BAGIAN B. ASAS PENGAJARAN TENTANG ALLAH
I. WUJUD ALLAH
Alkitab mulai dengan perkataan, "Pada mulanya Allah". Lihatlah
/TB #Kejadian 1:1 dan /TB #Yohanes 1:1,2,3*. Tidak ada penulis Alkitab
yang mencoba membuktikan bahwa Allah ada. Manusia di seluruh dunia
percaya bahwa Allah ada, karena kepercayaan itu memang diletakkan oleh
Allah dalam hati manusia. "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada
Allah' "(/TB #Mazmur 14:1*). Hanya orang bebal yang tidak percaya bahwa
Allah ada. Bagi kita sebagai orang Kristen, kenyataan bahwa Allah itu ada
diyakinkan di dalam hati kita, sebab kita dapat merasakan persekutuan
dengan Allah. Oleh karena itu kita tidak perlu mencari bukti-bukti yang
di luar. Dengan iman orang mengetahui bahwa ibunya adalah sungguh-sungguh
ibunya. Walaupun ia tidak dapat membuktikannya, tetapi hal itu dinyatakan
di dalam hatinya. Kalau kita ingin mendapatkan bukti bahwa Allah ada,
lebih baik kita melihat kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus telah
berkata kepada Filipus, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat
Bapa" (/TB #Yohanes 14:9 dan /TB #Ibrani 1:3*). Yesus Kristus menyatakan
Allah kepada kita dan Ia sendiri adalah Allah (/TB #Yohanes 1:1*).
Kenyataan bahwa Allah ada dibuktikan dalam sifat kesucian Yesus Kristus.
Alkitab juga membuktikan bahwa Allah ada, sebab tanpa pertolongan Allah
manusia tidak mungkin menulis Alkitab. Di samping itu pekerjaan Yesus
Kristus membuktikan bahwa Allah ada. Jemaat Kristus juga membuktikan
bahwa Allah ada.
II. ALLAH ADALAH ROH
"Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran" (/TB #Yohanes 4:24*). Perempuan Samaria bertanya
kepada Yesus, di mana ia dapat menemui Allah, apakah di Gunung Sion atau
di Gerizim. Dan Tuhan Yesus menjawab bahwa Allah tidak dapat ditempatkan
pada suatu tempat. Tuhan Allah harus disembah dengan roh, dan tidak dapat
bergantung pada tempat, rupa atau syarat-syarat lain yang diadakan oleh
manusia. Ia harus disembah dalam kebenaran, dalam pengertian yang benar.
Sebab banyak orang yang menyembah dengan pengertian yang salah karena
kurang pengertian, misalnya orang harus menyembah Allah di Mekhah, atau di
Yerusalem, atau di Roma. Segala tempat adalah suci bagi orang yang
menyembah Tuhan dengan roh dan kebenaran. Mengenai Allah adalah Roh dapat
kita lihat dalam /TB #1Korintus 2:10-12*.
Pertanyaan: Apakah roh itu?
Jawab : Roh tidak berdaging dan tidak bertulang (/TB #Lukas 24:39*),
tidak berbentuk suatu wujud seperti kita.
Roh ialah suatu oknum yang tidak terlihat oleh kita dan yang tidak
berbentuk atau berwujud. Roh itu tidak mempunyai batasan seperti manusia.
Jadi kalau kita mengatakan, "Allah itu Roh", itu berarti Allah tidak ada
rupanya, tidak bertubuh seperti kita, tidak terlihat oleh kita dalam
keadaan kita sekarang. Tuhan Allah tidak dapat dilukiskan atau dibatasi
dengan akal budi kita. Kita mengenal Allah dan bersekutu dengan Allah
dengan roh atau jiwa kita, bukan dengan pancaindera kita. Lihat
/TB #Ulangan 4:15-18, Yesaya 40:25 dan /TB #Keluaran 20:4*. Kalau kita
membaca ayat-ayat tersebut kita akan mengetahui apa sebabnya demikian,
sebab tidak seorangpun yang pernah melihat Allah dan oleh karenanya tidak
dapat melukiskan Dia. Allah tidak berasal dari dunia ini, oleh sebab itu
tidak kelihatan oleh mata jasmani kita yang sekarang.
Pertanyaan : Apa yang dimaksud dalam /TB #Kejadian 1:27*, yang
mengatakan "Allah menciptakan manusia itu menurut
gambar-Nya."
Jawab : "Manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya"
(/TB #Kolose 3:10*).
