PASAL 8
BAGAIMANA MENGEMBANGKAN PEMBINA-PEMBINA MURID
Dan apakah yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan
apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku,
lakukanlah itu (Filipi 4:9).
Pada suatu hari, Doug dan Leila Sparks baru saja mendengar dari
dokternya bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa Leila
mengidap kanker. Mereka telah berjanji untuk menolong James Fox, seorang
bintang filem Kristen di Inggris, dalam suatu proyek Kristen yang harus
diselesaikan hari itu. Mereka bekerja sama dengan dia sepanjang hari dan
sampai jauh malam.
Belakangan James menulis surat kepada saya mengatakan,
"Pertolongan mereka dalam pelayanan bersama dengan saya dalam proyek
ini menunjukkan sikap dan tujuan pelayanan mereka. Pada waktu saya
meninggalkan mereka malam itu saya berpikir, besar sekali pengorbanan
dalam pelayanan ini. Mereka berdua mengorbankan dirinya bagi proyek ini
pada saat yang sebenarnya mungkin hati mereka rindu untuk menyendiri
dengan Tuhan dan berdua saja.
"Tiga minggu yang lalu ketika saya mengunjungi rumah mereka, Leila
menghabiskan 45 menit untuk menguatkan saya dan mengajar anak-anaknya
untuk berminat pada apa yang dikerjakan orang lain.
"Saya yakin saya telah melihat contoh dari Filipi 2:3-4, dan
dengan demikian saya didekatkan dengan Tuhan."
Dua alat yang utma dalam mengembangkan seorang pembina murid yang
berhasil demi Kristus, ialah: memberikan teladan dan mengadakan waktu
secara pribadi untuk persekutuan, pembahasan dan pelajaran bersama.
Pembinaan Melalui Teladan
Surat dari James Fox menggambarkan dengan jelas tentang pembinaan
melalui teladan. Roh Allah mungkin dapat menggunakan Doug Sparks dalam
beberapa cara untuk menghayati Filipi 2:3-4 ke dalam kehidupan James.
Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain
lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Misalkan Doug bertemu James di station kereta api, dan mereka
membicarakan ayat-ayat itu. Mungkin Doug berkata, "Baiklah James, mari
kita sedikit menyelidiki ayat-ayat ini. Bukalah Alkitabmu dan ceritakan
kepada saya dalam kata-katamu sendiri apa yang dikatakan Filipi 2:1-4."
James melakukan itu.
"Baiklah sekali. Sekarang bagaimana dengan Filipi 2:5-8 ?"
Mungkin James menyebut dua atau tiga hal.
"Baik. Sekarang cobalah menyatakannya sekali lagi dalam
kata-katamu sendiri apa artinya ayat-ayat ini bagimu."
James melakukan demikian.
"Baiklah, sekarang mari kita membicarakan sedikit tentang
penerapannya. Apa yang saudara lihat dalam ayat-ayat ini yang perlu
diperlihatkan dalam kehidupan Saudara?"
Doug dapat memimpin James dalam penyelidikan sebuah ayat Alkitab,
dan James dapat menangkap sesuatu dari apa yang diajarkan Paulus. Tetapi
bukan cara itu yang memberi kesan yang paling kuat kepada James. Doug
bahkan tidak memikirkan bagian ini; ia menghayati ayat itu. Melalui
kehidupannya ia memancarkan kebenaran ayat-ayat itu. Roh Kudus memasukkan
bagian bagian itu ke dalam hati dan kehidupan James Fox pada waktu ia
memperhatikan kehidupan Doug dan Leila Sparks. Mereka tidak mengajarkan
Filipi 2:3-4; mereka menghayati Filipi 2:3-4 (Leila Sparks
meninggal pada bulan Juni 1972 tak lama sesudah saya menerima surat
James.)
Paulus adalah teladan bagi orang-orang Tesalonika. Sebab Injil
yang kami beritakan bukan di sampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja,
tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian
yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh
karena kamu (1Tesalonika 1:5).
