You are herePaskah / Bukti Atas Jenazah yang Hilang 1: Apakah Jenazah Yesus Benar-Benar Hilang dari Makam-Nya?
Bukti Atas Jenazah yang Hilang 1: Apakah Jenazah Yesus Benar-Benar Hilang dari Makam-Nya?
Diringkas oleh: Yudo
Adakalanya jenazah lenyap dalam cerita-cerita detektif dan dalam kehidupan nyata. Namun, Anda jarang menemui sebuah makam yang kosong. Masalah yang terjadi dalam kasus Yesus bukanlah bahwa Dia tidak terlihat. Dia terlihat ketika hidup, ketika mati, dan terlihat ketika Ia hidup sekali lagi. Jika kita percaya pada catatan Injil, maka ketika kita melihat makam yang kosong, kita tidak akan memikirkan tentang jenazah yang hilang. Ini adalah tentang Yesus yang hidup sampai hari ini, bahkan setelah mengalami kematian yang mengerikan dengan cara disalib.
Makam yang kosong, sebagai simbol abadi dari kebangkitan, merupakan gambaran tertinggi dari pernyataan Yesus sebagai Allah dan merupakan inti dari iman Kristen (1 Korintus 15:17). Kebangkitan merupakan pertahanan tertinggi mengenai identitas ilahi Yesus dan ajaran yang diilhamkan-Nya. Ini merupakan bukti kemenangan-Nya atas dosa dan kematian. Ini merupakan tanda kebangkitan para pengikut-Nya dan dasar dari pengharapan orang Kristen. Kebangkitan Yesus adalah mukjizat.
Para skeptis mengatakan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk memperoleh kesimpulan terhadap jenazah Yesus; jenazah Yesus adalah sebuah misteri. Namun, yang lain menyatakan bahwa kasus ini ditutup karena ada bukti bahwa makam itu memang benar-benar kosong pada suatu pagi di hari Paskah. Dan, jika Anda ingin mendengar argumen yang meyakinkan tentang hal itu, Anda harus menemui William Lane Craig, salah seorang tokoh yang dikenal paling ahli menjelaskan tentang misteri kebangkitan Yesus.
Wawancara dengan William Lane Craig, Ph.D., D.Th.
Saya memiliki perspektif yang tidak biasa saat pertama kali melihat Bill Craig beraksi. Saat itu, saya duduk di belakangnya selagi ia membela kekristenan di hadapan para pengunjung yang berjumlah sekitar 8.000 orang, belum lagi orang-orang yang mengikuti debat itu melalui siaran radio.
Saat itu, saya bertindak sebagai moderator dalam sebuah debat terbuka antara Craig dan seorang ateis yang menjadi juru bicara bagi American Atheists, Inc.. Saya merasa kagum ketika Craig dengan sopan namun tegas, membangun argumen yang mendukung kekristenan sembari membongkar argumen-argumen ateisme. Dari tempat saya duduk, saya dapat melihat wajah para pengunjung yang hari itu (untuk pertama kalinya) menemukan bahwa kekristenan dapat bertahan di bawah analisis akal sehat dan penelitian yang amat cermat.
Di akhir debat terbuka itu, lebih dari 82 persen pengunjung yang memasuki ruang pertemuan dan mengaku sebagai orang ateis, agnostik, atau skeptis, pulang dengan suatu kesimpulan bahwa argumen kekristenan yang mereka dengar malam itu adalah hal yang paling meyakinkan. Empat puluh tujuh orang yang malam itu masuk ke ruang pertemuan sebagai orang yang tidak percaya, keluar sebagai orang percaya. Argumen-argumen Craig tentang imannya sangat meyakinkan -- terutama jika dibandingkan dengan sedikitnya bukti yang mendukung argumen ateisme.
Jadi, saya pun berangkat ke Atlanta untuk mewawancarainya. Saya penasaran, bagaimana reaksi Craig ketika saya membawa kasus ini kepadanya. Penampilan Craig tidak berubah sejak kami bertemu beberapa tahun lalu. Dengan jenggot hitam pendek, roman wajah yang kurus, dan tatapan mata yang tegas, ia masih terlihat sebagai seorang sarjana yang serius. Ia berbicara dalam kalimat yang meyakinkan, tidak pernah kehilangan pokok pikirannya, dan setia menjawab pertanyaan secara runtut; poin demi poin, fakta demi fakta. Matanya menari-nari selagi ia menyusun perbandingan dan teori secara terperinci; ia menjelaskan kalimat-kalimatnya dengan gerak tangan yang memberi pengertian dan persetujuan. Suaranya teratur sedemikian rupa, dari yang penuh canda sampai yang diselubungi kemisteriusan, dan juga dengan suara yang pelan tetapi penuh kesungguhan.
