PASAL 10
PERLUNYA KEPEMIMPINAN
Ia menetapkan duabelas orang untuk menyertai Dia dan untuk
diutusNya memberitakan Injil (Markus 3:14).
Agar supaya dapat melipatgandakan pelayanan pembinaan murid,
seseorang yang telah menjadi murid dan telah menjadi seorang pembina
murid haruslah mengambil satu langkah lagi. Ia harus menjadi seorang
pemimpin. Babak terakhir dalam perkembangan seseorang untuk pelayanan
ini ialah kepemimpinan.
Namun hal ini bukanlah berarti jika nanti ia menyelesaikan
pelajaran-pelajaran mengenai kepemimpinan ini bahwa ia akan berhenti
bertumbuh dan berkembang. Tidak, karena pertumbuhan merupakan proses
seumur hidup. Kita tidak akan pernah tamat selama kita hidup
(1Yohanes 3:1-3). Saudara telah menyaksikan bagaimana perkembangan
langkah seseorang dari bertobat sehingga dia menjadi seorang murid.
Saudara telah menyaksikan prosesnya sehingga ia menjadi seorang pembina
murid--seseorang yang mengetahui bagaimana menjadikan seorang murid dan
yang mengambil bagian dalam team pemuridan Saudara. Sekarang ada satu
langkah lagi yang harus ditempuhnya. Saudara harus memeriksa orang-orang
yang ada dalam team Saudara kalau-kalau ada satu atau dua orang dalam
kelompok yang perlu dibimbing lebih lanjut. Adakah di antara mereka yang
mempunyai bakat, kemauan dan panggilan dari Allah untuk menjadi pemimpin
dalam pelayanan pemuridan ini? Adakah mereka yang dapat mengerjakan apa
yang sekarang Saudara lakukan? Jika ada, maka mereka perlu menerima
latihan kepemimpinan secara khusus supaya mampu melaksanakan tugasnya
kelak.
Saudara perlu juga menyadari baik-baik bahwa yang dimaksudkan di
sini bukanlah orang yang nanti akan menjadi pekerja Kristen sepenuh waktu
tetapi itu bukanlah tujuan utama. Ada banyak orang awam yang merupakan
pemimpin pelayanan sepenuh waktu tetapi itu bukan tujuan utama. Ada
banyak orang awam yang merupakan pemimpin pelayanan pemuridan yang
terbaik di dunia dewasa ini. Mereka sangat dihargai oleh para pekerja
Kristen sepenuh waktu yang memang mengenal mereka dan yang kerap kali
mengundang mereka untuk melatih para pendeta dan utusan Injil dalam
pelayanan semacam itu. Mereka punya pekerjaan lain untuk penghidupannya.
Tetapi hidup mereka ialah memimpin suatu team pembina murid Kristen.
Dua kata kunci dalam memperkembangkan pemimpin kelompok pemuridan
adalah pemilihan dan waktu. Kita akan memeriksanya dengan cermat.
Pentingnya Pemilihan
Saudara telah melayani pekerja yang berpotensi itu selama berbulan-
bulan bahkan mungkin bertahun-tahun. Saudara mengenalnya sejak ia masih
menjadi petobat baru. Saudara membentuknya dengan jalan menolongnya
sehingga ia menjadi murid yang berbuah, berpenyerahan dan berhasil.
Saudara memperlengkapinya dengan memberikannya latihan agar ia menjadi
sorang pembina seorang pembina murid. Sekarang merupakan titik kritis
dalam kehidupannya. Apakah Allah sedang memimpinnya untuk mengambil
langkah yang berikutnya, untuk menjadi pemimpin team orang-orang yang
mampu menjadikan orang lain murid Yesus?
Paling sedikit ada ciri khas dalam seorang pemimpin. Saudara perlu
mencari ciri-ciri khas itu di dalam diri seorang calon pemimpin.