Pikirkan apa yang telah dipelajari oleh rasul-rasul tentang
prasangka mereka pada waktu mereka melihat Yesus bercakap-cakap dengan
seorang wanita Samaria (Yohanes 4:1-54). Pikirkan apa yang telah
mereka pelajari tentang belas kasihan terhadap orang dengan kebutuhannya
ketika Yesus melayani orang-orang berdosa, orang-orang buta, dan
orang-orang kusta. Pikirkan apa yang telah mereka pelajari tentang
penyerahan dan kesetiaan pada waktu mereka melihat Yesus mengarahkan
pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem (Lukas 9:51) untuk disalibkan
bagi dosa-dosa manusia.
Ajaran-ajaran Yesus diterapkanNya dalam kehidupan sehari-hari.
Kelasnya adalah kejadian sehari-hari. Ia menerapkan ajarannya dalam
perbuatan nyata. Ia menyalurkan ajarannya melalui kehidupan. Agar Saudara
dapat berbuat demikian, ada dua sifat yang diperlukan, yaitu:
kesiapsediaan dan keterbukaan.
Kesiapsediaan. Kesiapsediaan merupakan jalan dua jalur. Saudara
tidak dapat melatih orang yang sukar dicari. Sebaliknya, Saudara tidak
dapat menjalankan program latihan yang berarti jika Saudara membatasi
waktu Saudara sendiri pada pertemuan yang formal. Yesus dan murid-
muridNya terbaur dalam kehidupan bersama.
Rasul Yohanes mengingat akan pengalamannya yang luar biasa dan
bercerita tentang Yesus sebagai seorang yang telah dilihat dan jamah
oleh rasul-rasul (1Yohanes 1:1).
Jikalau tujuan Saudara ialah untuk membagi pemikiran mengenai
pengetahuan theologia, atau filsafat, maka cukuplah pertemuan formal
dan waktu yang terbatas. Tetapi jika Saudara berkomunikasi dengan jelas
mengenai penglihatan yang diberikan Allah mengenai pemuridan, sehingga
dia dapat menjadi pembina murid yang secara rohani memenuhi syarat, maka
Saudara harus bertemu secara teratur dengan calon pembina itu. Hubungan
Saudara dengan Kristus Yesus harus mendalam sehingga kehidupan Saudara
dijadikan teladan kuasa Roh Kudus.
Keterbukaan. Mutu yang kedua untuk pembinaan yang efektif melalui
teladan ialah keterbukaan. Cecil dan Thelma Davidson adalah antara
orang-orang pembina murid yang paling efektif yang pernah saya kenal.
Hidup mereka merupakan buku yang terbuka. Pintu rumah mereka selalu
terbuka. Meja makan mereka menjadi tempat pertemuan bagi ratusan pemuda
dan pemudi bertahun-tahun lamanya. Pada waktu ini orang-orang itu sedang
melakukan pelayanan pemuridan dan banyak tempat di dunia. Ternyata bahwa
mereka adalah bagian dari keluarga Davidson.
Kita harus berhati-hati sekali bila menjadi terbuka dengan orang
lain. Mungkin berbahaya kalau melepaskan kedok kita, membongkar
rintangan, dan merubuhkan tembok pemisahnya. Maka orang akan melihat
keadaan kita yang sebenarnya, mungkin dia akan menjadi kecewa. Mereka
mengharap kita menjadi seorang malaikat, tetapi kita adalah orang yang
berdosa dan diselamatkan oleh anugerah. Walaupun demikian murid kita
dapat belajar dari kesalahan dan kegagalan kita seperti juga dari
keberhasilan kita.
Terlalu banyak keterbukaan terlalu cepat dapat merusak. Yesus
mengetahui itu dan memberitahukan murid-muridNya, Masih banyak hal yang
harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya
(Yohanes 16:12). Pada awal pelayananNya dalam banyak perumpamaan
yang semacam itu Ia memberitakan Firman kepada mereka sesuai dengan
pengertian mereka (Markus 4:33).