"...yang dijadikan menurut teladan Allah di dalam kebenaran dan
kesucian yang benar" (/TB #Efesus 4:23,24* terjemahan lama, TKB). "Gambar
Allah yang tidak kelihatan" (/TB #Kolose 1:15*). Kata "gambar" dan
"teladan" bukan berarti kita membayangkan Allah dalam wujud jasmani,
melainkan dalam hal kita dapat membedakan baik dan jahat. Manusia
mempunyai persamaan dengan Allah dalam hal mengetahui yang baik dan yang
jahat, juga dalam hal pengetahuan tentang "kebenaran" dan "kesucian yang
benar." Ada yang berpendapat "gambar" Allah berarti manusia mempunyai tiga
bagian, yaitu roh, jiwa, tubuh, sama dengan Allah yang Esa tetapi
merupakan Tritunggal (Lihat /TB #1Tesalonika 5:23*).
Pertanyaan : Apa artinya manusia dijadikan menurut gambar Allah
sehingga mengetahui yang baik dan yang jahat, padahal
sesudah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Allah mengatakan,
"Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah
satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat.
"Bukankah manusia sudah mengetahui yang baik dan yang
jahat sebelum ia berdosa? Apakah ia beruntung karena
ia mengetahui yang baik dan yang jahat setelah ia jatuh
ke dalam dosa?
Manusia tidak beruntung apa-apa sesudah berdosa, tidak mendapat faedah
atau sesuatu pengetahuan yang tidak dimiliki sebelumnya; ia hanya tahu
bahwa dirinya telanjang dan berdosa. Manusia diciptakan dalam keadaan
suci dan tidak tahu berbuat dosa. Sesudah manusia jatuh ke dalam dosa,
manusia tahu tentang dosa sebab manusia berbuat dosa itu. Sebelum manusia
jatuh ke dalam dosa mereka tidak tahu tentang dosa sebab dosa tidak
diperbuat oleh mereka. Manusia sudah mengetahui bahwa kalau ia mentaati
Firman Allah itu baik, dan kalau ia melanggar Firman Allah yang telah
diketahuinya berarti ia jahat. Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa Allah
telah memerintahkan agar mereka tidak melanggar kehendak Allah, yaitu
makan buah larangan. Manusia mengerti apa yang baik yang patut
dilakukannya. Dengan demikian manusia tahu mana yang baik dan mana yang
tidak baik sebelum ia berbuat dosa. Sebelum jatuh ke dalam dosa manusia
sudah tahu bahwa ia bersalah kalau ia makan buah itu. Manusia hanya
mengenal kejahatan setelah ia jatuh ke dalam dosa, yaitu ketika ia merasa
dirinya jahat atau berdosa. Manusia merasa dirinya baik kalau ia tidak
berdosa (melanggar Firman Allah). Sebelum ia jatuh tidak ada perasaan
berdosa di dalam hatinya sebab ia suci. Manusia diciptakan menurut gambar
Allah di dalam hal Ketritunggalan, yaitu roh, jiwa dan tubuh
(/TB #1Tesalonika 5:23*). Roh manusia merupakan bagian yang dapat
mengenal dan bersekutu dengan Allah, dan bagian yang menyembah Allah.
Jiwa merupakan bagian dari manusia yang mengenal dirinya sendiri; jiwa
merupakan pusat pemikiran, keinginan, kebencian, kasih, kehendak dan
pengetahuan. Di dalam Alkitab kata batin (hati) dan "pikiran" seringkali
yang dimaksudkan adalah jiwa. Tubuh dapat diceraikan dari roh atau dari
jiwa, yaitu pada waktu kematian. Tubuh merupakan bagian yang penting juga
sebab tubuh akan dibangkitkan pada hari kebangkitan. Manusia diciptakan
dalam keadaan suci (tidak memiliki keinginan untuk berdosa) dan dalam
keadaan sempurna. Kepadanya diberikan suatu ujian yang tidak berat dan
kepadanya diberitahukan tentang kesudahannya dan hukumannya apabila ia
tidak mentaati Firman Allah itu.
A. Roh Pernah Menyatakan Diri Dalam Wujud Yang Kelihatan
"Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia
tinggal di atas-Nya" (/TB #Yohanes 1:32*). Dari ayat ini kita mengetahui
bahwa Roh dapat menyatakan diri dalam wujud yang kelihatan. Pada zaman
dahulu Tuhan Allah menyatakan diri-Nya dalam rupa yang dapat dilihat oleh
manusia.
B. Allah Menyatakan Diri Dalam Wujud yang Kelihatan.
"Lalu mereka melihat Allah Israel" (/TB #Keluaran 24:9,10*). Dari ayat
ini kita mengetahui bahwa pada zaman dahulu Tuhan Allah sudah menyatakan
diri-Nya dalam rupa yang kelihatan.
C. Apa yang terlihat dalam Penyataan Allah itu?
"Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah" (/TB #Yohanes 1:18*).
Manusia meminta agar dapat melihat wajah Allah, tetapi hanya diperkenankan
melihat belakang-Nya (/TB #Keluaran 33:18-23*). Dari ayat-ayat ini kita
tahu bagaimana wujud penyataan Allah itu, yaitu bukan Allah sendiri, yaitu
dalam zat-Nya yang tidak kelihatan, melainkan dalam suatu pernyataan.