Kemungkinan kelima hal itu tidak terdapat dalam kehidupan seseorang. Ia
tidak perlu menjadi seorang superman rohani. Namun jika ada dua atau tiga
sifat itu yang nyata, Saudara perlu berdoa dengan serius agar Tuhan
menunjukkan pimpinanNya dalam keterlibatan Saudara yang lebih jauh dengan
orang itu. Hal ini menjadi lebih penting lagi apabila Saudara ada di
ladang pelayanan yang subur, sedang pekerjaannya hanya sedikit sekali.
Misalnya, Saudara sedang melayani di Indonesia. Saudara mempunyai
sebuah kelompok yang bekerja sama dengan Saudara. Saudara tahu bahwa ada
jutaan orang yang tersebar di antara ribuan pulau ini yang memerlukan
pertolongan rohani. Bagaimana mereka akan mendapatkannya?
Mungkin sekali Saudaralah kuncinya. Barangkali Allah akan memimpin
Saudara untuk memberikan latihan kepemimpinan khusus kepada pekerja
Saudara sehingga mereka dapat pergi ke pelbagai tempat dan melakukan hal
yang sama seperti Saudara lakukan sekarang. Sungguh suatu peristiwa yang
mendebarkan hati ialah melihat mereka pergi menjangkau beberapa orang bagi
Kristus, terus membina orang-orang itu sehingga mereka menjadi murid yang
berbuah, berpenyerahan, dan dewasa. Dan kemudian beberapa diantaranya
terus maju menjadi pembina murid yang efektif dalam team pemuridan.
Bila memilih calon pemimpin untuk dilatih, inilah kelima ciri khas
yang Saudara cari.
1. Ia mempunyai semangat berjuang. Ia tidak cepat putus asa. Ia
tidak akan berpaling dan lari pada waktu melihat gejala perlawanan
pertama. Tidak pula ia berhenti karena rintangan pertama. Ia maju terus
dengan penuh gairah dan suatu sikap positip, berserah dan beriman, tanpa
memperdulikan perlawanan, rintangang dan pencobaan dalam keterlibatannya
menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus.
Ia mencerminkan jawaban Paulus terhadap pernyataan Roh Kudus bahwa
penjara, kesengsaraan dan kesulitan akan menantinya. Tetapi aku tidak
menghiraukan nyawanya sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis
akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus
kepadaku untuk memberi kesaksian tentang tentang Injil kasih karunia
Allah (Kisah 20:24).
Ia sadar bahwa lorong yang harus ditempuh sukar. Ia sadar bahwa
akan ada oposisi. Ia dengan rela berusaha mencapai tujuan panggilan Allah
yang luhur (Filipi 3:14). Dengan senang ia akan bersiap dan
mempertaruhkan nyawanya demi peperangan iman.
Ia menerima jalan kesengsaraan. Sebab kepada kamu dikaruniakan
buka saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia (Filipi 1:29). Carilah orang yang berjiwa demikian, karena
seorang pemimpin akan terus berjuang ketika yang lainnya mandeg.
2. Ia mampu menemukan dan mendapatkan orang yang telah membuktikan
diri. Hal ini penting karena akan menentukan dengan team macam apa ia
akan mulai. Ia harus membedakan di antara orang yang efektif dengan orang
yang baik. Ia harus mampu menunjukkan dan mendapatkan orang-orang yang
berhasil dalam pelayanannya. Mengapa hal itu penting? Sebab jika ia harus
mengumpulkan orang-orang yang belum dapat berinisiatip, orang-orang yang
diharapkan tidak akan muncul.
Pada suatu hari saya berbicara dengan seorang dokter muda yang
mempunyai kerinduan di dalam hatinya untuk melayani. Ia mengatakan bahwa
ia sedang merencanakan untuk membagi waktu dan perhatian yang lebih bayak
kepada satu orang tertentu. Saya bertanya apakah orang tersebut merupakan
macam orang yang dibutuhkan dalam team pemuridannya.
"Bukan," jawabnya, tetapi ia adalah satu-satunya orang yang
bersedia pada saat ini."
