PASAL 9
LATIHAN BAGI SEORANG PEMBINA MURID
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi,
baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-
pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12).
Dalam mengembangkan pekerja-pekerja bagi kerajaan Allah, saudari
bertanggung jawab kepada Allah untuk mempersiapkan orang-orang ini bagi
pelayanan mereka dalam hidup orang lain. Saudari harus memperhatikan
sikap rohanian mereka: penyerahannya, pertanggungjawabnya,
kedewasaannnya, visinya, ketrampilannya, pelayanannya dan pertumbuhan
hidup mereka di dalam Tuhan.
Saudara telah melihat Roh Kudus mengerjakan tujuan tertentu yang
memungkinkan murid itu menjadi dewasa, berpenyerahan dan menghasilkan
buah (lihat Pasal 6 dan Lampiran I). Karena kelihatannya orang itu
memiliki kerinduan, karunia dan panggilan untuk terus mengambil bagian
dalam pelayanan pemuridan, maka saudara siap untuk menambahkan sifat
yang lain ke dalam kehidupannya.
Sekarang saudara ada puncak pelayanan kerohanian saudari. saudari
siap meluncurkan seorang yang rohaninya memenuhi syarat ke dalam dunia
yang sudah masak untuk dituai dan penuh jeritan manusia yang meminta
pertolongan. Namun, hanya ada sedikit pekerja untuk menuai.
Dalam keadaan ini saudara harus memusatkan diri pada sejumlah hal
yang akan melengkapi orang yang sedang saudaratolong itu, sehingga
memungkinkan dia untuk menjadi seorang penuai bagi Kristus. Tujuan-tujuan
yang dibicarakan dalam pasal ini merupakan suatu proses. Hasilnya adalah
seorang pekerja di ladang tuaian. Pada akhir latihannya, sifat ini
seharusnya menjadi bagian yang terpadu dalam kehidupannya.
Hati yang Mengasihi Orang
Saudara harus menolong calon pembina murid untuk mempunyai suatu
hati yang mengasihi orang. Mudah sekali untuk seorang terperangkap
sehingga dia menganggap manusia sebagai alat dan bukan sebagai tujuan
pelayanan.
Saya pernah melihat pemimpin-pemimpin yang jatuh ke dalam
perangkap ini. Mereka tiba di ladang pelayanan dan mengumpulkan beberapa
orang yang kelihatannya haus rohani dan berkempuan untuk melayani.
Sebenarnya para pemimpin itu tidak pernah sungguh-sungguh mengatakan hal
berikut ini, tetapi sikap mereka menunjukkannya dengan jelas: "Baiklah
kamu orang-orang yang beruntung, inilah aku. Aku telah datang ke sini dan
kesulitanmu berlalu. Aku sudah dilatih dengan baik. Aku tahu pekerjaanku,
dan secara rohani aku telah masak. Aku ada di sini untuk mengerjakan
sesuatu, bukan untuk bermain-main. Allah telah memberikan suatu visi
kepadaku dan kamu adalah kuncinya untuk mencapai visi itu. Jika kamu
tidak setia mengerjakannya, visiku untuk melihat angkatan kepemimpinan
yang timbul dan mulai berlipat ganda akan terhalang. Maka marilah kita
mulai. Saya tidak dapat membuang waktu."
Bagaimanakah kiranya tanggapan orang setempat-terhadap cara
pendekatan semacam itu? Mungkin ia akan berkata kepada dirinya sendiri,
"Orang ini tidak sungguh memperdulikan aku. Baginya aku tidak penting
sebagai seorang pribadi. Ia tidak memiliki kasih kepadaku sama sekali.
Ia hanya ingin menggunakan aku, bukan bersekutu dan menolongku. Ia sama
sekali tidak memiliki hati yang mengasihi saya."
Hal itu dapat mematikan. Sebab pelayanan kita tidak dirancangkan
untuk memperalat orang tetapi untuk menolong orang. Saya mendengar
seorang teman saya menyatakan alasan mengapa ia berkecimpung dengan
Skip Gray dalam pembinaan pemuridan. Katanya karena ia mengetahui bahwa
Skip mengasihinya, memperhatikan dia sebagai seorang pribadi, dan sungguh
memperhatikan hati seseorang. Skip tidak datang untuk mempergunakan dia,
tetapi untuk menolong dia menjadi murid yang dewasa, setia, berbuah, dan
berlipat ganda. Sikap ini memantulkan hati Rasul Paulus pada waktu ia
mengatakan, Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti
seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih
sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan
kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami
kasihi (1Tesalonika 2:7-8).