Ketika berbicara tentang para skeptis yang telah berdebat dengannya, ia tidak berbicara dengan nada yang sombong atau bermusuhan. Ia menyebutkan kualitas yang dimiliki orang-orang itu. Ia tidak berusaha menghantam lawan-lawannya dengan argumen, namun dengan tulus berusaha memenangkan orang-orang yang diyakininya berarti bagi Allah itu.
Membela Makam yang Kosong
Dengan mengenakan celana blue jeans, kaos kaki putih, dan baju hangat berwarna biru tua dengan turtleneck berwarna merah, Craig duduk di sofa di ruang tamunya. Di belakangnya, terdapat sebuah foto besar pemandangan kota Munich yang dibingkai. Di kota itulah, ia diwisuda dengan gelar Master of Arts dari Trinity Evangelical Divinity School dan gelar doktor dalam bidang filsafat dari University of Birmingham, Inggris. Setelah lulus, ia mengajar di Trinity Evangelical Divinity School dan melayani sebagai dosen tamu di Higher Institute of Philosophy di University of Louvain dekat Brussels.
Buku-bukunya meliputi "Reasonable Faith", "No Easy Answers", "Knowing the Truth about the Resurrection", "The Only Wise God", "The Existence of God and the Beginning of the Universe", dan (bersama Quentin Smith) "Theism, Atheism, and Big Bang Cosmology" yang diterbitkan oleh Oxford University Press. Ia juga memberi sumbangsih pada "The Intellectual Speak Out about God". "Jesus Under Fire", "In Defense of Miracles" dan "Does God Exist?" Artikel-artikel ilmiahnya telah diterbitkan dalam jurnal "New Testament Studies", "Journal for the Study of the New Testament", "Gospel Perspectives", "Journal of the American Scientific Affiliation", dan "Philosophy". Ia adalah anggota dari sembilan perhimpunan profesional, termasuk American Academy of Religion dan American Philosophical Association. Ia terkenal karena tulisan-tulisannya yang memberi titik temu antara ilmu pengetahuan, filosofi, dan teologia.
Apakah Jenazah Yesus Benar-Benar Diletakkan di Dalam Makam?
Sejarah memberi tahu kita bahwa penjahat yang disalib dibiarkan tergantung agar dimakan burung-burung, atau dilemparkan ke dalam pemakaman umum. Hal ini mendorong John Dominic Crossan dari Jesus Seminar liberal menyimpulkan bahwa jenazah Yesus kemungkinan digali dari makam-Nya dan dimakan oleh anjing-anjing liar. "Berdasarkan praktik-praktik kebiasaan yang dilakukan pada zaman itu, akankah Anda mengakui bahwa kemungkinan inilah yang paling mungkin terjadi?" tanya saya.
"Jika Anda hanya melihat pada praktik-praktik kebiasaan, saya setuju. Namun, itu akan mengabaikan bukti khusus dalam kasus ini," kata Craig.
"Mari kita melihat bukti khususnya," kata saya. Saya menunjukkan sebuah permasalahan: "Kitab Injil mengatakan bahwa jenazah Yesus diserahkan kepada Yusuf dari Arimatea, anggota majelis besar -- Sanhedrin -- yang memutuskan untuk menghukum Yesus. Itu lebih tidak masuk akal, bukan?"
"Tidak, jika Anda melihat pada semua bukti penguburan. Karena satu hal, peristiwa penguburan itu disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 15:3-7 ketika ia menyampaikan tentang pengakuan iman gereja yang pertama. Pengakuan iman ini dicatat pada masa-masa awal dan dapat dipercaya. Secara mendasar, ini merupakan rumusan dari empat tema. Tema pertama menunjuk pada penyaliban, kemudian penguburan. Tema ketiga menunjuk pada kebangkitan, dan yang keempat pada penampakan Yesus. Seperti yang Anda lihat, tema kedua menegaskan bahwa Yesus dimakamkan," kata Craig.
