PASAL 7
PEMBINA-PEMBINA MURID MASIH SEDIKIT
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan
kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala. Maka katanya kepada murid-muridNya: "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit" (Matius 9:36-37).
Amanat Yesus adalah supaya kita menjadikan orang muridNya
(Matius 28:19). Amanat itu selangkah lebih jauh daripada hanya
memperingatkan kita untuk menjadi murid. Maka jika kita menuruti rencana
besar Allah, kita harus menolong orang untuk menjadi muridNya. Kalau
berhenti sebelum itu berarti kita gagal mematuhi dari amanat Kristus.
Mari kita renungkan pertanyaan ini sekali lagi. Jika Saudara
memimpin seorang kepada Kristus, apakah Saudara senang? Tentu. Saudara
gembira dan demikian juga orang itu sendiri dan para malaikat Allah.
Tetapi apakah Saudara puas? Tidak. Seharusnya tidak. Yesus menyusun agar
kita berbuat lebih dari hanya membuat orang lain bertobat. Ia
memberitahukan agar kita menjadikannya seorang murid. Maka Saudara harus
akrab dengan orang yang telah Saudara bimbing kepada Kristus dan menolong
dia untuk bertumbuh sampai ia dapat bertanggung jawab menyampaikan Firman
Tuhan dengan semangat dan efektif. Kalau hal itu terjadi, ia dapat
dianggap sebagai pengikut Yesus yang masak, mengabdi, dan menghasilkan
buah.
Sekarang, apakah Saudara bahagia sebab orang yang saudara
menangkan itu telah menjadi seorang murid? Tentu. Tetapi apakah Saudara
puas? Belum. Jika ia terus menunjukkan minat dalam menolong orang lain
juga menjadi murid, ia sudah siap untuk melanjutkan tahap berikutnya
untuk berguna dalam kerajaan Allah. Ia siap untuk menjadi pekerja yaitu
pembina murid bagi Kristus.
Tetapi ada orang-orang yang tidak pernah mencapai tahap ini.
Mereka sungguh-sungguh adalah murid-murid Yesus. Mereka secara terbuka
mengenal Tuhan. Mereka ada dalam persekutuan dengan Dia melalui Firman
dan doa. Mereka menyatakan buah Roh (Galatia 5:22,23). Dan mereka
sedang memenuhi bagiannya yang unik dalam tubuh Kristus.
Mereka mengajar di Sekolah Minggu. Mereka melayani dalam
panitia-panitia dan menyumbangkan perbuatan yang berguna. Mereka memiliki
kekuatan dan kedewasaan rohani. Tetapi kelihatannya mereka tidak mendapat
karunia dan panggilan untuk melibatkan diri dalam pelayanan pemuridan.
Salahlah jika kita mencoba memaksa mereka ke arah itu. Mereka perlu tetap
menjadi murid, tetapi tidak dapat dipaksakan terlibat dalam menjadikan
murid. Kalau terlalu didesak oleh pelatihnya, mungkin mereka akan
berputus asa atau memberontak. Karena melebihi karunia dan panggilan
mereka.
Dalam Firman Tuhan jelaslah bahwa pekerja Kristus meliputi
pekerja-pekerja yang bermacam-macam. Sasaran kita dalam pasal ini dan
berikutnya berhubungan dengan pekerja-pekerja yang khusus. Pada waktu
Yesus menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit (Mat 9:37), Ia
membicarakan pekerja yang secara langsung terlibat di dalam penuaian,
yaitu pembina murid.
Saya dilahirkan dan dibesarkan di sebidang tanah pertanian. Kami
selalu mempunyai banyak tugas. Sepanjang tahun kami harus memelihara sapi
dan kuda. Rumah, kandang dan pagar harus sering di perbaiki dan lain
sebagainya. Pokoknya : bekerja, bekerja dan bekerja.