Gairah akan Visi Pelipatgandaan
Hal kedua yang harus Saudara lakukan ialah menolong calon pekerja
mengembangkan gairah akan visi pelipatgandaan. Bukan saja manusia itu
indah di pandangan Allah, tetapi mereka memiliki kemampuan yang luar
biasa bagi Allah. Allah ingin melipatgandakan hidup dan pelayanan murid
kita. Kita harus menolong calon-calon pekerja melihat pentingnya seorang
individu, kemampuannya bagi Allah, dan betapa banyak orang dapat menjadi
murid dan pembina murid melalui dia.
Sebuah contoh yang luar biasa dari prinsip ini terdapat dalam
pelayanan Paulus. Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil
Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di
sana. Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai
saudariku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia
(2Korintus 2:12-13).
Apakah Paulus ditugaskan untuk mengkhotbahkan Injil? Ya, Kristus
menampakkan diri kepadanya dan menugaskan dia, untuk membukakan mata
mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari
kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kisah 26:18).
Apakah Paulus terbeban untuk mengkhotbahkannya? Ya, sebab ia
menceritakan kepada orang-orang di Korintus, Karena jika aku memberitakan
Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah
keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil
(1Korintus 9:16).
Apakah ia datang ke Troas untuk memberitakan Injil? Ya, Apakah
Tuhan mebuka pintu pintu? Ya. Tetapi apakah yang dilakukan Paulus? Ia
meninggalkan pintu kesempatan yang terbuka untuk mencari Titus. Ia
meninggalkan kota yang pintunya terbuka lebar untuk mencari seorang!
Mengapa ia berbuat demikian? Ada dua alasan. Pertama, Titus baru saja
mengunjungi orang-orang Kristen di Korintus, dan Paulus sangat ingin tahu
keadaan kerohanian mereka. Kedua, ia tidak tahu di mana salah satu dari
muridnya itu berada, dan ia merasa prihatian. Titus penting baginya.
Apakah dia lebih penting baginya. Apakah dia lebih penting daripada
seluruh kota Troas? Tampaknya demikian.
Paulus sadar jika sesuatu terjadi pada Titus, pelayanannya akan
menderita kemuduran yang parah. Bagi Paulus, orang itu lebih penting pada
khalayak ramai, sebab pelipatgandaan orang adalah kunci untuk menjangkau
orang banyak. Jika ia dapat menolong Titus terus maju dan bertumbuh,
pekerjaan Kristus akan maju lebih pesat.
Pada waktu Saudara mempelajari firman Tuhan, Saudara akan menemukan
bahwa perhatian Allah selalu terarah pada seseorang secara pribadi.
Orang-orang banyak itu selalu diperhatikan oleh Allah, tetapi
kelihatannya mereka merupakan latar belakang dari panggung kekekalan.
Yang dipusatkan dipanggung selalu merupakan latar belakang dari panggung
kekekalan. Yang dipakai Allah untuk pelipatgandaan pelayanan. Ia tahu
jika ada seorang Yosua atau Gideon atau Musa atau Daud atau Paulus, orang
banyak akan dapat dijangkau dan menerima petunjuk dan pertolongan yang
diperlukan.
Sikap sebagai Pelayan
Hal ketiga yang perlu Saudara lakukan ialah menolong calon pembina
murid mengembangkan dan memperdalam sikapnya sebagai seorang pelayan.
Dalam kedudukannya sebagai seorang pekerja Kristus, penting sekali
baginya untuk menunjukkan sifat ini. Dan sisa hidupnya ia harus
mengesampingkan dirinya sendiri. Ia harus mengurangi haknya sendiri pada
waktu ia melayani orang lain. Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena
anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
orang lain.
Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena Anak Manusia juga datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Bagi
seorang pengikut hal itu merupakan sifat yang diwajibkan. Sering Allah
meminta dia untuk mengebawahkan kepentingannya sendiri kepada pelayan
Kristus dan kepada pelayan orang lain. Sikapnya yang paling dasar
hendaknya seperti Yohanes Pembaptis, yang mengatakan tentang Yesus, Ia
harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yohanes 3:30).
Dua hal diperlukan bagi orang yang mau menjadi pelayan yang baik:
hasrat dan latihan.
Anggota Penting Dalam Regu Pemuridan
Saudara harus menolong calon pekerja belajar menjadi bagian team
yang menjadikan orang murid. Ia harus melihat dirinya sendiri sebagai
salah satu kendaraan dalam iringan konvoi. Ia harus mengetahui bahwa
setiap perbuatan akan mempengaruhi pekerjaan dari keseluruhan team itu.
Ini merupakan salah satu hal yang paling sukar untuk dipelajari dalam
pemuridan. Manusia itu merupakan individu dan lebih senang menjalankan
haknya secara individu. Salah satu persoalan yang paling besar yang pasti
akan dihadapi oleh seorang pemimpin ialah keengganan orang untuk bekerja
bersama-sama sehingga mencapai tujuan. Doa yang tekun dan bimbingan yang
lemah lembut dan penuh kasih diperlukan untuk melibatkan orang
bersama-sama dalam pelayanan pemuridan itu.
Unsur-unsur team yang menjadikan murid. Hal-hal apa saja yang
diperlukan dalam membuat suatu team di mana-mana anggota-anggota bekerja
dengan baik satu dengan yang lainnya? Empat hal diperlukan dalam
pembentukan dan keberhasilan suatu team pemuridan.
1. Penyelidikan Alkitab. Libatkan orang yang sedang bekerja
dengan Saudara dalam penyelidikan Alkitab yang berbobot. Saudara harus
mempunyai standar yang masuk akal. Misalkan setiap orang harus
menyelesaikan penyelidikan pada waktunya, ikut dalam setiap pertemuan,
dan dengan bebas menceritakan pengalamannya kepada teman lainnya. Setiap
anggota mempelajari bagian dari Alkitab yang sama dan menyiapkan
pelajarannya sesuai dengan rencana yang ditentukan.
Orang-orang yang mengambil bagian ini harus mengambil sedikit
waktu pada permulaan pelajaran untuk saling menyebutkan ayat hafalan yang
telah ditunjukkan oleh Roh Kudus ketika mereka mempelajari Alkitab dan
apa yang terkesan kepada mereka untuk dipakai dalam hidup mereka sebagai
satu team.
2. Doa. Anggota-anggota team harus berdoa bersama-sama.
Pusatkan doa Saudara pada pelayanan itu. Doakan mereka yang telah Saudara
beri kesaksian tetapi yang sampai sekarang belum menerima Kristus. Doakan
mereka yang Saudara harapkan untuk menerima Injil. Doakan orang-orang
Kristen baru dan yang telah mulai pada langkah pemuridan. Doakan
keperluan pelayanan itu. Berdoalah agar Allah membangkitkan pekerja-
pekerja yang secara rohani memenuhi syarat dari kelompok Saudara untuk
pergi sampai ke ujung bumi dengan Injil.
3. Bersaksi. Ceritakan iman Saudara kepada orang lain sebagai
satu team. Sewajarnya setiap orang akan bersaksi secara perorangan di
tempat ia bekerja dan di lingkungannya yang ia pengaruhi: di antara
teman-teman, sanak keluarga, dan para tetangga. Tetapi baik juga kalau
teamnya pergi bersama dalam rencana yang ditentukan di gereja atau usaha
kesaksian bersama yang lainnya.
4. Ramah tamah dan bersantai. Pada suatu konperensi seorang
pembicara memberitahu kami bahwa bentuk perkenalan yang tertinggi ialah
dengan mengadakan waktu bersantai bersama. Bermain bola basket, bola voli
dan olah raga lainnya dapat mempersatukan hati. Bekerja dalam suatu
proyek di gereja, pergi bersama-sama mengumpulkan dana sosial--semua ini
dapat dipakai oleh Tuhan untuk membentuk kesatuan dan kemampuan untuk
bekerja sama sebagai suatu team.