Craig sependapat dengan para ahli bahwa pengakuan iman ini telah diberikan kepada Paulus setelah pertobatannya di Damsyik, atau dalam kunjungannya ke Yerusalem ketika ia berjumpa dengan Rasul Yakobus dan Petrus.
"Dia mungkin dimakamkan, tetapi apakah ditaruh dalam sebuah makam? Apakah melalui Yusuf dari Arimatea, tokoh misterius yang meminta jenazah-Nya?" tanya saya.
"Pengakuan iman ini merupakan rangkuman yang sesuai dengan tema-tema yang diajarkan Kitab Injil. Saat kita melihat Kitab Injil, kita menemukan pengesahan yang banyak dan independen tentang kisah penguburan ini, dan Yusuf dari Arimatea disebutkan pada keempat catatan Injil tersebut. Yang paling utama dari itu, kisah penguburan dalam Injil Markus ditulis paling awal, sehingga catatan itu tidak mungkin merupakan kesalahan yang ditimbulkan oleh 'pelegendaan'," Craig menjelaskan.
"Bagaimana Anda bisa mengatakan bahwa catatan itu ditulis paling awal?" tanya saya.
"Ada dua alasan. Pertama, Injil Markus dianggap sebagai Kitab Injil yang paling awal. Kedua, Kitab Injil yang ditulis Markus pada dasarnya terdiri dari anekdot-anekdot singkat tentang Yesus, lebih seperti mutiara-mutiara pada seuntai tali daripada sebuah narasi bersambung yang mulus. Namun, jika Anda sampai pada minggu terakhir dari hidup Yesus atau minggu sengsara-Nya, Anda pasti menemukan narasi mengenai peristiwa-peristiwa yang berurutan. Kisah kesengsaraan Yesus ini tampaknya diambil oleh Markus dari sumber yang bahkan lebih tua lagi, dan sumber itu mencakup kisah tentang Yesus yang dimakamkan di dalam sebuah makam."
Apakah Yusuf dari Arimatea Ada dalam Sejarah?
"Markus mengatakan bahwa seluruh Sanhedrin memutuskan untuk menghukum Yesus. Jika itu benar, ini berarti bahwa Yusuf dari Arimatea memberikan suaranya untuk membunuh Yesus. Bukankah ini menunjukkan sangat tidak mungkin bahwa ia datang untuk memberikan sebuah penguburan terhormat untuk Yesus?" tanya saya.
"Lukas mungkin merasakan ketidaknyamanan yang sama, yang akan menjelaskan mengapa ia menambahkan satu rincian penting -- Yusuf dari Arimatea tidak hadir ketika pengambilan keputusan secara resmi itu diambil. Namun, poin yang penting mengenai Yusuf dari Arimatea adalah ia bukanlah tokoh yang diciptakan oleh legenda Kristen atau para penulis Kristen," kata Craig.
"Mengapa tidak?" tanya saya.
"Orang Kristen mula-mula marah terhadap para pemimpin Yahudi yang telah menghasut penyaliban Yesus. Mustahil orang Kristen mula-mula menciptakan tokoh yang berasal dari golongan pemimpin Yahudi yang berbuat benar, dengan memberikan penguburan yang terhormat bagi Yesus -- terutama ketika semua murid Yesus meninggalkan Dia! Jadi, Yusuf adalah tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah. Jika penguburan oleh Yusuf adalah legenda yang dikembangkan kemudian, Anda akan berharap untuk menemukan tradisi-tradisi penguburan tandingan lainnya tentang apa yang terjadi pada jenazah Yesus. Akan tetapi, Anda tidak akan menemukan hal itu. Hasilnya, mayoritas ahli Perjanjian Baru sepakat bahwa catatan tentang penguburan Yesus dapat dipercaya. John A.T.Robinson, seorang ahli Perjanjian Baru dari Cambridge University, mengatakan bahwa penguburan Yesus yang terhormat merupakan salah satu dari fakta terawal dan yang paling terbukti kebenarannya, yang kita miliki tentang Yesus yang bersejarah," kata Craig.
"Meski pengakuan iman mengatakan Yesus disalibkan, dimakamkan, dan kemudian dibangkitkan, tetapi dalam pengakuan itu tidak disebutkan bahwa makamnya kosong. Tidakkah ini menyisakan ruang bagi kemungkinan kebangkitan Yesus hanyalah kebangkitan dalam natur rohani, sementara tubuh Yesus masih ada di dalam makam?" tanya saya.