Saya memperingatkan dia agar bersabar sebentar dan memohon agar
Allah akan mengirimkan seorang yang efektif kepadanya. Puji Tuhan, Allah
mengabulkan, dan sekarang terdapat berbagai hasil dari pelayanan itu
banyak orang yang sedang memimpin team-team pemuridan di Amereika Serikat,
Kanada, Amerika Latin, Asia dan Australia. Sebagian dari sukses tersebut
berasal dari percakapan pendahuluan itu yakni untuk menunggu munculnya
orang yang tepat.
Bagaimana Saudara dapat menunjukkan dan menemukan seorang yang
efektif? Inilah beberaoa syarat yang dapat dicari.
(1) Ia dapat dipercaya. Hal ini bukan berarti bahwa ia tidak
pernah berbuat kesalahan. Setiap orang dapat bersalah. Tetapi ketika ia
diberikan tugas, ia akan melaksanakannya dengan baik. Seorang nabi
Perjanjian Lama menceritakan sebuah perumpamaan mengenai seorang pengawal
yang diperintahkan untuk menjaga seorang tawanan, tetapi tawanan tersebut
melarikan diri. Jawaban penjaga itu adalah, Ketika hambamu ini repot sana
sini, orang itu menghilang (1Raja 20:39-40). Masalahnya ialah bahwa
ia tidak dapat diserahi tanggung jawab. Tugas itu diberikan kepada orang
yang tidak dapat dipercayai.
(2) Ia dapat memanfaatkan sumber yang ada. Ia melaksanakan
tugasnya dengan baik dengan apa yang telah ia terima. Dulu Dawson Trotman
senang sekali menceritakan peristiwa ketiga regu follow-up kehabisan
bahan bimbingan dalam Kampanye Penginjilan Billy Graham di London.
Seorang di antara para penasihat lari kepada Trotman dan berkata "Kita
kehabisan paket Mulai Berjalan Dengan Kristus!"
"Tidak mengapa," jawab Trotman. "Pada hari Pentakosta, mungkin
para rasul pun kehabisan bahan bimbingan ketika 3000 orang bertobat."
Mulanya orang itu tercengang tidak mengerti; namun pada akhirnya
ia melihat maksudnya. Para rasul tidak mempunyai paker Mulai Berjalan
Dengan Kristus pada hari Pentakosta, tetapi mereka dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dengan bahan yang sedikit mereka pun dapat
melaksanakan hal yang sama di London. Dan memang mereka berhasil.
Salah seorang Hakim dalam Perjanjian Lama, Shamgar, berjuang
dengan sumber yang ada padanya. Pertempuran melawan orang Filistin sedang
berkecamuk dengan hebat, dan ia tidak mempunyai sebilah pedang pun. Jadi
ia bertempur melawan musuh dengan sebatang tongkat penghalau lembu dan
membunuh enam ratus orang (Hakim 3:31).
(3) ia dapat menyesuaikan diri. Dengan panjang lebar Paulus
menguraikan sifat ini kepada irang-orang di Korintus (1Kor 9:19-23).
Para pemimpin sering kali diundang untuk melakukan berbagai macam tugas.
Ia harus dapat menyesuaikan diri.
Seorang pemimpin harus menjadi seorang ahli, dan pemuridan harus
menjadi hidupnya. Namun ia harus pula dapat serba guna. Ia harus
mempunyai kemampuan untuk bergerak dalam berbagai macam situasi. Ia akan
diundang untuk melayani berbagai macam golongan dan melayani berbagai
ragam orang.
(4) Ia seorang yang bersemangat. Hatinya tertuju kepada
pelayanannya, dan ia menyerahkan segala sesuatu yang ada padanya. Ia
memiliki sikap seperti pemazmur ini terhadap Tuhan: Dengan segenap hatiku
aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-
perintaMu (Mazmur 119:10).