Kesatuan dalam team menjadikan orang murid. Sifat suatu team ialah
kesatuan. Bukan kesamaan pendapat, tetapi adanya bersamaan dalam hati.
Maka penting sekali bagi orang-orang itu supaya bertanggung jawab kepada
suatu sasaran yang dapat mendebarkan hati dan menggairahkan semangatnya.
Umpamanya: Untuk menolong memenuhi amanat Kristus dengan melatih pembina
murid yang melipatgandakan diri. Sasaran itu harus merupakan sesuatu yang
menantang penyerahan hidup murid-murid Saudara, sesuatu yang penting,
berharga dan agung--seperti Amanat Agung.
Orang-orang akan bersatu jika mereka terikat dengan suatu usaha
yang mulia, khususnya jika di dalamnya ada petualangan atau pengorbanan.
Paulus berkata, teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang
untuk iman yang timbul dari Berita Injil (Filipi 1:27). Pengenalan
tujuan, jika kita sungguh-sungguh menyerahkan diri, dan membimbing kepada
persatuan roh. Orang-orang rohani yang mempunyai satu gol merasa bahwa
mereka dikuatkan dan di dorong oleh suatu kekuatan dan gairah yang di
luar kemampuan mereka.
Tuhan Yesus mendoakan kesatuan kita. Ia memohon, Supaya mereka
semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di
dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yoh 17:21). Kesatuan kita dengan
Kristus menghasilkan kesatuan dengan yang lain dan memungkinkan kita
untuk menjadi saksi yang benar kepada dunia.
Beberapa tahun yang lalu saya menyelidiki Kisah Para Rasul ayat
demi ayat. Saya mencari rahasia keberhasilan gereja yang mula-mula. Saya
kagum oleh pernyataan-pernyataan seperti, Kamu telah memenuhi Yerusalem
dengan ajaranmu; orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia; dan semua
penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang
Yunani" (Kisah 5:28; 17:6; 19:10).
Apa yang menyebabkan mereka berpengaruh sedemikian rupa pada
dunia mereka? Sesudah penyelidikan yang agak lama dan penuh doa, saya
berkesimpulan bahwa hasilnya itu karena dua hal: kesatuan dan
pengorbanan. Penulis sering mmenyebutkan bahwa mereka seia sekata,
sepikiran, satu roh, dan satu hati.
Kasihnya membimbing mereka kepada kesatuan roh, dan mereka rela
memberikan apa yang mereka miliki--uangnya, ladangnya, barangnya,
hidupnya--supaya pekerjaan itu dapat diselesaikan. Pengorbanan merupakan
pengalaman hidupnya yang wajar.
Dalam kitab-kitab Injil, kesatuan diungkapkan dengan cara lain
juga. Yesus berkata, Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari
padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu
akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga (Mat 18:19). Kata sepakat
dapat digambarkan dengan sebuah paduan suara. Dalam musik paduan suara.
Dalam musik paduan suara adalah suatu harmoni dari nada dan suara yang
berbeda. Tidak semua penyanyi di dalam paduan suara menyanyikan nada yang
sama pada waktu yang bersamaan dan dengan kekuatan yang sama pula. Juga
bukan berarti bahwa setiap penyanyi dapat membunyikan suara semuanya.
Melainkan koor itu merupakan perpaduan yang indah dari nada-nada yang
menciptakan bunyi yang betul sehingga menyenangkan untuk didengar.
Pikirkanlah team pemuridan Saudara sebagai suatu paduan suara.
Setiap orang merupakan seorang pribadi, bukanlah patung plastik yang di
bentuk dari cetakan yang sama satu dengan yang lainnya. Setiap orang
membuat sumbangannya yang unik sesuai dengan karunia dan panggilannya
dari Allah.
Rasul Paulus menggambarkan kesatuan Kristen dengan tubuh
(Efesus 4:15-16). Gambaran itu menunjukkan bagian-bagian tubuh
yang bekerja sama dalam suatu harmoni. Ditunjukkannya sikap saling
ketergantungan. Setiap anggota berfungsi sendiri-sendiri tetapi saling
berhubungan dengan yang lain. Mata dan telinga masing-masing mempunyai
sumbangannya yang vital; demikian juga tangan dan kaki. Kita saling
melayani; kita saling melayani dalam suatu harmoni (Juga lihat
1Korintus 12-14 mengenai harmoni ini.)