Tetapi pada waktu tertentu setiap tahun ada saatnya kami memandang
ladang kami dan menyadari bahwa sudah tiba waktunya untuk menuai. Kami
meninggalkan kebanyakan pekerjaan kami yang lainnya dan menjadi pekerja-
pekerja untuk menuai. Itulah macam orang yang disebutkan Yesus pada waktu
ia menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit. Ia membicarakan tentang
pekerja-pekerja kerajaan Allah yang secara langsung terlibat dalam tugas
mengumpulkan jiwa-jiwa bagi Kristus kemudian membina mereka untuk
menjadi penuai juga.
Hal itu bukanlah untuk meremehkan pekerjaan dari murid Yesus yang
mana saja. Keuangan gereja harus dijalankan secara teratur.
Catatan-catatan harus dipelihara sehingga kita dapat menilai pelayanan
gereja dengan baik. Guru Sekolah Minggu merupakan kebutuhan yang mutlak.
Pekerja-pekerja lainnya dalam gereja melakukan tanggung jawabnya dengan
setia. Tetapi pembicaraan kita di sini berhubungan dengan pekerja yang
berciri khusus seperti yang disebutkan oleh Yesus (Matius 9:37):
pria atau wanita yang bersaksi bagi Kristus dengan sungguh-sungguh dan
membangun di dalam kehidupan orang lain. Kita akan memakai istilah dengan
cara demikian.
Ciri-ciri Calon Pembina Murid
Mereka yang terpanggil kepada pelayanan untuk menjadikan murid
perlu latihan lebih lanjut untuk melengkapi mereka bagi pelayanan yang
telah ditempatkan dalam hatinya oleh Kristus. Mereka telah melihat visi
untuk melipat gandakan murid dan ingin melibatkan diri di pekerjaan itu.
Mereka memperhatikan orang dan ingin memberikan hidup mereka untuk
menolong orang lain. Mereka membutuhkan latihan tentang metode-metode
pemuridan.
Visi untuk pelipatgandaan. Tanpa visi yang sungguh akan kemanjuran
pelipatgandaan murid, orang itu tidak akan berkecimpung dengan orang
lain. Tetapi pada waktu ia dapat melihat seluruh dunia di dalam wajah
seseorang dan kemungkinan untuk menjangkaunya bagi Kristus, gairahnya
dihangatkan oleh Roh Allah. Ia akan ikut serta dalam sasaran hidup
Paulus. Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati
dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-
tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. itulah yang kuusahakan dan
kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasaNya yang bekerja
dengan kuat di dalam aku (Kolose 1:28,29).
Pada suatu waktu Dr.Jerry White, seorang guru astronotika di
Akademi Angkatan Udara Amerika Serikat, menjalani suatu percobaan pada
sebuah komputer. Jika selembar kertas yang tipis, yang setebal halaman
Alkitab, dilipat limapuluh kali, akan menjadi berapa tebalnya? Komputer
itu memberikan jawaban yang mengejutkan. Kertas itu akan menjadi setinggi
27,2 juta kilometer. Untuk membandingkannya dengan sesuatu yang dapat
dimengerti, kita harus ingat bahwa jarak bumi dan bulan itu adalah 382,4
ribu kilometer.
Percobaan ini menggambarkan kekuatan dari pelipatgandaan. (Saudara
lebih suka yang mana, satu hari mendapat satu juta rupiah selama tiga
puluh hari atau satu sen setiap hari dilipatgandakan dua kali selama
tigapuluh hari?) Pelipatgandaan juga dapat dilaksanakan di dalam bidang
rohani, seperti yang dinyatakan Paulus kepada Timotius, Apa yang telah
engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada
orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain
(2Tim 2:2). Paulus, Timotius, orang-orang yang dapat dipercaya, dan
orang lain-- itu merupakan pelipatgandaan rohani.