Maka bukalah kehidupan Saudara bagi mereka yang mampu menerima
yang mereka lihat. Curahkanlah isi hatimu seperti yang dilakukan oleh
yesus. Sering ada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus yang tidak
diperlihatkan kepada ketujuhpuluh bahkan keduabelas murid Yesus sebab
mereka belum mampu menerimanya. Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus,
Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik
ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus
berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya seperti matahari
dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang (Mat 17:1-2).
Ia mencurahkan isi hatiNya kepada ketiga orang yang sama di
Getsemani. Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu
tempat yang bernama Getsemani. Lalu ia berkata kepada murid-muridNya:
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa. "Dan ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa
sedih dan gentar, lalu kataNya kepada mereka: "HatiKu sangat sedih,
seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan
Aku." (Matius 26:36-38).
Namun kenyataannya ialah bahwa tak seorangpun yang sungguh mengenal
Saudara kecuali Saudara membuka hati kepada orang lain. Maka kita
akan perlu keseimbangan untuk menjadi terbuka terhadap orang lain. Pernah
ada seorang utusan Injil yang berbicara kepada kami dan dengan bebasnya
ia menceritakan ketidakmampuannya untuk menyempurnakan sebagian dari
sasaran yang telah ia rencanakan beberapa tahun lamanya. Dengan terbuka
ia mengakui ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan persoalannya dalam
pelayanan. Dengan terus terang ia membicarakan keberhasilan tetapi juga
kegagalannya.
Ada orang lain yang berbicara dalam pertemuan sama yang bunyinya
berdiri pada puncak sukses. Orang pertama yang kelihatannya bersama
dengan kami di sana, merencah bersama pada jalan yang sulit seperti
yang kami kebanyakan mengalami. Kami lebih merasa mengerti dia.
Pada mulanya, keterbukaan dapat terjadi dengan saling membagikan
pengalaman dengan pekerja baru mengenai apa yang pernah Saudara alami
dalam persekutuan dengan Tuhan. Saudara boleh menceritakan kemenangan dan
kekalahan, keberhasilan dan perjuangan dalam menghafalkan Firman Tuhan.
Sesudah lebih erat hubungan Saudara dengan calon pembina murid itu,
Saudara dapat membagikan hal yang lebih mendalam, seperti pencobaan yang
Saudara hadapi, bagaimana Saudara mengatasinya, dan perjuangan Saudara
dengan dunia, daging, dan Iblis.
Sukar, hampir mustahil, melatih seorang calon pembina murid dengan
efektif kecuali Saudara terbuka kepadanya. Pembina murid yang memenuhi
syarat rohani akan timbul dari kehidupan dan pelayanan seorang pemimpin
yang terbuka. Dawson Trotman sering memberikan sajak ini kepada. Dawson
Trotman sering memberikan sajak ini kepada kami:
Bagiku lebih baik melihat sebuah khotbah
Daripada mendengarkan saja. Lebih baik seorang yang mau berjalan
denganku.
Daripada hanya memberitahu jalannya.
Latihan Secara Perorangan
Alat kedua yang terutama bagi perkembangan suatu team pembina
murid ialah memberikan perhatian pribadi kepada setiap orang. Itu berarti
ada pertemuan dengan setiap orang sendirian, dan Saudara miliki tujuan
latihan yang jelas bagi orang itu. Pelayanan pelipatgandaan tidak timbul
dari suatu usaha untuk menghasilkan murid secara masal. Harus ada waktu
secara individu, Saudara harus bekerja dengan calon pembina Saudara
secara individu.
Beberapa pertanyaan yang penting perlu dipertimbangkan. Apa yang
Saudara lakukan dalam pertemuan-pertemuan satu dengan satu ini? Seberapa
sering Saudara harus mengadakannya? Di mana seharusnya Saudara berdua
bertemu?