Pelayanan pemuridan akan jauh lebih efektif jika dilakukan oleh
suatu team. Ada kekuatan dalam suatu usaha bersama-sama. Bekerja
bersama-sama dalam satu regu adalah salah satu kunci untuk membuka dan
melepaskan kuasa Allah. Tuhan akan menunjukkan kegembiraanNya dengan
memberkati sekelompok orang Kristen yang bersatu dan menjalankan tugasnya
bersama-sama di dalam kasih.
Team itu harus terlihat seperti regu sepak bola bukan seperti
petinju. Usaha tinju itu dilakukan oleh perseorangan dan teman-teman
lainnya dalam team itu hanya mendukung dengan sorakan. Di dalam sepak
bola harus ada usaha bersama dari team itu--kesebelas orang itu harus
bekerja bersama dan mengikuti aba-aba dalam permainannya.
Demikian gambaran dari pengaruh gereja yang mula-mula dalam Kisah
Para Rasul. Itulah yang Allah kehendaki agar dilakukan oleh Saudara
beserta team pemuridan Saudara sekarang. Adapun kumpulan orang yang telah
percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang
berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi
segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang
besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan
mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
(Kisah 4:32,33).
Sikap Sukarela
Sifat kelima yang harus diperkembangkan di dalam kehidupan
seseorang ialah sikap sukarela. Kesukarelaan adalah sikap seorang
Kristen. Yesus tidak menjerit-jerit dan memberontak pada waktu menuju
ke kayu salib. Ia pergi ke Yerusalem dan mengetahui apa yang akan
dihadapinya (Markus 10:32-34).
Ia pergi ke Yerusalem sebagai seorang sukarelawan. Ia menyerahkan
hidupnya dengan kamauanNya sendiri. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku
memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun
mengambilnya dari padaku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu
sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.
Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu (Yohanes 10:17,18).
Bagi seorang yang mau terlibat dalam pelayanan menjadikan orang
murid, sikap sukarela merupakan suatu keharusan. Orang yang setengah hati
tak dapat seorang yang sungguh-sungguh sukarela terdapat dalam Yesaya:
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan
siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: " Ini aku, utuslah
aku!" (Yesaya 6:8). Inilah semangat yang kita semua butuhkan.
Teladan Baik
Berhubung calon-calon pekerja itu harus mengajar kebenaran Kristus
dan kehidupan Kristen, maka ia harus menghayati dalam kehidupannya
sendiri. Ia harus memberikan teladan bagi mereka yang dibinanya. Supaya
dapat menolong orang lain hidup dalam disiplin kehidupan Kristen, kita
sendiri juga harus mempraktekkannya. Allah tidak memakai orang yang
kehidupan doanya lemah untuk menolong orang lain menjadi seorang yang
kuat dalam doa.
Jika ia ingin menolong orang lain mengadakan waktu untuk renungan
pribadi dengan tetap, ia harus bertemu dengan Tuhan secara teratur.
Paulus mengatakan, Dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah
kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka
Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Filipi 4:9). Ia
mengajak orang Korintus. Jadilah pengikutKu, sama seperti aku juga
menjadi pengikut Kristus (1Korintus 11:1).
Meninggalkan seseorang itu bukanlah pekerjaan seorang pemimpin.
Ia bertugas untuk menolong orang lain melakukan pekerjaan yang terbaik.
Pembina itu harus memberi petunjuk dan membimbing, bukan hanya memberi
kesan. Ia bertugas untuk menolong murid berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1).
Seorang Saksi yang Berhasil
Saudara harus menolong calon pembina murid itu menjadi seorang
saksi yang berhasil. Mudah sekali bagi seseorang, jatuh ke dalam
perangkap bersekutu dengan orang Kristen saja dan tidak terlibat dalam
perjuangan bagi jiwa manusia. Jika ia tetap giat menceritakan Injil
kepada yang lain, ada tiga hal ayang akan terjadi.
- Jumlah orang percaya baru akan bertambah.
- Ia menjadi teladan kepada murid lainnya.
