You are hereArtikel Misi / Dukungan Ketika Pulang (2)

Dukungan Ketika Pulang (2)


Seorang utusan Injil yang baru pulang dari luar negeri akan mengalami satu atau lebih dari delapan tantangan di bawah ini. (Tiga yang pertama telah dibahas di edisi sebelumnya)

1. Bidang Profesional

Setelah berpetualang di luar negeri dan kembali ke pekerjaan lamanya, seorang utusan Injil bisa merasa bosan. Kemungkinan besar ia akan merasa bahwa kemampuan dan pengalamannya akan tidak terpakai. Ia juga mungkin akan merasa kehilangan kebebasan.

2. Bidang Material-Finansial

Saat para utusan Injil kembali, kemungkinan masalah finansial akan menimbulkan rasa tertekan. Kesenjangan kekayaan dapat menyebabkan stres bahkan sebelum utusan Injil tersebut berangkat. Dan anak-anak sama rentannya dengan orang dewasa.

3. Bidang Kebudayaan

Utusan Injil mungkin berusaha untuk mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baru yang ia dapatkan. Ketika jadwal baru dan sikap-sikap orang terhadapnya tidak memungkinkannya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaannya tersebut, ia dapat merasa tidak senang dan tertekan.

4. Bidang Sosial

Ketika seorang utusan Injil pergi ke luar negeri, teman-teman lamanya segera sibuk dengan hal-hal yang lain. Anak-anak teman lamanya telah menemukan teman-teman yang baru. Saudara-saudaranya mungkin telah pindah. Ikatan-ikatan sosial mungkin putus seiring dengan waktu.

5. Bidang Bahasa

Utusan Injil yang mempelajari bahasa asing mungkin ingin mengungkapkan sesuatu yang hanya ada dalam bahasa lain tersebut, atau mungkin ia "lupa" beberapa kosakata bahasa ibunya, atau mungkin ia secara otomatis menjawab dalam bahasa lain yang tidak dimengerti pendengarnya. Bahkan, mungkin ia tidak mengerti lagi bahasa ibunya sendiri yang sudah berubah.

6. Bidang Nasional dan Politik

Keindahan alam negara lain, keunggulan teknologi negara-negara maju, sistem transportasi massal yang modern mungkin akan membuat sebagian dari utusan Injil minder. Pandangan politik seorang utusan Injil terhadap negaranya sendiri juga mungkin dapat berubah yang dipengaruhi oleh pemberitaan di negara tempat ia melayani.

7. Bidang Pendidikan Anak

Biasanya, anak-anak dari keluarga utusan Injil menjadi korban dalam hal mengikuti pendidikan formal maupun nonformal. Mereka dapat merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang baru. Mereka juga dapat merasa tertekan dan sendirian.

8. Bidang Spiritual-Kerohanian

Seorang utusan Injil hidupnya telah dipenuhi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan dan pemuridan kepada bangsa-bangsa. Ia akan teringat kepada tangisan para janda, para yatim, orang-orang yang sesat dan terhilang. Ia merasa sakit bagi ratusan orang yang ia tinggalkan yang membutuhkan firman Tuhan

Masing-masing dari bidang-bidang ini, mulai dari bidang profesional hingga spiritual, merupakan titik-titik stres yang membutuhkan dukungan dari Anda sebagai tim pendukung utusan Injil yang baru pulang.

Bidang Sosial

Banyak orang [di lingkungan asal utusan Injil] memandang para utusan Injil seakan-akan mereka adalah malaikat. Mereka dipandang tinggi seolah-olah tepat di samping Allah sendiri.

"Bagaimana pembicaraan kita dapat bersambungan dengan seseorang yang telah menjadi utusan Injil?" orang-orang berpikir. "Apa yang harus kita bicarakan dengan mereka?"

Beberapa orang mungkin takut kalau-kalau utusan Injil memiliki penyakit menular. "Jika saya mengajak mereka untuk makan malam, mungkinkah anak-anakku akan terjangkit penyakit aneh?" Atau lebih parah lagi! "Apa jadinya jika mereka menularkan semangat misi mereka kepada saya!"

Bagi seorang utusan Injil yang kembali ke daerah asalnya, semua orang sepertinya sibuk kian-kemari.