Sifat macam ini penting untuk dimiliki. Seseorang bisa saja
berbuat kesalahan-kesalahan yang pandir. Namun jika ia sungguh-sungguh
berusaha berbuat yang terbaik, maka kesalahannya dapat diampuni. Carilah
orang yang sungguh-sungguh berkeinginan, bukan orang yang hanya berniat
saja.
Pada suatu ketika saya berbicara dengan seorang muda yang sedang
memimpin sebuah kelompok pemuridan. Ia bertanya kalau-kalau saya
membutuhkan teamnya untuk menolong dalam suatu proyek pelayanan. Saya
merasa bahwa tawaran itu baik sekali sehingga saya menentukan tanggalnya.
Kira-kira tiga hari sebelum saatnya tiba, ia mencari saya dan berkata,
"Pak sudah ada enam orang yang rela datang pada hari sabtu."
Saya menjawab, "baiklah." Namun kata-katanya itu agak mengganggu
saya. Orang-orang itu tersebut rela, bukan sungguh-sungguh ingin. Hal ini
melawan segala sesuatu yang pernah saya lakukan sebelumnya. Saya tidak
pernah dengan sengaja terlibat di dalam suatu proyek bersama-sama dengan
orang-orang yang sukarela saja. Saya telah belajar bahwa jika seseorang
bekerja hanya karena ia harus melakukannya, ia tidak akan berbuat yang
terbaik. Saya tidak ingin ada enam orang yang bekerja namun hatinya tidak
ada di situ, karena pastilah mereka akan melakukan pekerjaan dengan
ceroboh. Jadi saya menghubungi pemimpin itu kembali dan membatalkan
rencana proyek tersebut.
(5) Ia siap bekerja. Yesus tidak mengambil orang yang sedang
bersantai di tepi pantai Danau Galilea. Ia memanggil nelayan yang sedang
menambal jala mereka. Berabad-abad sebelumnya Allah memanggil Musa ketika
ia sedang menggembalakan ternak di gurun dan kemudian Daud ketika ia
sedang bekerja di ladang. Pekerjaan Kristen adalah pekerjaan yang sukar.
Pernah kami mengadakan pertemuan di kantor pusat kami. Dan hadirin
sedemikian besarnya sehingga kami harus memakai ruang di tingkat empat
untuk tempat loka karya. Hal itu berarti tujuh puluh lima kursi harus
diangkut dari truk di luar dan dibawa ke atas melaui empat undakan
tangga. Salah seorang memandang saya dan berkata, "Nah, ini pekerjaan
berat!"
"Ya," jawab saya kepadanya, "itulah sebenarnya arti pelayanan
kita, pekerjaan berat."
Jadi carilah orang yang sungguh-sungguh bekerja keras dan lebih
lama. Kemungkinan orang semacam itu memiliki bakat-bakat sebagai
pemimpin.
(6) Ia waspada. Seorang pemimpin pembina-pembina murid harus
selalu waspada akan keadaan sekelilingnya. Jika gagal dalam hal ini,
kemungkinan besar keefektipan pelayanannya membuat murid akan berkurang
pula.
Seorang pemain bola yang waspada tidak hanya mengikuti ke mana
larinya sang bola, tetapi juga sudut matanya akan mengawasi gerak-gerik
lawan.
Seorang yang waspada tahu ke mana ia pergi dan bagaimana sampai ke
tempat itu. Namun ia tidak terlalu dibatasi oleh visinya itu sehingga ia
tidak waspada terhadap kejadian disekelilingnya. Sasarannya memang sempit
namun visinya luas.
Salah satu cara bagaimana Saudara menemukan orang yang waspada
adalah melalui percakapan. Apakah ia sadar akan apa yang sedang terjadi
di sekelilingnya? Dapatkah ia mencari dan mendapatkan pelajaran dari
padanya? Seorang yang waspada dapat belajar dari keadaan sekelilingnya.
Orang yang tidak memiliki kemampuan ini terbatas pelayanannya dan ada
di antara golongan orang banyak yang perlu diajarkan segala sesuatu,
langkah demi langkah.