- Ia akan menarik orang-orang yang bersama untuk melanjutkan
latihannya supaya menjadi pekerja-pekerja Yesus Kristus.
Jika ia tidak tetap giat, ia akan mulai melalaikan bagian-bagian
yang penting dalam kehidupan Kristen, sebab mudah tenggelam ke dalam
persoalan-persoalan penting yang lain.
Istri saya dan saya pernah mempunyai pengalaman yang melukiskan
itu. Kami pernah pergi ke sebuah rumah makan. Pada waktu itu hanya kami
yang menjadi tamu. Kami memesan makanan kami. Kami menunggu dan menunggu.
Kemudian keluarlah seorang pelayan wanita yang bingung. Dia datang ke meja
kami dan berkata, "Wah, pak, makanan bapak akan segera disediakan."
"Baiklah," kata saya, "Kami tidak terburu-buru." Maka ia
meninggalkan kami.
Sesudah agak lama ia muncul kembali. "Oh, pak," katanya sambil
meremas-remas tangannya, "segera makanan bapak akan sampai."
"Tidak apa-apa, kami tidak tergesa-gesa, jangan bingung."
Dengan tergesa-gesa ia masuk dan kembali lagi sesudah lama
menunggu. Masih meremas-remas tangannya ia berkata, "Pak, sebentar lagi
saja."
Saya tersenyum. "Baiklah."
Tetapi ia masih kelihatan bingung sekali. Maka saya coba
menenangkan dia, "Nah, saya sedang duduk bersama kekasih saya di sebuah
rumah makan yang bagus. Maka tidak ada alasan untuk tergesa-gesa."
Ia kelihatan lebih tenang, tetapi saya ingin tahu apa sebabnya.
"Sebetulnya, bukan karena saya sudah lapar atau akan meninggalkan tempat
ini, tetapi saya ingin tahu apakah sebabnya sehingga pesanan kami itu
sedemikian lamanya belum juga selesai dibuat?"
"Aduh pak," katanya "tukang masaknya lupa memasaknya." Saya
menjadi heran sekali. Mana mungkin lupa? Maka saya bertanya pula, "Saya
ingin bertanya, mengapa rumah makan ini menggaji seorang tukang masak?
Apa tugasnya?"
"Memasak," jawabnya.
"Memang begitu," kata saya. "Lalu bagaimana dia dapat lupa
memasak pesanan saya?"
"Yaah," jawabnya, "soalnya besok peninjau bagian kesehatan dari
pemerintah akan kemari, dan semua orang sibuk membenahi dapur. Mereka
sedang membersihkan lantai, dinding, membersihkan panci-panci dan kuali
juga, membereskan kompor untuk siap diperiksa."
Saya bisa mengerti. Saya juga pernah melihat hal yang sama terjadi
di gereja. Orang-orang sibuk dengan soal-soal mereka sehingga lupa akan
tujuan yang utama.
Kata-kata Yesus yang terakhir masih tercatat: Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi (Kisah 1:8).
Seorang Pemimpin Pelajaran Alkitab
Berhubung banyak pekerjaan dari calon pembina murid itu akan
dilakukan dalam suasana kelompok penyelidikan Alkitab yang kecil, maka
Saudara harus menolong dia untuk menjadi seorang pemimpin pemahaman
Alkitab. Pada waktu ia memimpin penyelidikan itu, sebagian dari anggota
itu akan bersedia untuk mengadakan waktu pertemuan secara pribadi bersama
dengan dia. Jika ia merencanakan pelajaran itu dengan teliti, mendoakannya
dengan setia, dan memimpinnya dengan efektif, kelompok kecil itu dapat
menghasilkan murid-murid dan pembina murid.
Dua hal terjadi dalam hidup manusia pada waktu Yesus membuka
Firman Tuhan bagi mereka; pikiran mereka dibuka dan hati mereka berkobar-
kobar (Lukas 24:32,45). Oleh sebab itu, calon pembina murid
itu harus mengerjakan pekerjaan rumahnya, berdoa, dan bersiapsedia untuk
memimpin kelompoknya karena penyelidikannya sendiri yang dalam dan
menyeluruh. Ia juga harus menceritakan penerapannya--keterlibatan hati
dan hidupnya sendiri dalam kebenaran itu. Pengetahuan saja tidaklah
cukup. Kebenaran Allah harus dihidupkan oleh kuasa penerapan dari Roh
Kudus.