Pertanyaan : Adakah pertentangan antara /TB #Keluaran 24:9,10*;
/TB #Yesaya 6:1 dan Yohanes 1:18*?
Jawab : Tidak. Seseorang melihat bayangan mukanya pada cermin. Orang
itu benar apabila ia mengatakan, "Saya sudah melihat muka
saya." Dan ia juga benar apabila ia mengatakan, "Saya belum
pernah melihat muka saya." Demikian pula manusia di dalam
melihat penyataan Allah, dan mereka benar bila mereka mengaku
telah melihat Allah. Akan tetapi tidak seorangpun yang pernah
melihat Allah dalam zat-Nya yang tidak kelihatan itu. Oleh
sebab itu dapat juga dikatakan, "Tidak seorangpun yang pernah
melihat Allah."
Dalam daftar mengenai penyataan-penyataan Allah, dapat dimasukkan
"Malaikat Tuhan", yang terdapat dalam Perjanjian Lama. Dalam bahasa
aslinya selalu dibedakan antara "Malaikat Tuhan" dengan "seorang Malaikat
Tuhan". Seorang malaikat Tuhan berarti salah satu diantara Malaikat
Tuhan, tetapi Malaikat Tuhan artinya "Tuhan" atau sama dengan Tuhan,
/TB #Kejadian 16:7-10,13. Dalam ayat sepuluh (Kejadian 16:10*)
Malaikat Tuhan sama dengan Tuhan (Yehova) dalam ayat tigabelas
(/TB #Kejadian 16:13). Bacalah Kejadian 21:17,18*. Dalam
/TB #Kejadian 22:11,12* kita mengetahui bahwa Malaikat Tuhan dalam ayat
sebelas (/TB #Kejadian 22:11*) sama dengan Allah dalam ayat duabelas
(/TB #Kejadian 22:12). Dalam /TB #Hakim 2:1,2* Malaikat Tuhan
berfirman, "Telah Ku...; Aku tidak akan..." Dalam
/TB #Kejadian 18:1,2,10,13-16*, salah satu dari ketiga Malaikat itu adalah
Allah. Dalam pasal /TB #Kejadian 19:1-36* hanya dua yang pergi ke Sodom.
Dalam ayat-ayat /TB #Kejadian 18:17,20,22* jelas bahwa salah satu dari
ketiga orang itu adalah Tuhan, yaitu yang tinggal dan bercakap-cakap dengan
Abraham. Nyata bahwa Malaikat Tuhan itu adalah Yehova, yaitu suatu
penyataan Allah.
Pertanyaan : Siapakah Malaikat Tuhan itu?
Jawab : Dalam Kitab /TB #Hakim 13:18* Ia disebut "Ajaib".
Bacalah /TB #Yesaya 9:5* (TKB) tentang nubuat kelahiran Yesus Kristus,
di dalam ayat itu, Ia juga dinamai "Ajaib". Dari ayat-ayat ini jelaslah
jawaban bagi pertanyaan di atas, yaitu Malaikat Tuhan ialah Kristus, Anak
Allah, sebelum Ia lahir ke dalam dunia. Bacalah /TB #Yohanes 8:56*. Ayat
itu menguatkan penyataan di atas bahwa kata "Malaikat Tuhan" tidak
didapati sesudah Yesus Kristus lahir. Bacalah juga /TB #Matius 1:20; 28:2*;
/TB #Kisah 8:26; 12:7,23*.
D. Allah itu Hidup
Allah bukan hanya Roh saja. Dalam Alkitab kita mendapati ayat-ayat
yang menunjukkan bahwa Allah Hidup, Allah adalah Terang dan Allah adalah
Kasih.
Kita tahu bahwa Allah ada, tetapi lebih lanjut lagi kita mengetahui
bahwa Allah hidup. Hal ini dijelaskan di dalam /TB #Yohanes 5:26*. Tuhan
Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup" (/TB #Yohanes 14:6*).
Kehidupan yang sempurna memang ada, yaitu di dalam Allah Bapa,
dan diberikan kepada jemaat-Nya melalui Yesus Kristus. Lihat
/TB #Yohanes 6:57,58*. Yohanes memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus
sebagai Kalam (Perkataan) Allah, "Dalam Dia ada hidup itu dan hidup itu
adalah terang manusia" (/TB #Yohanes 1:4*). Rasul Paulus mengatakan tentang
Yesus Kristus demikian, "Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu
dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut" (/TB #Roma 8:2*).