Seorang asing yang berkunjung ke Amerika Serikat mengemukakan pengamatannya, "Di AS, setiap orang memunyai jam tangan, tetapi tidak setiap orang memunyai waktu. Di negara kami, tidak setiap orang memiliki jam tangan, tetapi setiap orang memunyai waktu."

Ketika seorang utusan Injil pergi ke luar negeri, teman-teman lamanya segera sibuk dengan hal-hal yang lain. Anak-anak teman lamanya telah menemukan teman-teman yang baru. Saudara-saudaranya mungkin telah pindah. Ikatan-ikatan sosial mungkin putus seiring dengan waktu.

Jika komunikasi antara utusan Injil dengan gerejanya tidak berlangsung dengan baik, atau gereja itu sangat besar dan jemaatnya sangat banyak, maka utusan Injil tersebut bisa jadi tidak akan diingat-ingat!

Seorang utusan Injil yang baru saja kembali dari ladang misi yang berbuah lebat di Eropa setelah dua tahun disambut oleh pendeta misinya, "Halo Sally! Bagaimana [liburanmu ke] Hawaii?"

Seorang utusan Injil yang lain yang melayani dalam sebuah pelayanan misi jangka pendek baru kembali dari pelayanannya selama 5 minggu ketika ia disambut di gerejanya, "Bill! Kau telah kembali! Kami pikir engkau baru mengalami kemunduran." Ucapan itu merupakan sebuah pukulan bagi utusan Injil tersebut, karena hal itu berarti bahwa ia tidak pernah didoakan ketika ia pergi bermisi!

Ada situasi-situasi nyata tertentu yang dapat menimbulkan stres, tetapi ada juga situasi-situasi yang tidak nyata yang juga sama-sama dapat menyebabkan perasaan tertekan.

Ada sebuah keluarga [utusan Injil] yang baru saja pulang kembali ke rumah dan pergi ke gereja. Gereja mereka selama ini terus diberi kabar tentang perkembangan pelayanan misi mereka. Sang suami berkata, "Temanku yang paling akrab melewatiku tanpa mengucapkan salam, seakan-akan aku baru kembali dari liburan akhir pekan. Saya benar-benar tidak habis pikir! Pikiranku benar-benar kacau!"

Temannya tidak bermaksud jahat. Namun penolakan, baik nyata ataupun hanya dalam bayangan saja, memiliki dampak yang sama-sama merugikan.

Bidang Bahasa

Para utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi mungkin telah mempelajari bahasa asing, atau paling tidak beberapa kalimat dalam bahasa lain. Mungkin ia ingin mengungkapkan sesuatu yang hanya ada dalam bahasa lain tersebut, yang tidak ada dalam bahasa ibunya. Stres! Mungkin ia "lupa" beberapa kosakata bahasa ibunya sehingga tuturnya ditertawakan atau terdengar aneh oleh pendengarnya. Stres! Mungkin ia secara otomatis menjawab dalam bahasa lain yang tidak dimengerti pendengarnya. Stres!

Lebih jauh lagi, bahasa gaul atau bahasa prokem [yang dulu digunakannya] juga mungkin sudah berubah. Anak-anak remaja keluarga utusan Injil yang baru pulang mungkin mengalami stres saat berkomunikasi dengan teman-teman mereka. Stres yang timbul mungkin malah disebabkan karena tidak mengerti bahasa ibu sendiri!

Bidang Nasional dan Politik

Ketika ada pergantian kekuasaan di pemerintah, hukum-hukum yang baru mungkin akan muncul. Peraturan tentang kecepatan mengemudi di jalan raya mungkin akan membuat sebagian utusan Injil stres. Keindahan alam negara lain, keunggulan teknologi negara-negara maju, sistem transportasi massal yang modern mungkin akan membuat sebagian dari mereka minder. Stres!

Setelah melihat politik luar negeri negara sendiri dari kacamata negara lain, pandangan politik seorang utusan Injil terhadap negaranya sendiri mungkin dapat terpengaruh. Ia mungkin akan lebih menyukai negara tempat ia melayani daripada negaranya sendiri. Pemerintah negara tempat ia melayani mungkin terasa lebih memerhatikan keselamatan rakyatnya daripada pemerintahnya sendiri. Saat seorang utusan Injil pulang dan membaca kolom redaksi surat kabar tentang masalah-masalah di dalam lingkungan masyarakatnya sendiri, mungkin ia akan dihadapkan dengan stres!