(7) Ia mempunyai inisiatif. Pernah saya diundang untuk berbicara
pada sebuah ritrit kaum pria. Saat pertemuan telah tiba dan para
pemimpinnya belum muncul. Salah seorang yang berada di baris depan
memandang berkeliling dan memberikan komentar bahwa waktunya telah tiba.
Ia terus menerus memandang jam tangannnya. Kami membuang waktu dari 150
orang yang sudah meninggalkan keluarganya untuk datang ke ritrit ini.
Sesudah memandang berkeliling beberapa kali lagi, orang ini berdiri,
menenangkan para hadirin, dan mulai pertemuan itu. Pada saat itulah ia
menjadi pemimpin kami.
Inisiatif adalah salah satu ciri orang yang berhasil. Ia menyadari
apa yang harus diperbuat dan mengambil langkah untuk melakukannya. Ia
tidak perlu didorong, karena ia akan bertindak sendiri. Alkitab tidak
menyebutkan bahwa rasul Petrus "berencana" untuk menyampaikan khotbah
pada hari Pentakosta. Tetapi ketika ada kesempatan itu, ia siap di bawah
kuasa Roh Kudus. Ia berdiri, mengambil inisiatif, dan berkhotbah. Kita
semua mengetahui akan hasilnya.
Alkitab juga tidak menceritakan kepada kita bahwa beberapa waktu
kemudian Petrus "berencana" untuk memerintahkan agar orang lumpuh di muka
Pintu Elok itu berdiri dan berjalan (Kisah 3:1-7). Tetapi ia siap,
dan di dalam nama Yesus, orang Nazaret, ia mengambil inisiatif. Kita
ketahui pula hasilnya. Sifat macam ini penting sekali bagi seorang
pemimpin.
(8) Ia percaya akan dirinya. Ia akan menghadapi berbagai ragam
orang, dan ia harus dapat menyesuaikan diri dengan setiap golongan.
Orang-orang kaya akan mengundangnya untuk melayani mereka; orang-orang
miskin juga membutuhkan pertolongannya. Umat Allah yang kaya dan ternama
maupun yang sederhana dan papa memerlukan pelayanannya dan akan meminta
dia agar mengulurkan tangannya menolong.
Kalau hanya sanggup melayani segolongan orang tertentu saja dan
menghindari diri dari yang lain, itu bukanlah ciri pelayanan seperti
Kristus. Yesus sanggup berhadapan dengan para pemuka agama di Yerusalem
dan melayani mereka secara efektif. Ia dapat pula duduk bersama-sama
orang bersahaja di Galilea dan tetap melayani secara efektif. Orang bisa
menyambutnya dengan gembira. Demikian pula ia dapat melayani secara
efektif kebutuhan rohani Nikodemus, seorang penghulu Yahudi.
Para Rasul melayani banyak orang di Yerusalem dan juga dapat
menjangkau beberapa imam. Paulus dapat melayani orang muda dan penakut
seperti Timotius, dan pada waktu yang bersamaan bersahabat pula dengan
beberapa pejabat tinggi propinsi Asia.
Ke delapan sifat yang disebutkan di atas dapat menolong Saudara
untuk mencari seseorang dari antara team Saudara yang bisa dijadikan
pemimpin. Setiap sifat tersebut tidaklah perlu sudah mendarah daging
dalam kehidupan orang itu, namun harus sudah kelihatan ciri-cirinya,
meskipun dalam tahap permulaan.
Saudara tidak mencari seorang superman dalam iman Kristen. Kita
semua mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kita melakukan beberapa hal lebih
baik dari yang lain. Daftar tadi hanyalah semata-mata gambaran yang dapat
Saudara anggap penting bila Saudara menemukan seorang calon pemimpin yang
dapat Saudara latih.