Dwight Hill adalah seorang pemimpin dari suatu program latihan
bagi para mahasiswa. Saya bertanya kepada salah seorang dari stafnya
bagaimana keadaan Dwight.
"Ia hebat sekali," kata orang itu. "Sungguh mentakjubkan melihat
dia bekerja. Dan terlebih lagi, pada waktu ia duduk di bawah pohon dengan
seorang lain dan membuka Alkitabnya, ada sesuatu yang terjadi!"
Itulah tandanya dari seorang pemimpin pelajaran Alkitab. Bila ia
mengumpulkan kelompoknya bersama-sama dengan Alkitab yang terbuka,
sesuatu akan terjadi. Mereka meninggalkan pelajaran itu dengan hati yang
ringan dan bermotivasi.
Seorang yang Peka Terhadap Orang Lain
Tujuan yang kesembilan ialah menolong orang yang Saudara biana itu
supaya peka terhadap orang lain. Ia berkomunikasi dengan orang lain
dengan perkataannya, sikapnya, dan perbuatannya--apa yang dikatakan dan
bagaimana ia mengetakannya, apa yang dilakukan dan bagaimana ia
melakukannya. Ia harus belajar bagaimana mengatakan hal yang benar dalam
cara yang betul pula pada waktu yang tepat. Ia harus belajar bagaimana
melakukan sesuatu yang benar dalam cara yang betul dan pada waktu yang
tepat.
Rasa peka Yesus terhadap orang lain merupakan teladan yang paling
utama. Pendekatannya kepada Zakheus (Lukas 19:1-10) berbeda dengan
pendekatannya kepada wanita Samaria di dekat sumur (Yohanes 4:2-42).
PerlakuanNya terhadap Andreas tidak sama dengan perlakuanNya terhadap
Petrus (Yoh 1:35-42). Undangannya kepada orang-orang untuk mengikut
Dia tidak selalu sama. (Bandingkanlah Mat 11:28-30 dengan
Luk 9:23-26). Ia menghadapi setiap keadaan dengan kata-kata yang
tepat dan dalam cara yang tepat pula. Tidak ada cara pendekatan yang
mutlak. Ia tidak akan meneroboskan manusia dengan metodeNya seperti
sebuah tank. Melainkan ia mempunyai rasa sebagai seorang seniman yang
menciptakan karya yang penuh dengan keindahan.
Kepekaan terhadap suasana kadang-kadang akan menyebabkan Saudara
untuk tidak mengatakan apa-apa. Pada lain peristiwa hal itu akan
menyebabkan Saudara untuk langsung terjun di tengah-tengah situasi itu.
Kepekaan terhadap pengorbanan dan keperluan orang lain jangan dengan
perasaan sentimentil. Tidak ada perasaan sentimentil dalam kehidupan
Yesus, tetapi rasa belas kasihanNya menonjol. Pada satu babak dalam
pelayananNya ia didatangi oleh seorang yang telah ditipu saudaranya.
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah
kepada Saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku" (Luk 12:13).
Mungkin orang lain mau menghibur orang itu dengan kata-kata halus
dan kalimat yang sentimentil. "Oh, kau orang yang malang! Kasihan kau
telah ditipu oleh kakakmu. Tetapi, yah sudahlah, nanti semuanya akan
beres." Tetapi Yesus tidak berbuat demikian.
Jawabannya baik sekali, penuh dengan kasih, bukan semata-mata
sentimentilitas murahan. Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku
menjadi hakim atau pengantara atas kamu? .... Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-
limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.
(Lukas 12:14-15).
Tujuan Yesus adalah untuk menolong orang-orang itu. Persoalan
mereka adalah ketamakan. Sehingga ia menghadapi keduanya dan mencoba
untuk mengangkat tingkat pengertian mereka mengenai masalah keserakahan.
Yang seorang mempunyai uangnya; yang lain menghendakinya. Yesus mencoba
mengangkat keduanya kepada tingkat pengertian yang lebih dalam.