Bayangkanlah, betapa repotnya para utusan Injil yang baru kembali dari negara lain. Mereka mungkin akan mengalami kesulitan dalam pembuatan KTP, SIM, dan akta lahir anak-anak mereka yang lahir di ladang misi. Biasanya, mereka akan mengalami kesulitan ketika berurusan di kantor imigrasi, kantor catatan sipil, kantor kelurahan, atau mungkin di kantor polisi.

Untuk itu, Anda sebagai spesialis pendukung utusan Injil yang baru pulang harus membuka mata dan telinga untuk melihat dan mendengarkan kebutuhan dan keluhan-keluhan mereka.

Bidang Pendidikan Anak

Biasanya, anak-anak dari keluarga utusan Injil menjadi korban dalam hal mengikuti pendidikan formal maupun nonformal. Mungkin mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang baru.

Standar pendidikan di dunia berbeda-beda. Anak-anak utusan Injil mungkin dididik sendiri oleh orangtua mereka di rumah, atau orangtua mereka mungkin mengirimkan mereka ke sekolah privat. Ketika anak-anak mereka harus bersekolah di sekolah publik, wajar saja jika orangtua mereka merasa khawatir. Anak-anak tersebut juga dapat merasa bahwa mereka berada dalam situasi yang tidak menguntungkan dalam bidang pendidikan maupun sosial.

Kebanyakan dari mereka tidak terbiasa dalam kelas yang begitu padat. Hal ini mengakibatkan mereka merasa rendah diri dan sulit bergaul dalam kelas yang penuh murid. Belum lagi jika mereka mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sekelas mereka karena terlihat berbeda dari kebanyakan murid yang lain. Mereka merasa tertekan dan merasa sendirian.

Seorang putri utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi masuk ke kelas 7 di sebuah SMP di Amerika Serikat. Ia menuliskan tentang hari pertamanya, "Kami mengelilingi bangunan sebesar monster dari kayu dan batu ini. Kami maju ke depan, terbawa arus menuju ke mulutnya. Aku berhenti sebentar di tengah-tengah pintu.... Aku sekarang berada di dalam tenggorokan monster tersebut. Aku merasa tenggelam, terus turun ke bawah. Aku ditelan monster! Suaranya seperti guruh.... Aku sendirian di tengah-tengah kegelapan mimpi buruk itu."

Bidang Spiritual-Kerohanian

Seorang utusan Injil hidupnya telah dipenuhi dengan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan dan pemuridan kepada bangsa-bangsa. Mereka telah merasakan detak jantung Allah di hatinya "Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9b) Ia telah membuang segala perkara yang berhubungan dengan dunia ini supaya ia dapat "memuaskan hati Dia yang mencantumkan nama[nya] di dalam pasukan-Nya" (2 Timotius 2:4, FAYH) Ia teringat akan tangisan para janda, para yatim, orang-orang yang sesat dan terhilang.

Dan saat ini, sangat kontras dengan kehidupan pelayanannya, tuntutan-tuntutan dari "masyarakat Kristen tak bertuhan" menekannya dari segala arah. Mungkin ia menikmati kenyamanan yang ia peroleh di rumahnya, tapi di balik itu hal-hal tersebut menciptakan perasaan-perasaan marah, bersalah, dan menghakimi. Ia tidak hanya merasa sakit untuk dirinya sendiri, namun juga bagi ratusan orang yang ia tinggalkan di negara tempat pelayanannya yang membutuhkan makanan dan perhatian dan Alkitab dan musik kristiani dan pembelajaran Alkitab dan ratusan hal lainnya yang saat itu ia dapat nikmati dengan bebas.

POLA KEBIASAAN UTUSAN INJIL YANG BARU KEMBALI DARI LADANG MISI

Secara umum ada empat pola kebiasaan yang diperlihatkan oleh utusan Injil yang baru pulang dari ladang misi kepada teman-teman mereka.