Di mana? Di mana saja cocok. Salah seorang teman saya mengadakan
pertemuan dengan calon pembina muridnya ditempat pekerjaannya pada waktu
istirahat siang dan mengadakan pertemuan satu kali seminggu.
Apa yang dilakukan? Mereka saling menceritakan apa yang mereka
terima dari Allah pada waktu mereka mengadakan renungan pribadi. Mereka
mengadakan waktu untuk membaca Firman Tuhan bersama-sama. Biasanya mereka
saling memeriksa ayat hafalan yang baru. Mereka membicarakan pelayanan
mereka yang telah ditugaskan oleh Allah. Biasanya orang itu mempunyai
banyak pertanyaan berkenan dengan pelayanan pemuridan. Kemudian mereka
berdoa bersama-sama.
Tak ada peraturan yang kaku yang mengharuskan bagaimana cara
memakai waktu. Kadang-kadang mereka menghabiskan kebanyakan waktunya
untuk berdoa. Pada kesempatan lainnya, pembina itu akan membawa seorang
teman dari kantornya yang pernah diberi kesaksian. Ketiga mereka bertemu
di sebuah tempat makan, dan pelatih menolong temannya dalam penginjilan.
Ia memberikan kesaksiannya dan menceritakan Injil kepada orang yang bukan
Kristen. Maka mereka menjalankan dua hal: mereka menyampaikan Injil, dan
orang yang dibina itu mempelajari sesuatu di dalam proses.
Kemauan untuk meluangkan waktu banyak untuk beberapa orang berarti
kita tidak dapat meluangkan waktu banyak untuk banyak kesempatan yang
lain. Paulus berkata bahwa kita harus berlari-lari untuk mencapai sasaran
dan menyelesaiakan perlombaan itu dengan baik (Filipi 3:13-14;
2Timotius 4:7). Demikianlah Tuhan Yesus telah menyelesaikan
pelayananNya yang ditugaskan oleh BapaNya (Yohanes 17:4).
Penyerahan untuk bekerja dengan sedikit orang akan menuntut sikap
yang memusatkan kehidupan kepada pelayanan itu dan mengesampingkan banyak
kesempatan lain. Memang Saudara mampu berbuat banyak hal, tetapi ada satu
hal yang harus Saudara lakukan kalau Saudara harus memusatkan pikiran dan
pelayanan kepada orang sedikit.
Kalau Saudara telah menentukan sasaran ini, Saudara harus belajar
mengatakan "tidak" dengan sopan sekali. Jika Allah telah memberi Saudara
visi untuk pelayanan ini secara mendalam, itu bukan berarti bahwa Saudara
tidak mempunyai bidang pelayanan. Sebetulnya, jika calon-calon pembina
murid Saudara menjadi orang-orang yang dapat dengan Efektif membimbing
dan memenuhi keperluan orang lain, pelayanan Saudara akan berlipatganda
lebih cepat daripada jika Saudara melakukan semuanya sendirian. Maka
ketekunan dan kesabaran adalah sifat yang utama dalam kehidupan seorang
pelatih.
Apakah ini berarti bahwa Saudara tidak dapat mengadakan pelayanan
umum? Bahwa orang lain akan menggantikan Saudara berkhotbah? Bahwa
saudara harus menolak semua undangan untuk berbicara dalam pertemuan
khusus? Tentu tidak. Apakah Yesus melayani secara umum? Ya, dan bahkan
secara luas. Ia berkhotbah di rumah-rumah, di rumah sembahyang, di lereng
bukit, dan tepi pantai (Mar 2:1; 3:1; 4:1; Mat 5:1). Ia juga
memberikan contoh berkhotbah dalam pembinaan keduabelas muridNya. Ia
berkata, Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan,
supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku
telah datang (Markus 1:38).