Konsep ini digambarkan lebih lanjut oleh Paulus pada waktu
mengingatkan orang-orang Tesalonika, Dan kamu telah menjadi penurut kami
dan penurut Tuhan;....dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya
di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar
tentang imanmu kepada Allah (1Tes 1:6,8). Hal itu juga dinyatakan
dalam doa syafaat Yesus: Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan
mereka (Yohanes 17:20). Hal itu terkandung dalam amanat agung
Yesus: Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu (Matius 28:20).
Jika seorang telah menghasilkan seorang murid, ia telah
melipatgandakan dirinya sendiri sebagai seorang murid. Ia telah menjadi
seorang pembina murid. Jika seseorang telah menumbuhkan seorang pembina,
ia telah menghasilkan lebih banyak murid dan dirinya sendiri sebagai
pembina murid. Pelipatgandaan rohani ini menghasilkan murid-murid dan
juga pembina-pembina murid.
Memperhatikan orang lain. Untuk menambah visi untuk pelipatgandaan,
calon pembina harus mempunyai beban untuk memperhatikan orang lain.
Ia harus melihat kemampuan orang lain bagi Allah. Orang-orang Kristen
tidak saja memiliki kemampuan yang luar biasa bagi Allah; mereka juga
berharga bagi Allah. Mereka adalah anak-anak Allah yang dikasihi. Ia
ingin melihat mereka berkembang dan menjadi warga yang bertanggung
jawab di dalam kerajaan Allah dengan kehidupannya yang menyenangkan
dan memuliakan Allah. Kecuali kita melihat orang sedemikian, kita akan
condong untuk memasukkan mereka ke dalam suatu program yang kita harap
dapat berhasil.
Tetapi Allah tidak memasukkan kita ke dalam suatu program. Ia
secara pribadi melibatkan diri dengan kita. Anak Allah masuk ke dalam
tubuh manusia dan menyamakan diri dengan kita. Sesungguhnya, penyakit
kitalah yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya
(Yesaya 53:4). Ia mendekati kita dengan menjelma dalam keadaan
seperti kita. Ia mengalami persoalan dan kebutuhan kita. Ia menunjukkan
perhatianNya yang besar.
Paulus mengingatkan gereja di Roma: Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk
selalu memberi tumpangan! Berkatilah siapa yang menganiaya kamu,
berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu
sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-
perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara
yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai" (Roma 12:12-16).
Perhatian untuk orang lain dan visi akan kemampuan seseorang dan
akan keberhasilan pelipatgandaan murid adalah dasar dalam kehidupan
seorang pembina murid bagi Kristus.
Prinsip Pelibatan Diri
Walaupun punya visi pelipatgandaan murid, seorang pembina yang
tidak tahu metodenya akan merasa frustasi. Ia ingin melakukan sesuatu dan
melibatkan diri dengan orang-orang tetapi kemampuannya terbatas sebab ia
belum pernah di latih dalam metode menyampaikan visinya itu. Saudara
dapat menambah pekerja-pekerja untuk masa menuai dengan menolong dia
berkembang menjadi murid yang melipatgandakan murid. Ia dapat mengikuti
team pemuridan Saudara dan memperluas pengaruh dan pelayanan Saudara.
Namun pelibatan diri merupakan jalan dua jalur. Tentunya Saudara ingin
orang melibatkan diri dalam pelayanan Saudara untuk menjadikan murid.
Tetapi ada syaratnya. Saudara harus terlebih dulu melibatkan diri dengan
mereka. Demikianlah teladan Allah, sebab ia inisiatif dengan kita. Inilah
kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi
dosa-dosa kita....Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita
(1Yohanes 4:10,19).
Yesus datang ke dunia untuk melibatkan diri dengan umatNya. Dan
dalam pelibatan diriNya dengan murid-muridNya, Ia melatih mereka. Maka
prinsipnya ialah: Di mana tidak ada pelibatan diri, tidak ada latihan
pemuridan. Untuk memenuhi keperluan orang yang kita latih, kita harus
mengenal orang itu dan melibatkan diri dengan dia.