3. Ia bersifat stabil. Ia tahan desak-desakan yang menimpanya.
Kepemimpinan itu penuh dengan tekanan-tekanan--dari segala sisi, dari
banyak orang. Ada yang positif, dan ada yang negatif. Sebagian orang akan
menuntutnya terus-menerus agar dia berbuat lebih banyak. Yang lain, yang
tidak suka akan apa yang dilakukannya akan menyerang dia.
Saya pernah melayani di sebuah kota di mana ada seorang pendeta
dari gereja terbesar di kota itu yang mempunyai tujuan untuk
menyingkirkan seorang pekerja Kristen keluar dari kotanya. Ia mengadakan
tekanan yang bertubi-tubi terhadap orang ini--tuduhan palsu, bisik-bisik
dan sebagainya. Orang itu hampir tidak tahan lagi, namun ia tetap bertahan
dan mengikuti panggilan Tuhan. Di tengah-tengah perlawanan hebat itu,
pelayanannya berhasil dengan baik. Banyak orang yang dimenangkan bagi
Kristus karena pelayanannya itu.
Gangguan-gangguan normal dari kehidupan sehari-hari juga akan
datang--kesulitan keuangan, persoalan keluarga, penyakit yang
berlarut-larut, Daud merupakan buah hati Allah, namun ia juga menghadapi
persoalan juga--rakyatnya bermaksud merajam dia dengan batu, istrinya
melawan dia, anaknya memberontak kepadanya. Tekanan-tekanan itu ada namun
ia melayani Allah dalam generasinya.
Kemantapan merupakan sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin,
dan sifat itu ada karena mempunyai iman yang teguh akan kedaulatan
Allah. Dia harus yakin bahwa Allah yang di surga menguasai keadaan
(Mazmur 115:3); bahwa segala sesuatu dikerjakan oleh Allah untuk
menghasilkan kebaikan bagi kita dan untuk membentuk kita agar lebih dekat
dengan teladan Kristus (Roma 8:28-29); dan bahwa tangan Allah
sedang membentuk dan mencetak setiap bagian kehidupan kita.
Iman adalah kunci kestabilan: kepercayaan kepada Allah sebagai
Bapak yang mengasihi dan memperdulikan kita.
4. Ia mempunyai kemampuan pengelolaan. Ia dapat merangkai orang
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah team. Dia adalah orang yang
mengerti kebijakan sederhana bahwa dua orang dapat mencapai hasil yang
lebih baik daripada satu orang, jika mereka bersatu dan diorganisir. Ia
tahu juga bahwa hal itu benar dengan tiga, empat orang atau lebih. Proyek
yang bagaimana besarnya sekalipun dapat dibagi-bagi menjadi kesatuan
kecil yang dapat berfungsi jika kita tahu cara mengaturnya.
Salah satu rahasia untuk melihat apakah seseorang mampu
mengelola atau tidak ialah dengan melihat apakah orang tersebut mampu
mengorganisasikan dirinya sendiri? Apakah ia dapat mencapainya? Apakah ia
dapat menjaga jadwal waktunya atau selalu terlambat? Apakah ia seorang
yang untung-untungan atau seorang ahli siasat? Apakah ia kelihatannya
hanya melakukan pekerjaan yang muncul dihadapannya atau ia sungguh sudah
merencanakan hidupnya sesuai dengan tujuan dan prioritas yang diberikan
Allah kepadanya? Jika ia tidak dapat mengatur dirinya sendiri, tentu saja
ia tidak akan mampu mengurus orang lain.
Pengelolaan diri adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Ada enam
kunci bagi pengelolaan diri.
- Pandangan realisitik pada kemampuan pribadi.
- Keyakinan yang kuat akan apa yang Allah ingin dilakukan.
- Kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan menurut urutan
kepentingannya.
- Akal sehat untuk memberikan waktu luang di antara dua proyek,
dengan menyadari bahwa seringkali pekerjaan memakan waktu
lebih daripada yang sudah direncanakan, dan juga selalu timbul
gangguan yang tidak kite perkirakan sebelumnya.