Saudara harus mendisiplin diri Saudara sendiri supaya tetap
memikirkan pelatihan pembinaan. Anggaplah pelayanan Saudara yang lain
sebagai kesempatan untuk membangun dalam hidup calon pembina Saudara. Dan
saudara dapat menilai kalau yang saudara lakukan mencapai atau, paling
sedikit, menuju tujuan utama yaitu mengembangkan pembina-pembina murid
yang memenuhi syarat. Pelayanan Saudara hanya akan berarti jika itu
menambh kedewasaan bagi orang-orang itu. Apakah pelayanan rasul Paulus?
Penginjil, ahli theologi, ahli strategi pengutusan Injil, penabur
gereja, guru dan rasul. Tetapi selalu ada orang-orang tertentu
disekitarnya. Pada suatu peristiwa, Ia disertai oleh Sopater anak Pirus,
dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan
Gayus dari Derbe, danTimotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan
Trofimus (Kisah 20:4). Ia menggunakan pelayanannya yang luas untuk
memusatkan latihan sedikit.
Ketika menulis kepada orang-orang Korintus, Paulus mengingatkan
mereka bahwa ia adalah bapa rohani mereka dan menantang mereka untuk
meneladani dia. Kemudian ia menerangkan kepada mereka bahwa ia sedang
mengutus Timotius untuk melayani mereka (1Korintus 4:15-17). Timbul
pertanyaan: jika Paulus ingin mereka meneladani dia, apa gunanya mengutus
Timotius? Pada waktu kita membaca keterangan Paulus, kita mendapatkan
kebenaran yang mengejutkan. Pada waktu Timotius datang ke Korintus,
keadaan itu akan sama seperti kalau Paulus datang kepada mereka. Timotius
itu lebih daripada hanya seorang pengajar. Sebenarnya dia adalah
perluasan dari kehidupan dan pelayanan Paulus.
Paulus dapat melakukan itu sebab dia mempunyai keyakinan dalam
orang yang telah dibina. Selanjutnya ia telah memberitahu kepada
orang-orang Filipi. Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan
Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal
ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan
dia dan yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab
semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Yesus Kristus.
Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku
dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Dialah
yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku
bagaimana jalannya perkaraku (Filipi 2:19-23).
Orang-orang yang sependirian, dapat dipercaya, dan tangkas tidak
dibuat pada jajaran produksi seperti dalam sebuah pabrik sepeda motor.
Mereka dikembangkan dengan berhati-hati dan dengan penuh doa di bawah
bimbingan seorang pembina yang penuh kasih dan bijaksana. Dia
menghabiskan banyak waktunya pada lututnya berdoa bagi mereka.
Latihan pembina murid memakan waktu, dan menuntut usaha. Itu
berarti waktu bersukacita dan waktu penuh air mata. Itu juga berarti
kehidupan Saudara.
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah
menyerahkan nyawaNya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa
kita untuk saudara-saudara kita (1Yohanes 3:16).
Cara Memecahkan Persoalan
Waktu bekerja dengan orang-orang secara perseorangan dan intensif
ini, beberapa persoalan dapat timbul dalam kehidupan pembina.
Sikap memiliki. Pembina itu akan digoda mengembangkan sikap
memiliki, yaitu sikap suka menguasai. Biasanya hal itu terlihat dalam
istilah-istilah yang dipakainya seperti "orang saya," "team saya,"
"orang-orang yang saya bina." Dalam Perjanjian Baru, Walaupun Paulus dan
rasul-rasul lainnya merasa dekat kepada orang-orang yang mereka layani
dan kadang-kadang menyebut mereka sebagai "anak-anak kecil," tetapi juga
mereka mengingatkan orang-orang itu bahwa sebenarnya mereka milik Yesus
Kristus. Mereka adalah orang-orang Kristus, bukan pengikut rasul-rasul.
Petrus telah mempelajari pelajaran ini dengan baik. Yesus telah
memberitahu kepadanya, Gembalakanlah domba-dombaKu (Yoh 21:16).
Kemudian Petrus menasihati para penatua untuk Gembalakanlah kawanan domba
Allah (1Pet 5:2). Bukan kawanan dombamu tetapi kawanan domba Allah.