Apa yang Dicari Dalam Diri
Seorang Calon Pembina Murid
Di samping mengikuti kelompok bersama dia, Saudara harus
meluangkan waktu banyak secara pribadi dengan calon pembina murid supaya
lebih mengenal dia. Sebab unsur waktu menjadi sangat penting sekarang,
Saudara harus menekankan kebenaran-kebenaran dan metode-metode yang
sesuai dengan keperluan pribadinya dan tujuan pemuridan.
Karena Saudara hanya memiliki duapuluh empat jam sehari dan sebab
Saudara hanya memiliki hidup satu kali di atas bumi ini, Saudara tak mau
membuang waktu. Ini berarti Saudara harus memberikan hidup Saudara kepada
orang yang tepat, yaitu mereka yang siap, berkeinginan, dan dapat
menerima apa yang Saudara berikan kepada mereka. Dan Saudara harus pasti
bahwa apa yang Saudara ajarkan kepada mereka adalah yang dibutuhkannya.
Perhatikanlah seorang ibu bila dia berbelanja untuk keluarga besar
dengan keuangannya yang terbatas. Ia sudah belajar mana yang baik untuk
dibeli. Ia tidak silau akan tawaran-tawaran yang menggiurkan. Ia
mendapatkan yang paling murah.
Kunci untuk membangun sebuah jalan agar dapat menjadi jalanan yang
baik ialah memilih bahan yang cocok. Bahan yang cocok dan baik di Alaska
bukan bahan yang baik bagi Indonesia. Keadaan cuaca menuntut bahan
bangunan yang berbeda. Pemilihan itu penting.
Pemilihan juga merupakan salah satu kunci dalam pelayanan
menjadikan orang murid Yesus. Yesus mengajar prinsip itu dengan jelas
ketika Dia memilih rasul-rasulNya. Sebetulnya ada banyak murid yang
mengikuti Dia. Kita tahu bahwa paling sedikit ada tujuhpuluh orang
(Lukas 10:1). Tetapi dari semua itu Ia memilih duabelas orang
untuk dilatih secara khusus. Pertama-tama mereka harus mengikuti dia,
kemudian mereka dilibatkan dalam pelayanan. Mari, ikutlah Aku, dan kamu
akan Kujadikan penjala manusia (Matius 4:19).
Pemilihan yang dilakukan oleh Yesus berdasarkan dua hal:
pengamatan pribadi dan waktu lama dalam doa. Ia tidak terburu-buru tetapi
memperhatikan murid-murid dalam berbagai keadaan di mana mereka melayani
bersama. Cukup banyak waktu harus terluang untuk memulih orang yang tepat
dilibatkan serta dilatih dalam pembinaan murid Tuhan Yesus.
Sifat-sifat manakah yang akan Saudara cari bila mau memilih
pembina-pembina untuk team pemuridan Saudara? Saya percaya bahwa mutu
yang terutama ialah keinginan untuk menjadi pembina murid, dan keinginan
ini dapat terlihat di dalam tiga hal.
Keinginan untuk bekerja dalam suatu pelayanan pemuridan.
Memberikan hidup Saudara kepada pembinaan orang lain sangat memakan waktu
Saudara dan menuntut kemampuan yang cukup besar dari anggota team itu.
Jika Saudara membagikan hidup Saudara dengan seorang yang belum siap, ia
tidak akan tahan. Terlalu berat buat dia dan terlalu cepat. Ingatlah
bahwa memberi makan terlalu banyak kepada seorang bayi akan lebih mudah
menjadikan dia sakit daripada makan sedikit kurang.
Maka carilah seorang yang sangat bergairah untuk terlibat dalam
pelayanan. Biasanya kerinduan itu terletak pada kesediaannya untuk
bekerja. Pada waktu Saudara membutuhkan dia, dia ada. Jika Saudara ingin
bersama-sama dengan dia sebelum makan pagi dan menentukan waktu jam 6.00
pagi, ia telah berada di sana pada jam 5.45 dan ingin mulai.
