinduan setiap orang percaya. Sering kali, kegagalan dan kelemahan kita membuat kerinduan itu menjadi sekadar kerinduan saja, memandang hal itu hanya sebagai impian dan fantasi yang tidak mungkin terwujud. Apa yang Allah janjikan tidak pernah gagal. Dia menjanjikan kemerdekaan melalui kebenaran-Nya (Yohanes 8:32), kekuatan dalam Kristus Yesus (Filipi 4:13), serta kemenangan di dalam iman (1 Yohanes 5:4). Seperti Allah menjanjikan Tanah Kanaan kepada Bangsa Israel dan menggenapi janji-Nya, demikian pula Allah akan menggenapi janji-janji-Nya dalam kehidupan kita, yaitu jika kita beriman, setia, dan mengasihi Dia (Roma 8:28).
Yosua adalah teladan yang luar biasa. Dia bukan saja berhasil memimpin Bangsa Israel menaklukkan Tanah Perjanjian, tetapi dia juga berhasil memimpin generasinya selama masa 40 tahun untuk tetap setia kepada Allah, yang telah menjanjikan Tanah tersebut kepada nenek moyang mereka dan menggenapi janji tersebut.
Berikut ini beberapa karakter yang dimiliki oleh Yosua:
-
Rendah Hati (1 Tawarikh 7:20-27)
-
Rela Berkorban (Ulangan 1:34-40)
-
Senantiasa Mencari Wajah Tuhan (Keluaran 24:12-18)
-
Beriman dan Optimis (Bilangan 13,14; 32:12)
Yosua berasal dari suku Efraim, generasi ke-10 dari Yusuf. Ayahnya adalah Nun, kakeknya adalah Elishama yang memimpin Efraim di padang gurun. Melihat dari latar belakang keluarganya, Yosua berasal dari keluarga yang memegang kepemimpinan, namun ia tidak bersandar pada hal itu. Dia rela menjadi hamba Musa. Ini membuktikan kerendahan hatinya. Yosua lahir pada masa perbudakan dan dalam lingkungan yang menyembah berhala. Namun, Yosua tidak membiarkan hal itu mengikatnya. Selama hidupnya, ia tidak menyembah berhala, bahkan dia memimpin umat Tuhan untuk hidup benar dan tulus di hadapan Allah, sehingga Allah memberkati kehidupannya dan Bangsa Israel selama masa kepemimpinan Yosua.
Oleh karena kekerasan hati umat Israel, maka Allah murka terhadap mereka sehingga mereka mengalami banyak penderitaan, sakit penyakit, peperangan, dan berbagai kesengsaraan lainnya, selama 40 tahun dalam pengembaraan mereka di padang gurun. Yosua yang setia kepada Allah dan berpegang pada janji-Nya, juga harus mengembara bersama umat yang telah memberontak kepada Allah. Dia tidak semestinya menderita dan mengalami berbagai kesusahan dan kesengsaraan selama 40 tahun pengembaraan di padang gurun yang tandus dan penuh bahaya. Namun, ia rela berjalan bersama mereka menanggung hukuman yang tidak selayaknya dia tanggung, dia rela menderita karena kesalahan orang lain. Yosua tidak bersungut-sungut melainkan memancarkan kasihnya kepada Allah dan kepada sesamanya.
Yosua memiliki pengalaman rohani yang luar biasa semasa menjadi hamba Musa. Selain Yosua, tidak ada orang lain yang diizinkan untuk menemani Musa naik ke Gunung Sinai, di mana kemuliaan Allah tinggal. Di situ, Musa tinggal selama 40 hari; 40 malam dalam kemuliaan dan hadirat Allah, di mana Allah memberikan petunjuk yang sangat penting dan luar biasa kepada Musa, yaitu membangun Kemah Suci dengan segala petunjuk arsitekturnya. Tidak ada pemimpin yang akan berhasil memimpin umat Allah tanpa pengalaman pribadi dengan Allah.
Keluaran 33:7 dan Keluaran 11 memberikan suatu gambaran kerinduan hati Yosua untuk senantiasa berada dalam hadirat Allah. Dia tidak takut (secara negatif) kepada Allah, sebaliknya mengharapkan Allah berbicara kepadanya secara pribadi.
Yosua adalah pemuda yang gagah perkasa, ia terpilih bersama 11 pemuda lainnya untuk menyelidiki Kanaan; Tanah Perjanjian. Namun sangat disesalkan, setelah mereka kembali dari pengintaian, ke-10 pengintai, kecuali Yosua dan Kaleb, hanya memandang hal-hal lahiriah saja; mengandalkan sepenuhnya kemampuan indera mereka. Memang sebagian laporan mereka benar sesuai dengan apa yang mereka lihat, yaitu tanah yang berlimpah dengan susu dan madu, dan raksasa-raksasa yang menguasai tanah tersebut. Mereka berkesimpulan, jika situasinya seperti itu, maka mereka tidak akan mampu menaklukkan Tanah tersebut, mereka telah mengabaikan Allah, Sang Pencipta yang telah menjanjikan Tanah itu kepada mereka. Akan tetapi, Yosua memunyai pandangan yang berbeda dengan mereka. Ia bersama dengan Kaleb memberikan semangat kepada umat Israel untuk tetap memegang janji Tuhan dan tetap mengikuti perintah-Nya menaklukkan Tanah tersebut. Yosua memunyai sikap yang optimis karena dia menaruh harapan dan imannya kepada Allah yang Setia (Ibrani 11:1; Yeremia 17:7).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah | : | HARVESTER, Edisi Desember, Tahun 1993 |
Penulis | : | Steven |
Penerbit | : | Indonesian Harvest Outreach, Jakarta |
Halaman | : | 10 -- 11 |
- Login to post comments
- 6765 reads