  1. Alienasi -- Keterasingan di Negara Sendiri
  2. Kondemnasi -- Suka Menghakimi
  3. Reversi -- Perlu Perbaikan
  4. Mencari Jalan Keluar Terakhir

Empat pola tersebut bisa sangat merusak. Anda perlu waspada terhadap gejala-gejalanya dan menolong teman Anda memproses dan mengekspresikan perasaannya.

Keterasingan di Negara Sendiri

Utusan Injil yang pulang ke rumah dengan sikap, "Saya pulang ke rumah sendiri, tentunya tidak sulit untuk menyesuaikan diri," membuatnya rawan menghadapi permasalahan yang akan dihadapinya. Ia mulai memunyai penilaian negatif tentang kebudayaannya sendiri. Ketika ia tidak mampu mengatasi perasaan tersebut, ia mulai menarik diri.

Ia membuat alasan-alasan untuk tidak menemui orang. "Oh, saya masih belum mempersiapkan presentasi saya," sehingga ia tidak dapat membagikan pelayannya kepada kelompok persekutuannya." [Saya tidak mau pergi karena] tempat itu terlalu ramai," ia membuat alasan. Tiga minggu setelah pulang ia 'masih' merasakan "jet lag". Ini adalah simtom-simtom yang harus Anda waspadai. Alasan-alasan tersebut adalah alasan-alasan dangkal untuk menyembunyikan perasaan batinnya.

Ia dapat termakan oleh perasaan-perasaan ini dan tenggelam lebih dalam lagi ke dalam jurang alienasi. Ia mungkin merasa bahwa ia tidak memunyai siapa-siapa untuk diajak berbicara, tidak ada siapa pun yang dapat memahaminya, dan tidak ada siapa pun untuk membantunya memproses pikirannya.

Sebagai tim pendukung, Anda dapat menariknya dari jurang alienasi dengan mengundangnya ke rumah Anda. Mulailah dengan dua atau tiga orang, jangan terlalu banyak. Atau pergi bersamanya ke tempat-tempat rekreasi kesenangannya, misalnya ke taman, pantai, atau restoran. Jika ia menolak semuanya itu, paksalah! Datanglah ke rumahnya dan doronglah dia sekuat tenaga untuk bersekutu bersama! Ajaklah ia berbicara mengenai apa saja, sehingga ia mau memulai mengungkapkan perasaan dan pikiran-pikirannya.

Suka Menghakimi

Utusan Injil ini juga punya pemikiran negatif mengenai kebudayaannya sendiri. Lingkup tantangan kelihatannya sangat besar. Dia tidak menyadari sebelumnya bahwa orang-orang di sekitarnya begitu cuek. Dia tidak habis pikir mengapa pendetanya tidak punya cukup waktu untuknya. Bagaimana mungkin mereka menjadi begitu a-Kristiani! Ia menjadi orang yang meledak-ledak. Semua orang yang ia lihat mengetahui betapa miskin karunia rohani dan inferiornya mereka -- begitu pikirnya -- karena mereka tidak terlibat dalam pelayanan misi. Ia mulai menghakimi dan mengkritisi segala hal mulai dari letak kursi gereja hingga potongan rambut baru jemaat.

Terus teranglah dengan sikapnya yang menghakimi tersebut. Mungkin Anda dapat berkata, "Saya berdiri di atas kebenaran Kristus. Di atas kebenaran apa kamu berdiri?" Lalu biarkanlah ia berbicara kepada Anda. Ia juga perlu untuk mengungkapkan rasa frustrasinya dalam suatu suasana persahabatan. Jangan menunggu sampai ia memuntahkan frustrasinya di tengah-tengah khotbah hari Minggu.

Perlu Perbaikan

Utusan Injil ini begitu turun dari pesawat tiba-tiba menyadari bahwa orang-orang telah berubah. Namun ia tetap berusaha menyangkali bahwa telah terjadi perubahan vital selama kepergiannya, atau perubahan pada orang-orang yang tidak ikut pergi. Ia tetap berusaha untuk terlibat seperti sebelumnya walaupun sebenarnya kondisinya sudah tidak sama lagi dengan sebelumnya.