- Kesetiaan mengatur waktu bersama dengan Allah dan
memprioritaskan keluarga.
- Belajar bagaimana dapat fungsi dengan fleksibilitas tertentu
yang dipusatkan kepada manusia dan bukan berpusatkan proyek.
Tak seorang pun dapat menjadi pemimpin yang baik jika ia
mementingkan proyek lebih daripada orang.
Yang berikut ini adalah enam peraturan dasar yang dapat menolong
seseorang mengorganisasikan sebuah proyek atau suatu kegiatan.
- Jelaskan tujuan secara tepat dengan istilah yang tertentu.
- Bagilah tujuan itu menjadi kesatuan-kesatuan yang dapat
dikerjakan dan ditangani.
- Bentuklah suatu organisasi yang akan menolong setiap untuk
melaksanakan bagiannya.
- Isilah posisi-posisi penting dengan orang-orang yang terlatih.
- Berikanlah kekuasaan penuh kepada mereka untuk melaksanakan
tugasnya.
- Awasi mereka dan perhatikan apakah mereka tetap berada pada
tugas utamanya.
5. Ia mempunyai rasa penilaian dan daya cipta. Kedua hal ini
ditempatkan bersama-sama karena mereka saling berkaitan, meskipun bagi
beberapa orang yang satu biasanya lebih menonjol. Jika pikiran yang kritis
memegang peranan yang lebih besar, orang itu akan menjadi pemimpin yang
teguh, bijak, metodis dan produktif. Jika pikiran kreatif yang menonjol
maka orang itu akan pandai sekali memilih kegiatan yang menarik dan
berlainan daripada yang lain.
Pikiran kritis tentu saja, dapat menghasilkan ide-ide kreatif, dan
seringkali memang demikian kenyataannya. Orang semacam ini melaksanakan
ide-ide baru dengan keyakinan yang kuat. Pikiran kreatif menyangkut dua
perkara: berusaha membuang sepuluh gagasan gemilang yang memasuki
pikirannya, memilih satu yang terbaik, dan melaksanakan ide itu dengan
keyakinan bahkan dengan penuh kegairahan.
Hal yang terbaik jika kedua macam sifat ini akan dapat bertemu
ialah dengan mencari pasangannya di dalam team. Disinilah nanti akan
terlihat bagaimana aneka ragam bakat dan kemampuan muncul dan berjalan.
Jika seorang pemimpin mengisi teamnya dengan orang-orang yang mempunyai
pendapat yang sama seperti dia, itulah suatu kesalahan besar. Mungkin
lebih baik jika ia mempunyai teman dekat mempunyai pandangan yang
berlawanan dalam kepribadian, bakat, dan kemampuannyaa. Demikianlah
teamnya akan menjadi lebih seimbang. Yesus mempraktekkan prinsip ini.
Jadi kelima hal di atas merupakan sifat yang harus dicari dalam
seorang calon pemimpin. Pemimpin team pembina murid merupakan fungsi
yang penting bagi pelayanan Kristus dan harus dipilih melalui banyak
pengamatan dan doa.
Unsur Waktu
Kunci kedua dalam menumbuhkan pemimpin team pemuridan adalah
waktu. Saudara harus rela menyediakan banyak waktu bersama dengan
orang-orang itu. Contoh yang diterapkan Tuhan Yesus jelas sekali. Contoh
dari Paulus juga nampak. Saudara harus mengadakan waktu bersama mereka
baik itu dipelayanan, di rumah Saudara, di dalam kehidupan sehari-hari
yang biasa, diperjalanan, di pekerjaan dan pada waktu bermain.
Waktu bersama itu dipakai untuk menyelidiki isi Alkitab dan
membahas ajarannya, dan berkat-berkatnya. Hendaklah ada waktu bersama di
dalam doa dan perencanaan. Saudara tentu ingin membagi-bagikan perjuan
pribadi Saudara, kemenangan dan kekalahan Saudara, sebagaimana adanya.