"Pengakuan iman menyatakan bahwa makamnya kosong. Orang-orang Yahudi memiliki konsep fisik tentang kebangkitan. Bagi mereka, objek utama dari kebangkitan adalah tulang-tulang dari orang yang meninggal -- bukan dagingnya, yang menurut anggapan mereka adalah bagian yang dapat hancur. Setelah daging jenazah membusuk, orang-orang Yahudi akan mengumpulkan tulang-tulang dari jenazah tersebut dan menaruhnya di dalam kotak untuk disimpan sampai kebangkitan di hari kiamat, ketika Allah membangkitkan orang-orang Israel yang dibenarkan dan mereka akan berkumpul bersama dalam kerajaan Allah. Dalam pengertian ini, pendapat yang mengatakan bahwa seseorang yang dibangkitkan dari kematian, namun tubuhnya masih tertinggal di dalam makam hanya akan menjadi kontradiksi bagi orang-orang Yahudi mula-mula. Jadi, ketika pengakuan iman Kristen mula-mula ini mengatakan bahwa Yesus dimakamkan lalu bangkit pada hari yang ketiga, pengakuan ini secara tidak langsung, namun cukup jelas, berkata, "Makam itu kosong," jelas Craig.
Seberapa Amankah Makam Itu?
Setelah mendengarkan bukti bahwa Yesus pernah berada di dalam makam tersebut, penting untuk mengetahui seberapa aman makam-Nya dari pengaruh-pengaruh luar. Semakin ketat penjagaannya, semakin kecil kelihatannya jenazah bisa dirusak. "Bagaimana makam Yesus dijaga?" saya bertanya.
"Di depan makam itu terdapat lekukan horizontal yang mengarah ke bawah, ke jalan masuk yang rendah. Kemudian, ada sebuah batu besar berbentuk piringan yang digulingkan ke dalam alur lekukan ini, piringan batu inilah yang menutupi pintu itu. Sebuah batu yang lebih kecil dipakai untuk mengunci piringan batu tersebut. Meskipun menutup makam dengan batu besar itu tergolong mudah, tetapi dibutuhkan beberapa laki-laki untuk membukanya kembali. Dalam hal demikian, makam itu cukup aman," ujar Craig.
Saya tahu bahwa beberapa orang skeptis berusaha menyatakan keraguan atas kepercayaan umum bahwa di sekeliling makam Yesus diawasi secara ketat oleh para tentara Romawi yang sangat disiplin, yang akan mengalami kematiannya sendiri jika mereka gagal dalam tugas. "Apakah Anda yakin di sana terdapat para penjaga Romawi?" tanya saya.
"Hanya Matius yang mencatat bahwa para penjaga ditempatkan di sekitar makam. Namun, dalam peristiwa apa pun, saya tidak berpikir bahwa kisah penjaga adalah sesuatu yang penting sebagai bukti kebangkitan. Untuk sebuah alasan, hal tersebut terlalu diperdebatkan. Saya mendapati bahwa lebih bijaksana mendasari argumen pada bukti yang sudah diterima secara luas oleh sebagian besar ahli Alkitab. Jadi, kisah penjaga lebih baik dikesampingkan," kata Craig.
"Bukankah itu melemahkan perkara Anda?" tanya saya.
"Kisah penjaga mungkin merupakan sesuatu yang penting pada abad ke-18, ketika berbagai kritik yang beredar membuat kesan bahwa para murid mencuri jenazah Yesus, namun tidak ada orang yang mendukung teori itu hari ini. Jika Anda membaca Perjanjian Baru, tidak ada keraguan bahwa para murid sungguh-sungguh percaya tentang kebenaran kebangkitan yang mereka proklamasikan hingga kematian mereka. Gagasan bahwa makam kosong merupakan hasil dari cerita bohong, konspirasi, atau pencurian sudah tidak ada hari ini, sehingga kisah mengenai keberadaan penjaga makam itu juga menjadi kurang penting." (t/Jing-Jing)
[Bersambung ke edisi 11]
Diterjemahkan dan diringkas dari: | ||
Judul buku | : | The Case for Christ |
Judul asli artikel | : | The Evidence of the Missing Body: Was Jesus' Body Really Absent from His Tomb? |
Penulis | : | Lee Strobel |
Penerbit | : | Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2003 |
Halaman | : | 205 -- 223 |
- Login to post comments
- 4961 reads