E. Allah adalah Terang
"Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan"
(/TB #1Yohanes 1:5*). Yang dimaksud Yohanes bukan Allah merupakan salah
satu terang, tetapi Allah adalah Terang. Allah adalah terang, dan
kebenaran-Nya sempurna. Terang-Nya memancarkan kebenaran-Nya, oleh sebab
itu tidak ada kesalahan di dalam-Nya. Yesus Kristus adalah Terang Allah
yang menyatakan kebenaran Allah kepada kita. Bandingkan /TB #Yesaya 10:17*;
/TB #Ibrani 1:3; 2Korintus 4:4-6*. Yesus Kristus adalah penyataan
Allah kepada kita, Dialah yang menyatakan Allah kepada kita. Selidikilah
/TB #Yakobus 1:17 dan 1Timotius 6:16*.
F. Allah itu Kasih.
Yohanes telah membahas tentang sifat Allah, yaitu Allah itu Kasih.
"Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah
kasih." "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih,
ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia" (/TB #1Yohanes 4:8,16*).
Di dalam kasih harus ada yang mengasihi dan yang dikasihi.
Kita dapat melihat kasih yang sempurna di antara Allah Tritunggal.
Lihatlah /TB #Yohanes 17:24*. Kasih yang demikian juga ditunjukkan kepada
murid-murid-Nya (Lihat ayat /TB #Yohanes 17:23*). Allah harus menyatakan
kasih-Nya kepada mahkluk-Nya sebagaimana yang dikatakan dalam
/TB #Yohanes 3:16*, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
III. ALLAH ADALAH SATU PRIBADI
Dalam agama yang benar harus ada persekutuan di antara yang menyembah
dan yang disembah, yaitu antara manusia dan Allah. Demikianlah dalam
agama Kristen, yaitu persekutuan secara pribadi, antara Allah di surga
dengan manusia di dunia ini. Bila Allah bukan satu pribadi tentu manusia
tidak dapat bersekutu dengan Dia. Demikian juga kalau manusia bukan satu
pribadi tentu tidak ada persekutuan antara Allah dan manusia. Allah
adalah satu pribadi, dan hal itu banyak dibuktikan di dalam Alkitab.
A. Apakah Pribadi itu?
Satu pribadi memiliki tiga hal: memiliki pengetahuan, memiliki
perasaan, memiliki kehendak diri. Berikut ini adalah beberapa ayat yang
membuktikan bahwa Allah memiliki pengetahuan: /TB #Amsal 15:3; Yeremia 29:11*;
/TB #Kisah 15:18; Ibrani 4:13*. Ayat-ayat yang menyatakan bahwa
Allah mempunyai perasaan: /TB #Mazmur 33:5; 103:8-13; Ibrani 4:13*;
/TB #Yakobus 5:11*. Ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah mempunyai kehendak
hati: /TB #Mazmur 115:3; Yesaya 46:10,11; Daniel 4:35; Matius 19:26*.
Janganlah kita menganggap bahwa oleh sebab Allah berada di mana-mana
tempat dan di dalam segala sesuatu, maka segala sesuatu adalah Allah,
seperti pohon atau batu. Pengajaran itu sesat dan salah. Kita juga tidak
boleh beranggapan bahwa Allah bukan suatu pribadi; jangan menyangka bahwa
Allah hanya berwujud dalam ciptaan-Nya atau makhluk-Nya, tidak memiliki
wujud tersendiri. Oleh sebab itu kita tidak dapat mengatakan, "Allah
adalah satu pribadi yang hidup, satu pribadi yang nyata."
B. Allah adalah Satu Pribadi yang Hidup.
Bacalah /TB #Yeremia 10:10-16, juga ayat Yeremia 10:3-9*. Dalam
ayat /TB #Yeremia 10:3-9* dikemukakan bahwa Allah tidak sama dengan
berhala-berhala, yang sebenarnya hanyalah benda-benda mati; bukan satu
pribadi. Berhala tidak dapat berbicara, tidak dapat berjalan, tidak dapat
berbuat baik, dan tidak dapat berbuat jahat, akan tetapi Allah (Yehova)
lebih berbudi dari pada semua orang yang berbudi dan Ia adalah Tuhan Allah
yang hidup, Raja yang kekal, satu pribadi yang bisa marah. Di hadapan
kemurkaan-Nya semua kerajaan gemetar. Lihat /TB #Kisah 14:15*. Dalam
ayat itu Rasul Paulus berkata tentang Allah yang hidup. Dalam
/TB #1Tesalonika 1:9* Allah disebut Allah yang hidup. Lihat juga
/TB #2Tawarikh 16:9 dan Mazmur 94:9,10*.
Allah kita adalah Allah yang hidup. Ia mendengar, melihat,
berperasaan, berkehendak, bekerja, dan Ia merupakan satu pribadi yang
hidup. Allah harus dibedakan dari berhala-berhala, yang sebenarnya
hanyalah benda-benda mati yang bukan merupakan satu pribadi. Allah harus
dibedakan dari makhluk-makhluk yang Ia ciptakan. Ia adalah satu pribadi.
Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah satu pribadi. Dan setiap pribadi
mempunyai pengetahuan akan dirinya sendiri, dan mempunyai kehendak
sendiri. Pengetahuan tentang dirinya sendiri bukan hanya sekedar
pengetahuan biasa. Binatang juga mempunyai pengetahuan sedikit. Manusia
mempunyai kuasa untuk mengambil keputusan dan melakukan sesuatu, ia
menyadari keadaan dirinya, sedangkan binatang tidak demikian.
Manusia tahu bahwa segenap kelakuannya ditentukan dalam dirinya
sendiri. Tindakan manusia ditentukan di dalam dirinya, tetapi tindakan
binatang ditentukan oleh hubungannya dengan yang di luarnya. Semua
perbuatan manusia ditentukan dan dikendalikan dari dalam dirinya sendiri.
Sedangkan Allah adalah satu pribadi yang mengetahui keadaan diri-Nya dan
mempunyai kehendak diri secara sempurna.
"Aku ada" membuktikan bahwa Allah berwujud dan Allah ada pada segala
tempat (/TB #Keluaran 3:14*). Allah tidak dapat dibatasi. Hanya ada satu
pribadi yang benar, yang sempurna dan yang tidak dapat dibatasi, yaitu
Allah. Bacalah /TB #Mazmur 145:3; Ayub 11:7-9; Yesaya 66:1; 1Raja 8:27*
/TB #Roma 11:33. Dalam Keluaran 3:14* Tuhan berfirman, "Aku
adalah Aku". Maksud dari perkataan itu khususnya menunjukkan bahwa Allah
adalah satu pribadi. Ayat itu dapat diartikan sebagai berikut: "Aku tidak
berubah dari dahulu, sekarang dan yang akan datang", dan ini sesuai dengan
yang dikatakan di dalam /TB #Wahyu 1:8*, "Aku adalah Alfa dan Omega, firman
Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Maha
Kuasa". Semua sebutan bagi Allah yang ditulis dalam Alkitab menyatakan
bahwa Ia adalah satu pribadi.
Yehova Jireh : Tuhan yang mengadakannya atau yang mencukupkan
(/TB #Kejadian 22:14*).
Yehova Rafa : Tuhan Tabibmu (/TB #Keluaran 15:26*).
Yehova Nissi : Tuhan panji-panjiku (/TB #Keluaran 17:15*).
Yehova Syalom : Tuhan pohon selamatku (/TB #Hakim 6:24*).
Yehova Raak : Tuhan gembalaku (/TB #Mazmur 23:1*).
Yehova Tsidkenu : Tuhan kebenaran kami (/TB #Yeremia 23:6*).
Yehova Syemmah : Tuhan ada di sana (menyertai) (/TB #Yehezkiel 48:35*).
Dalam /TB #Yohanes 17:3* kita membaca, "...bahwa mereka mengenal Engkau".
Kita tidak dapat mengenal suatu jadi-jadian, kita hanya dapat mengenal satu
pribadi. Dari ayat di atas nyata juga bahwa Allah adalah satu pribadi.
Dalam Alkitab dibedakan dengan jelas antara Allah Israel yang mahakuasa dan
ilah bangsa kafir. Dalam /TB #Kisah 14:15; 1Tesalonika 1:9; Mazmur 94:9,10*
kita dapat melihat perbedaan antara Allah yang hidup dan berhala
yang mati. Allah mempunyai sifat-sifat pribadi yang nyata yang dapat kita
lihat dalam ayat-ayat berikut: /TB #Kejadian 6:6; 1Raja 11:9*;
/TB #Ulangan 6:15; Wahyu 3:19; Amsal 6:16*.