Keinginan akan Allah. Di samping rindu akan pelayanan pemuridan,
orang yang dicari itu harus rindu akan Tuhan Allah. Ia harus memiliki
hubungan tegak yang kuat dalam kehidupannya. Ia harus seperti pemazmur
zaman dulu: Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah
jiwaku merindukan Engkau, ya Allah (Mazmur 42:2).
Kerinduan untuk berkorban. Ia harus tahu betapa besar
pengorbanannya dan mau melakukannya. Saudara harus menjelaskan ongkosnya
dan menantang dia seperti yang dilakukan Yesus. Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari
dan mengikut Aku (Lukas 9:23).
Sudah lama saya punya keyakinan jika kita harus menjelaskan
tantang pemuridan, orang-orang yang menyerahkan diri akan menerima
tantangan itu. Itulah yang dilakukan Yesus. Sesudah Ia menjelaskan
perkataan keras, sebagian dari murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak
mau mengikut Dia lagi (Yohanes 6:60,66).
Pada waktu Yesus melihat mereka meninggalkan Dia, Dia berbalik
kepada keduabelas murid yang lainnya dan bertanya, Apakah kamu tidak mau
pergi juga? (Yoh 6:67). Menarik sekali bahwa ia tidak berusaha
untuk menakut-nakuti mereka, memohon mereka, atau membujuk mereka supaya
mengikut Dia. Rupanya Ia merelakan mereka pergi jika mereka ingin
melakukannya. Tetapi mereka menyadari bahwa mereka tidak mengikut Yesus
untuk kebaikan Yesus, tetapi mereka tahu bahwa mereka sendirilah yang
memperoleh manfaat. Maka mereka tinggal. Mereka mau berkorban.
Saya ingat seorang anak muda yang menunjukkan janjinya yang
sungguh-sungguh, maka saya mulai membicarakan pelayanan pemuridan dengan
dia. Sikapnya ialah, "Baiklah, saya rasa saya dapat memberikan sedikit
waktu kepadamu untuk menolong dalam hal ini."
Salah satu hal yang pertama yang harus saya tunjukkan kepadanya
ialah bahwa itu caranya. Saya jelaskan kepadanya apa yang akan
dialaminya, betapa besar pengorbanan waktu dan tenaga yang diperlukan
dan apa tekanannya. Dan mungkin kadang-kadang kami harus datang lebih
awal dan tinggal lebih lambat dan bekerja lebih lama. Saya mencoba
berkomunikasi kepadanya artinya memberikan hidup kepada orang lain.
Ia menyukai akan apa yang di dengar. Sejak itu ia harus melakukannya.
orang semacam itu tahu bahwa uangnya, waktunya, dan kehidupannya
bukanlah miliknya sendiri. Yesus mengatakan, Demikian pulalah tiap-tiap
orang orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala
miliknya, tidak dapat menjadi muridKu (Lukas 14:33).
Jika orang ini mempunyai kerinduan terlibat dalam pelayanan
pemuridan, bagi Allah sendiri, dan untuk berkorban, ia siap untuk menjadi
pembina murid Yesus Kristus.
Apa yang Perlu Diutamakan
dalam Melatih Seorang Pembina Murid
Dalam pelayanan membina seorang murid, Saudara harus mengutamakan
empat hal: keyakinan, titik pandang, keunggulan, dan pembangunan watak
yang mendalam.
Keyakinan. Sampai pada saat ini calon pembina itu memegang
pendirian Saudara. Ia telah mempelajari mengapa ia harus menghafalkan
Firman, mempelajari Alkitab dan berdoa, tetapi pelajaran itu akan melaju
sesudah beberapa waktu. Ia perlu memiliki keyakinan sendiri.
Keyakinan itu dibangun dengan dua cara: Penyelidikan Firman Tuhan
secara pribadi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Mengapa.