Penanaman waktu memang mahal sekali. Namun jika Saudara dipanggil
Allah untuk menolong melipatgandakan pekerja di ladang pelayanan dunia,
Saudara tentu tidak akan melarikan diri oleh karena sesuatu yang sukar
dan mahal. Dan memang demikian kenyataannya jika Saudara membagi waktu
Saudara dengan seseorang. Air mata, kekecewaan, mimpi yang gagal dan
sakit hati cukup besar untuk menyebabkan Saudara menyerah: hal-hal itu
berada di ambang pintu Saudara.
Beberapa tahun yang lalu saya bekerja dengan dua pemuda yang
menunjukkan kemampuan yang besar. Saya mengasihi kedua orang tersebut dan
merindukan agar mereka menempati kedudukan dalam pelayanan Kristus. Kami
mengadakan waktu berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun bersama-sama. Kami menyelidiki Alkitab. kami berdoa. Kami
bepergian ke pertemuan-pertemuan akhir minggu dan ke ritrit-ritrit
gereja. Tetapi justru ketika saya merasa bahwa mereka sudah maju, salah
satu atau keduanya melakukan sesuatu yang sangat mengecewakan dan yang
hampir tidak dapat saya percayai.
Lalu saya memulai lagi. Tidak terhitung waktu yang telah dipakai
untuk berdoa bagi mereka. Sesudah banyak tahun dilewati dalam kesukaan,
kegembiraan, kekecewaan dan kemenangan, mereka akhirnya mempunyai
tanggung jawab yang besar di dalam pekerjaan Tuhan. Mereka menjadi
pembina murid dalam arti yang sebenarnya. Namun hal itu memakan waktu
yang banyak sekali.
Rasul Paulus merupakan contoh dari seorang pemimpin yang
menyediakan waktu bagi orang lain dan menolong melatih mereka menjadi
pemimpin. Timotius menyertai Paulus dalam perjalanan pengutusan Injil.
Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku
dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Dialah
yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku
bagaimana jalannya perkaraku (Filipi 2:22-23).
Karena eratnya hubungang mereka, paulus dapat berkata, Tetapi
engkau telah mengikuti ajaranKu, cara hidupku, pendirianku, imanku,
kesabaranku, kasihku, dan keturunanku. Engkau telah ikut menderita
penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di
Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah
melepaskan aku dari padanya (2Timotius 3:10-11). Kekecewaan menimpa
Paulus pula, karena beberapa orang yang lama bersama-sama dengan dia
akhirnya berpaling dari padanya (2Timotius 4:10).
Tuhan Yesus Kristus adalah contoh keunggulan orang yang menanam
modal waktu di dalam kehidupan beberapa orang. Ia menetapkan dua
belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil
(Markus 3:14). Kebanyakan waktunya dihabiskan dengan keduabelas
rasul.
Membagi waktu dengan seseorang adalah suatu aspek penting dalam
latihan kepemimpinan. Hal itu berdasarkan ajaran Alkitab. Juga seseorang
yang hanya bersama Saudara pada waktu-waktu tertentu saja akan dapat
mengelabui Saudara. Namun dengan melihat jadwal waktu yang dipakai Yesus
maupun Paulus dalam latihan kepemimpinan mereka, orang-orang itu tidak
dapat berpura-pura saja. Yesus mengetahui benar orang-orangnya, termasuk
Yudas.
Pemilihan menjadi penting sekali karena Saudara tentu tidak
mau membuang-buang waktu Saudara dalam melatih seorang pemimpin dan
akhirnya mengetahui bahwa Saudara telah melatih orang yang salah. Waktu
itu penting karena untuk melaksanakan pekerjaan yang baik memang akan
memakan waktu banyak. Beberapa dari antara kita mungkin berpikir, "Saya
tidak mempunyai waktu sedemikian itu. Pasti ada cara lain yang lebih
cepat." Tidak ada! Metode Yesus yang telah teruji masih tetap berlaku
sampai sekarang.