Orang ini kemungkinan besar akan menerima apa pun tugas yang diberikan kepadanya. Dan teman-temannya yang tidak tahu, secara tidak sadar telah masuk ke dalam dilema ini: "Senang sekali kamu kembali. Kami butuh guru untuk kelas enam!" "OK! Kapan mulainya?" Penyambut jemaat? "Akan saya lakukan!" Memimpin pujian pada hari Rabu? "Pasti!"

Suatu pagi, ia akan bangun dan meragukan kewarasannya. Ia tidak menyadari bahwa ia telah masuk ke jalan tol kegiatan-kegiatan gerejawi tanpa terlebih dahulu memproses perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh, jiwa, dan rohnya.

Mencari Jalan Keluar Terakhir

Alienasi, kondemnasi, atau reversi akhirnya dapat menyebabkan seorang utusan Injil mengambil skenario 'jalan keluar terakhir' yang mengerikan: bunuh diri, baik secara figuratif maupun nyata.

Seorang utusan Injil pergi untuk hidup dan melayani di kebudayaan lain. Ia mendapatkan pengalaman yang mengesankan. Ia telah mempelajari bahasa baru, menjalin hubungan baru, memenangkan jiwa-jiwa baru, dan memperkuat Gereja Tuhan. Lalu ia kembali.

Ia tidak pernah dipersiapkan untuk menghadapi perubahan-perubahan di rumah. Ia mencoba untuk menanggulangi segala rasa frustrasi dalam dirinya. Alienasi berbisik, "Tidak ada seorang pun yang peduli atau mengerti. Abaikan mereka!" Suara hati berargumentasi, "Tidak, saya harus keluar dan membagikan visi ini kepada dunia di antara orang-orang segereja." Kondemnasi menjawab, "Tapi mereka begitu tak bertuhan!" Suara hati berteriak, "Ini tidak membawa saya ke mana pun!". Revisi berkata, "Baik, lupakan saja. Kita sudah kembali di rumah. Tidak masalah!"

Angin puyuh emosi menghempas orang ini dan ia hancur. Ia mundur dari segala bidang kehidupan -- spiritual, mental, emosional, -- atau mendapatkan bahwa 'jalan keluar terakhir' merupakan alternatif satu-satunya.

Membantu Utusan Injil yang Jatuh

Jika Anda melihat teman Anda yang baru kembali tersebut jatuh ke dalam salah satu dari keempat pola kebiasaan ini, pertolongan Anda sangatlah dibutuhkan!

Pertolongan tercepat yang dapat Anda berikan adalah mendengar! Ambil waktu untuk mendengar suara hati mereka; untuk berbagi pengalaman dengan mereka, untuk peduli tentang perasaan-perasaan mereka dan beban-beban mereka, presentasi mereka; untuk berada di sana saat mereka membutuhkan seseorang untuk berbicara dan tertawa dan menangis bersama.

Biarkan teman Anda berkata tentang apa pun dalam kepercayaan persahabatan Anda. Jangan menyelipkan kata, "Ya, saya tahu. Ya, saya mengerti." Sebaiknya jangan Anda lakukan! Biarkan saja dia bicara. Doronglah mereka untuk terus berbicara dengan pertanyaan penuntun untuk menjelaskan sesuatu yang ia singgung. Seringlah bertanya, "Bagaimana perasaanmu saat hal itu terjadi?" Pertegas dengan, "Itu pasti sangat berat/menyakitkan/mengasyikan/dsb.."

Ketika ia telah stabil dan pulih kembali, Anda dapat menolongnya untuk melewati tahap-tahap pemulihan dari empat masalah di atas dan Andalah fasilitator untuk memulihkan perasaannya melalui pengekspresian yang benar.

Diambil dan disunting dari:

Diterjemahkan ulang dari:

Judul buku : Melayani Sebagai Pengutus
Judul buku asli : Serving as Senders
Penulis : Neal Pirolo
Penerjemah : Tim OM Indonesia, Lazarus Toenlioe (koord.)
Penerbit : OM Indonesia
Halaman : 136 -- 145

e-JEMMi 37/2010



Judul buku : Serving as Senders
Penulis : Neal Pirolo
Penerbit : Operation Mobilization Literature
Ministry, Waynesboro, GA 30830, 1991
Halaman : 142 -- 152