Pada suatu kali saya bekerja dengan sekelompok anak muda yang
sukar melihat kepentingan Firman Allah dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Saya menyarankan supaya kami mempelajari Mazmur 119:1-176.
Kami tidak mempelajarinya secara mendalam, tetapi hanya membacanya dan
mencatat berbagai kata kerja yang digunakan di dalamnya. Kemudian kami
membacanya keseluruhannya sekali lagi dan mencari kata-kata yang dipakai
untuk mengartikan Firman Allah. Lalu kami berusaha menangkao sikap
pemazmur itu terhadap Firman Allah. Penyelidikan memakan waktu, tetapi
hasilnya meneguhkan tentang pentingnya Firman Allah.
Cara yang kedua untuk mengembangkan keyakinan ialah meminta orang
itu untuk mencatat semua alasan mengapa ia melakukan sesuatu. Mengapa
mengadakan renungan pribadi? Mengapa berdoa? Sekali ia telah memikirkan
semua ini, tidak usah ia bergantung pada pendapat dan perkataan Saudara
saja. Ia akan punya pendiriannya sendiri. Keyakinan itu lebih dalam
daripada doktrin yang dipercayai. Murid Yesus berpegang pada
kepercayaannya, tetapi keyakinannya mendukung dia.
Sebagai latihan yang praktis, mintalah calon pembina murid itu
mengulangi tujuan-tujuan latihan yang diberikan dalam pasal 6 dan
Lampiran I. Mintalah dia untuk mendaftarkan semua dan menuliskan mengapa
ia harus melakukannya dan mengapa hal itu harus menjadi bagian dalam
kehidupannya. Dalam tujuan yang negatif, tanyalah mengapa harus
dihindarinya. Hal itu kelihatannya membosankan, tetapi calon pembina itu
harus mengembangkan keyakinannya atas hal-hal ini jika ia mau melanjutkan
pemuridan seumur hidupnya dan menjadikan orang-orang murid Yesus.
Titik pandang. Hal kedua yang harus Saudara utamakan dalam melatih
seorang pembina ialah titik pandang atau perspektif. Pada waktu seorang
datang kepada Kristus, ia masih merupakan orang yang berpusat kepada
dirinya. Pada waktu ia mulai bertumbuh dalam Tuhan, sudut pandangannya
akan bertambah sedikit. Ia mulai sadar akan keperluan orang lain di kelas
Sekolah Minggu atau dalam persekutuan gereja. Kemudian seorang utusan
Injil datang ke gerejanya dan ia menjadi sadar akan keperluan yang
lainnya lagi. Ia mulai memandang dunia ini dari sudut pandangan yang
lainnya.
Visinya diperbesar. Perhatiannya mulai mencapai lebih jauh
daripada dirinya sendiri. Ia hidup di dalam alam kehidupan yang berbeda.
Ia sedang mengembangkan pemandangan yang baru. Hal ini tidak terjadi
dengan mudah. Tetapi pada tahap ini dalam kehidupannya ia harus langsung
kepada tujuannya yaitu dirinya sendiri dikesampingkan sebagai latar
belakang saja dan visinya dipusatkan kepada Tuhan sendiri, kehendak
Allah, pekerjaanNya, dan kebutuhan orang lain.
Keunggulan. Hal ketiga yang harus dimiliki oleh seorang pembina
ialah sikap yang ingin keunggulan. Ia harus menjadi cakap dalam
pelayanannya kepada orang lain dan melakukannya dengan baik. Kesaksiannya,
pelayanannya, dan keterlibatannya harus memantulkan kesaksian dari Yesus
sendiri, yang menjadikan segala-gala baik (Markus 7:37).