Sikap memiliki yang bukan Alkitabiah ini dapat menghambat
pertumbuhan orang-orang yang terlibat jika pembinanya ragu-ragu
memperkenalkan mereka kepada orang-orang Allah lainnya yang dapat
mempengaruhi hidup mereka. Ia dapat menjadi prihatin bahwa pelayanannya
sendiri mungkin akan kehilangan sebagian dari kemasyhurannya dalam
pandangan muridnya jika mereka melihat orang lain yang mungkin dikarunia
kekuatan dan kemampuan yang tidak dimiliki Pembina itu. Atau ia berusaha
memagari muridnya supaya mereka terbatas kepada dia dan pelayanannya.
Buta terhadap kelemahan. Persoalan yang lain ialah sikap yang
menganggap semuanya selalu baik. Pada waktu Saudara melihat perkembangan
murid-murid Saudara, dan mengetahui berapa jauh kemajuannya, dan melihat
pertumbuhan keefektifannya bagi Kristus, mudah untuk dibutakan akan
kelemahan mereka. Saudara mulai melihat mereka melalui kaca mata yang
mengaburkan-- "anak saya tidak dapat berbuat salah!" Maka Saudara
melakukan kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya Saudara menolong. Sekali
lagi, memperkenalkan mereka kepada pengamatan dan penyelidikan orang-
orang rohani yang lainnya akan menolong Saudara dalam penilaian kekuatan
dan kelemahan mereka obyektif.
Pelipatgandaan kelemahan. Yesus dalam pelayananNya menunjukkan
persoalan lainnya. Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi
barangsipa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya
(Lukas 6:40). Orang-orang yang bekerja dengan kita akan memungut
kekuatan kita dan juga kelemahan kita. Kalau hanya saya saja yang membina
seorang, mungkin orang itu akan mengambil kelemahan saya.
Seperti yang telah dikemukakan, untuk mengataso tiga persoalan
utama ini kita harus membimbing murid kita kepada latihan dan penilaian
orang lain juga. Kita memperkenalkan orang-orang kita dengan sengaja
kepada pembina-pembina lainnya yang dapat memperluas visi mereka dan
memperdalam hidup mereka. Ia adalah orang-orang yang dapat menunjukkan
kelemahan mereka yang terlewatkan oleh Saudara sendiri atau yang Saudara
tak dapat melihatnya karena keakraban Saudara kepada mereka. Penilaian
dari luar ini dapat menolong Saudara mendapatkan gambaran yang
sebenarnya dari kemajuan orang-orang itu.
Dalam pembinaan jangan heran kalau sekali-kali ada kemunduruan.
Kemunduran itu juga terjadi dalam hidup orang-orang dalam lingkungan
Yesus--Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Pada suatu waktu Yohanes dan Yakobus
menunjukkan sikap yang sangat membenci dan merusak--mereka ingin
memanggil api turun dari langit untuk memusnahkan suatu desa Samaria yang
orang-orangnya menolak Yesus (Lukas 9:51-55). Tiga kali Petrus
menyangkali Tuhannya (Lukas 22:54-62). Di taman Getsemani tiga
orang itu semuanya tertidur sementara Yesus menjalani kesengsaraanNya
(Lukas 22:45-46). Tetapi kepercayaan di dalam mereka memperoleh
hasilnya, sebab latihan yang diberikannya itu tidak sia-sia. Mereka keluar
untuk meneruskan pelayananNya dalam kuasa Roh Kudus.
Memang betul tuaiannya banyak, tetapi pekerja-pekerja -- penuai-
penuai -- masih sedikit. Pada waktu Saudara menyerahkan hidup Saudara
untuk pelayanan membina murid-murid, berdoalah agar Allah mau
memungkinkan Saudara untuk menjadi teladan, bekerja dengan orang-orang
secara individu, dan memeriksalah segala persoalan yang mungkin akan
timbul.