Kata-kata dapat menyengat dan melukai tetapi dapat pula
menyembuhkan. Seorang yang bijaksana hendaknya mengerti bagaimana
memberi dan menerima teguran (Lihatlah Amos 9:8-9).
Salomo berkata: perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya
adalah seperti buah apel emas di pinggan perak (Amsal 25:11).
Seorang Pemikir
Tujuan terakhir pada waktu Saudara melatih calon pembina adalah
menolong mereka untuk berpikir. Seorang pengusaha berkata "Saya dapat
menyuruh seseorang untuk mengerjakan apa saja kecuali dua hal: berpikir
dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan urutan kepentingannya."
Belajar berpikir ialah belajar untuk selalu siaga, selalu
memperhatikan, dan selalu berjaga. Salomo adalah seorang yang penuh
perhatian dan seorang pemikir. Aku melalui ladang seorang pemalas dan
kebun anggur orang yang tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi
onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku
memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu
pelajaran" (Amsal 24:30-32). Ia melihat...dan belajar.
Orang yang hanya mengharapkan suapan dari orang lain akan
kehilangan banyak pelajaran yang berharga di dalam hidup ini. Jadi
berusahalah agar orang-orang yang Saudara ajar untuk memuridkan orang
lain, sadar dan waspada akan apa yang sedang terjadi disekelilingnya.
Tolonglah mereka agar dapat berpikir secara teliti tentang konsekwensi
tindakan mereka. "Jika hal ini kukerjakan, apakah akibatnya? Jika akibat
itu memang terjadi, apakah yang akan berlangsung? Apakah hasil itu yang
memang kita inginkan? Tidak? Kalau begitu jangan mengikuti cara tadi,
ambil jalan lain."
Dengan kesepuluh tujuan dalam latihan tersebut, Saudara sudah
bergerak dalam kawasan sikap, kehidupan pribadi, pertumbuhan rohani,
dan ketrampilan pelayanan pembina murid yang berpotensi. Ketika Saudara
memeriksa daftar tujuan tersebut, Saudara dapat menambahkan atau
menghilangkan beberapa tujuan. Sasaran-sasaran itu bukanlah suatu hal
yang tidak bisa berubah-ubah lagi, melainkan suatu gambaran yang
menyeluruh yang berisi sifat-sifat tertentu yang diperlukan untuk
memperlengkapi penuai-penuai.
Dalam Pasal 6 dan Lampiran I kita telah memeriksa tujuan-tujuan
latihan yang merupakan proses pembinaan seorang yang bertobat sampai
menjadi seorang murid yang menghasilkan buah, membaktikan diri, dan
menjadi dewasa secara rohani. Kesepuluh tujuan dalam pasal ini adalah
bagian dari proses yang melengkapi seorang murid sehingga dia menjadi
seorang pembina murid yang menyerahkan diri, berpengetahuan dan
produktif. Perhatikanlah gambaran proses ini di dalam 151.
Dalam bagan E kita dapat melihat orang dalam perspektifnya. Ia
sekarang telah diperlengkapi untuk menginjili orang, menghasilkan orang
yang percaya, dan Kemudian membina orang Kristen baru untuk menjadi murid
Yesus.
Mungkin berharga kalau Saudara memikirkan kembali setiap tujuan
ini sama seperti Saudara telah memikirkan tujuan-tujuan latihan murid
(Pasal 6; Lampiran I). Buatlah penilaian Saudara sendiri; sebutkan
tujuannya; daftarkan kegiatan yang akan Saudara pergunakan; mencari bahan
tambahan; dan tuliskan bahan Alkitab yang akan Saudara gunakan.
BAGAN CARA MELIPAT GANDAKAN PELAYANAN
PENGINJILAN PEMBINAAN MURID
(Mar 16:15) (Kolose 2:6-7)
Bersaksi Calon Membimbing Murid
*--------> Murid -------------------> |
** * TUJUAN - TUJUAN * |
* * * PEMBINAAN * | Melatih P
* * * * Tujuan- | Secara E
* * * * Tujuan | Perseorangan N
* * * * Pengarahan | G
* * * |Ef 4:11-12
* * * | A
* * | R
* * | A
* * V H
* <== * * * * pembina A
murid N