Seorang pengarang Alkitab pernah berdoa: Maka Allah damai
sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali
dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan
kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan
kehendakNya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepadaNya,
oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin
(Ibrani 13:20,21)
Jika kita diperlengkapi dengan segala yang baik untuk melakukan
kehendak Allah, tentunya semua itu melalui Yesus Kristus. Memang dialah
satu-satunya yang pernah melakukan segala sesuatu itu dengan baik. Maka
jika Saudara mau mengembangkan sikap akan keunggulan di dalam orang-orang
yang Saudara latih, Saudara harus membawa mereka kepada tahap di mana
mereka menyerahkan dirinya sendiri kepada Yesus dan membiarkan Dia hidup
melalui mereka.
Pakailah tujuan latihan dalam pasal 6 dan Lampiran I sekali lagi
sebagai latihan praktis. Kali ini mintalah murid Saudara menyelidiki
kembali daftar itu dan menuliskan bagaimana ia dapat melakukan hal-hal
ini sebaik mungkin. Juga melatih dia sedemikian baiknya sehingga ia dapat
menceritakannya kepada orang lain, orang yang sedang ditolongnya dalam
kehidupan Kristen.
Kelihatannya pekerjaan ini sulit dan memang demikian. Tetapi jika
kita harus menolong seseorang menjadi seorang pembina murid yang efektif,
ia harus tahu apa dan mengapa tentang pemuridan dalam pikirannya dan
hatinya. Dan ia harus menjadi terampil dalam pelayanan menolong orang
lain dan membangun prinsip-prinsip itu kedalam hidup mereka. Latihan dan
pelajaran yang dangkal dan bodoh tidak dapat menghasilkan seorang pembina
yang memantulkan keunggulan dalam pelayanan kepada Yesus Kristus.
Watak yang mendalam. Hal yang perlu diutamakan trakhir ialah supaya
watak dan pengalama murid dengan Tuhan terus diperdalam. Hal ini
merupakan tekanan seumur hidup. Iman, kemurnian, kejuuran, kerandahan
hati dan kebajikan lainnya tidak pernah dikuasai sekaligus dalam hidup
ini. Kita harus terus bertumbuh dan menjadi dewasa.
Yesus berkata bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit
(Mat 9:37; Luk 10:2). Tuaian itu terdiri dari orang-orang yang lelah
dan terlantar (Mat 9:36). Ini adalah gambaran dari sekelompok domba
yang tak berdaya sama sekali. Mereka kepanasan, terengah-engah, haus dan
lapar. Mereka sama sekali tidak berdaya dan mencari seorang gembala untuk
membawakan air dan makanan. Mereka tidak mempunyai harapan kecuali ada
gembala yang menolong mereka.
Paulus juga menggambarkan tujuan itu terdiri dari orang-orang yang
terpisah dari Yesus Kristus--orang yang terbuang, orang asing, orang
tanpa harapan, dan tanpa Allah (Ef 2:11,12). Tuaian itu ada di
mana-mana dan dalam jumlah yang besar. Yesus mengatakan bahwa ladang itu
sudah siap untuk dituai (Yoh 4:35). Persoalannya bukan pada tuaian;
persoalannya ialah pada kekurangan pekerja.
Nah, seorang pembina ialah seorang murid ditambah sesuatu. Dalam
Firman Tuhan ia digambarkan sebagai sorang yang sedang menuai diladang.
Ia adalah seorang yang menabur dan menuai (Yohanes 4:37,38). Ia
menanam dan menyiram (2Korintus 3:7-9). Ia meletakkan dasarnya,
dan seorang lainnya yang membangun di atasnya (1Korintus 3:10).
Ia sedang menjadikan orang-orang murid Yesus (Matius 28:19-20).
Seorang pembina murid itu harus terlibat dalam memenangkan orang yang
sesat dan membangun orang percaya--yaitu, menginjili dan membina.
Pembina-pembina menolong memenuhi Amanat Agung. Yesus berkata
bahwa inilah tempatnya bagi mereka. Kita harus memusatkan perhatian kita
pada penambahan jumlah pembina-pembina murid Yesus.