C. Hubungan Allah dengan Manusia.
Allah mengadakan hubungan dengan manusia dan menyatakan diri-Nya dalam
perkara-perkara manusia. Allah telah menyediakan jalan bagi umat milik-Nya
dan Ia memimpin mereka dalam perjalanan itu. Allah membebaskan,
menyelamatkan dan menghukum manusia. Allah kita tidak hanya nyata di dalam
makhluk-Nya dan ciptaan-Nya. Demikian juga Allah tidak menciptakan alam
ini dan segenap makhluk-Nya serta memberikan kuasa kepada semua ciptaan-Nya
itu lalu membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja. Sekali-kali Allah
tidak demikian. Ia bukan seperti tukang pembuat jam yang setelah jam itu
jadi lalu diputar dan ditinggalkan karena menganggap pekerjaannya telah
selesai. Allah kita masih mengadakan hubungan dan masih ikut bekerja dalam
segala perkara alam ini. Dari /TB #Kejadian 1:1,26 dan /TB #Yohanes 1:1-3*
nyata bahwa Allah menciptakan alam semesta ini dan juga manusia. Alam ini
tidak ada dengan sendirinya dari dahulu, melainkan diciptakan. Alam
semesta ini bukan kebetulan ada, melainkan ada sebab dijadikan. Hal ini
juga membuktikan bahwa Allah adalah satu pribadi. Kita mengetahui bahwa
Allah tetap meneruskan hubungan dengan alam dan manusia, dari ayat-ayat
yang berikut: /TB #Ibrani 1:3; Kolose 1:15-17; Mazmur 104:27-30*;
/TB #Mazmur 75:7,8*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa Allah memperhatikan dan
memelihara segala sesuatu dengan kuasa-Nya. Semua makhluk menantikan
rezeki mereka dari tangan Allah. Bila tidak demikian alam ini akan rusak
dan hancur lebur. Allah memberi rezeki kepada semua makhluk-Nya. Allah
mengatur sejarah dunia ini dan memerintah dari sorga. Burung pipit
dipelihara-Nya, rambut kita diketahui jumlahnya, bunga-bunga didandani-Nya,
dan Ia ikut merasakan penderitaan kita (/TB #Matius 6:28-30; 10:29,30*;
/TB #Kejadian 39:21; 50:20; Daniel 1:9; Ayub 1:12*). Dari semua bukti
itu nyata bahwa tak dapat tiada Allah adalah satu pribadi.
IV. KEESAAN ALLAH
Asas pengajaran tentang keesaan Allah berlawanan dengan pengajaran yang
mengatakan bahwa ada banyak Allah; dan berlawanan dengan pengajaran yang
berpendapat bahwa ada tiga Allah; yaitu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ada
banyak ayat di dalam Alkitab yang memberikan kepastian bahwa Allah Esa.
Bacalah: /TB #Ulangan 4:35; 6:4; Yesaya 44:6; 45:5,14,18; 1Timotius 2:5*;
/TB #Markus 10:18; 12:29*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa sungguh Tuhan
Allah kita adalah Allah yang Esa, dan kecuali Dia tidaklah ada Allah lain.
Mustahil ada dua Allah, sebab Allah Mahakuasa dan tidak mungkin ada dua
yang Mahakuasa.
Sifat Keesaan Allah
Asas pengajaran tentang keesaan Allah tidak berlawanan dengan Tritunggal
dalam keesaan Allah itu. Memang ada tiga oknum dalam diri Allah, tetapi
Allah itu Esa. Perkataan Ibrani dalam /TB #Kejadian 2:24* dan
/TB #Kejadian 11:6* adalah "satu yang Esa", artinya "satu yang terdiri
lebih dari satu unsur yang berhubungan dan bercampur". Misalnya suami dan
isteri menjadi satu daging, artinya satu. Bila bangsa Israel menyebut
"satu daging" artinya satu. Dalam bahasa Yunani ada juga kata yang dipakai
untuk menunjukkan arti satu. Lihatlah /TB #1Korintus 3:6-8*, ia yang
menanam dan yang menyiram adalah satu. /TB #1Korintus 12:13* mengatakan,
"... dibaptis menjadi satu tubuh". Juga /TB #Yohanes 10:30* mengatakan,
"Aku dan Bapa adalah satu".
Bandingkan ayat-ayat di atas dengan /TB #Yohanes 17:2-23* dan
/TB #Galatia 3:28*. Sekalianya menjadi satu dalam Yesus Kristus.
Perkataan "satu" dalam ayat-ayat itu dapat dibayangkan dengan "setandan
pisang", artinya satu tandan tetapi terdiri dari beberapa buah pisang.
Dalam bahasa Ibrani kata yang dipergunakan untuk Allah ialah "ecad".
Kita dapat melihat bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus masing-masing disebut
Allah walaupun ketiganya merupakan pribadi yang tersendiri. Bacalah
/TB #Matius 3:16,17; 2Korintus 13:13*. Tetapi bagaimana mungkin Allah yang
Esa itu terdiri atas tiga pribadi pada saat yang sama?
Jawab: Allah itu Esa dan Allah terdiri dari tiga pribadi bukan
berdasarkan pada satu segi pandangan. Tidak ada jawaban yang jelas dan
sempurna untuk menerangkan tentang Allah yang Esa dan Allah Tritunggal
(terdiri dari 3 pribadi) itu.
- Allah adalah Roh, dan perhitungan adalah buatan manusia dan alam
yang kelihatan, sulit bila kita membandingkan hal-hal rohani menurut
keadaan jasmani yang terbatas.
- Allah tidak terbatas, sedangkan kita sangat terbatas sekali. Tuhan
Allah diam di dalam terang yang tidak dapat dihampiri oleh manusia.
Kalau kita mencoba menerangkan keesaan Allah dan Tritunggal Allah,
berarti kita mencoba menjelaskan hal yang tidak terbatas dengan pikiran
dan perkataan yang terbatas, jadi penjelasan itu tidak sempurna.
Hanya ini yang dapat kita ketahui, yaitu bahwa Allah yang Esa itu adalah
Allah Tritunggal. Hanya ada satu Allah, akan tetapi Allah menyatakan diri
kepada manusia sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ketiga pribadi itu
berbeda manifestasinya. /TB #Yohanes 14:16* mengatakan, "Aku akan minta
kepada Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh kebenaran." Di dalam /TB #Markus 1:10,11*
disebutkan bahwa Roh Kudus turun ke atas Tuhan Yesus.
Jadi, Allah hanya satu, dan Ia menyatakan diri-Nya kepada kita dalam
tiga pribadi - Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
V. ALLAH YANG ESA ADALAH ALLAH TRITUNGGAL
Sesungguhnya ini merupakan satu rahasia yang tidak dapat kita mengerti
dengan sejelas-jelasnya. Akan tetapi hal ini diajarkan kepada kita di
dalam Alkitab. Hal ini merupakan suatu asas pengajaran yang patut
dipercayai walaupun kita tidak dapat mengerti dengan jelas.
A. Pengajaran Perjanjian Lama mengenai Allah Tritunggal.
Hal ini tidak disebutkan dengan jelas dalam Perjanjian Lama, tetapi
disinggung sedikit:
- Nama Allah yang asli berarti lebih dari satu, yaitu "Elohim".
- Kita juga menemui perkataan "kita" yang dipakai oleh Allah untuk
menyebut diri-Nya, dalam /TB #Kejadian 1:26; 11:7; Yesaya 6:8*.
- Demikian juga kata "Malaikat Tuhan" dalam /TB #Kejadian 16:7,9,10*.
- Pekerjaan Roh Kudus, /TB #Kejadian 1:2; Hakim 6:34*.
- Kedua perkataan "Tuhan", /TB #Kejadian 19:24*.
B. Pengajaran Perjanjian Baru mengenai Allah Tritunggal.
Dalam Perjanjian Baru hal ini disebutkan dengan jelas:
- Ketika Yesus dibaptiskan, /TB #Matius 3:16,17*. Dalam ayat ini Allah
Bapa berkata dari sorga, Allah Anak dibaptiskan di Sungai Yordan, dan
Allah Roh Kudus turun ke atas Yesus dalam wujud burung merpati.
- Perkataan yang dipakai pada saat membaptiskan orang-orang,
/TB #Matius 28:19*. Dalam bahasa Yunaninya, kata "nama" dalam
/TB #Matius 28:19* itu menyatakan bentuk tunggal, padahal menyebutkan
tiga nama, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Jadi di sini nyata
pula bahwa Allah yang Esa itu adalah Allah Tritunggal.
- Perkataan yang terdapat dalam /TB #2Korintus 13:13*.
- Tuhan Yesus sendiri mengajarkan tentang hal ini,
lihat /TB #Yohanes 14:16*.
- Dalam Perjanjian Baru ada istilah-istilah: 'Allah', artinya 'Bapa'
(/TB #Roma 1:7; 1Korintus 2:8-10*), 'Allah' artinya 'Anak'
(/TB #Yohanes 20:28; 1:1; 6:27; Titus 2:13; Roma 9:15*), dan "Allah"
artinya "Roh Kudus" (/TB #Kisah 5:3,4*).
Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa: Bapa ialah kepenuhan Allah yang
tidak kelihatan (/TB #Yohanes 1:18*); Anak ialah kepenuhan Allah yang telah
dinyatakan (/TB #Yohanes 1:14-18*); Roh Kudus ialah kepenuhan Allah yang
bekerja di dalam diri manusia (/TB #1Korintus 2:9,10). Bacalah Kolose 2:9*.
Pertimbangan pikiran kita dapat menjelaskan keesaan Allah, akan tetapi
hanya pernyataan Allah yang dapat menerangkan kepada kita bahwa Allah
merupakan Tritunggal. Lihat /TB #1Korintus 15:27,28. Dalam Yohanes 1:18*
dikatakan, "Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak tunggal
Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya." Dalam
/TB #Yohanes 20:28* Tomas berkata kepada Tuhan Yesus, "Ya Tuhanku, dan
Allahku," dan oleh sebab Tuhan Yesus tidak menegur Tomas, berarti Tuhan
Yesus mengakui bahwa Ia adalah Allah. Dengan mengatakan demikian, tidak
berarti bahwa Tomas memuji-muji lebih dari yang sepatutnya untuk mencari
muka, sebab kalau memang demikian Tuhan Yesus akan menegur dia. Ada
perbedaan antara perbuatan Tuhan Yesus dengan perbuatan Rasul Paulus dan
Barnabas di Listera ketika orang-orang akan mempersembahkan korban kepada
mereka, Barnabas sebagai Zeus, dan Paulus sebagai Hermes (/TB #Kisah 14:11-18*).
Kata-kata Tomas ditujukan kepada Yesus Kristus dan diterima oleh-Nya,
sebagai perlakuan yang benar bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah
bagi Tomas. Dari antara rasul-rasul, Tomas adalah rasul yang sering merasa
syak, dan dalam hal ini Yohanes ingin menunjukkan bagaimana orang yang syak
hatinya digerakkan untuk percaya dan mengakui bahwa Yesus ialah Allah.
Inilah yang diinginkan oleh Yohanes, yaitu membuktikan dalam Injil yang
dituliskan bahwa Yesus ialah Allah yang hidup di atas bumi, dan Yohanes
adalah sahabat Tuhan yang paling dikasihi oleh Dia. Dalam /TB #Roma 9:5*
Rasul Paulus menyebut Yesus Kristus sebagai Allah. Bacalah ayat itu.
Dalam /TB #Titus 2:13* dipakai kata "penyataan", dan kata itu tidak pernah
dipakai untuk Allah Bapa, hanya untuk Allah Anak. Ayat itu dapat
diterjemahkan demikian, "menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dalam pernyataan kemuliaan Allah Yang Mahabesar, yaitu Juruselamat
kita Yesus Kristus. Dalam kalimat itu "Allah Yang Mahabesar" dan
"Juruselamat kita Yesus Kristus" adalah satu pribadi. Dalam /TB #Ibr 1:8-10*,
nyata bahwa dalam ayat-ayat itu Tuhan Yesus Kristus yang dibicarakan,
begitu juga ayat /TB #Ibrani 1:9-13. Dalam ayat Ibrani 1:10*
dikatakan, "Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau (Anak Allah - Yesus Kristus),
telah meletakkan dasar bumi..." Jelas bahwa dalam ayat /TB #Ibrani 1:8,10*
itu Yesus Kristus itu disebut Allah.
C. Pekerjaan Allah juga dikerjakan oleh Yesus.
- Tuhan Yesus menjadikan alam, /TB #Yohanes 1:3; 1Korintus 8:6*;
/TB #Kolose 1:16; Ibrani 1:10; Wahyu 3:14*.
- Tuhan Yesus menanggung segala sesuatu, /TB #Kolose 1:17; Ibrani 1:3*.
- Tuhan Yesus membangkitkan orang-orang mati lalu menghukum mereka dan
dunia juga, /TB #Yohanes 5:27-29; Matius 25:31,32*. Yesus Kristuslah
yang menyatakan Allah kepada kita dan yang menebus kita; ini
merupakan satu bukti Ketuhanan Yesus Kristus yang memuaskan hati
orang Kristen.
D. Tuhan Yesus Menerima Kehormatan dan Penyembahan sama seperti Allah.
/TB #Yohanes 20:23; Yohanes 5:23; 14:14; Roma 10:9; 10:13; 1Korintus 11:24*;
/TB #Ibrani 1:6; Filipi 2:10,11; Wahyu 5:12-24; dll. 1Petrus 3:15*
mengatakan, "Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!"
Tuhan Yesus sama dan setara dengan Allah
/TB #Yohanes 5:18; Filipi 2:6*. Hal ini tidak boleh ditahankan dari
manusia, tetapi harus diberitakan kepada manusia. Dari semuanya yang telah
disebutkan nyatalah bahwa Tuhan Yesus adalah Allah.
E. Roh Kudus adalah Allah.
Roh manusia adalah batin kita, roh manusia itu adalah diri manusia yang
sejati; demikian pula Roh Allah adalah Allah. Lihatlah /TB #1Korintus 2:11*.
Bilamana mata rohani kita dicelikkan, kita akan melihat Yesus Kristus
sebagai Juruselamat kita, dan kita harus mengakui bahwa Roh Allah sudah
bekerja dalam hati kita dan sudah menyatakan hal-hal tentang Tuhan Yesus
kepada kita. Roh Allah (Roh Kudus) harus dibedakan dengan Bapa dan Anak.
Dalam kata-kata yang diucapkan dalam upacara pembaptisan dan dalam
"Nikmat", Roh Kudus ditinggikan sama dengan Bapa dan Anak. Kita patut
mempelajari sifat-sifat Allah bersama-sama dengan sifat-sifat Kristus dan
Roh Kudus.
Roh Kudus adalah Satu Pribadi yang Nyata, sama seperti Bapa dan Anak
Lihatlah /TB #Yohanes 15:26; Galatia 4:6; Yohanes 16:7*. Roh Kudus adalah
pengantara, /TB #Roma 8:26; Yohanes 14:16*. Roh Kudus dapat menyelidiki,
mengetahui, berfirman, menyaksikan, menempelak, menolong, menggerakkan
hati, memimpikan, menjadikan sesuatu, menyucikan, mendoakan, mengatur
perkara-perkara jemaat, melakukan mujizat, membangkitkan orang mati; oleh
sebab itu Ia bukan hanya merupakan suatu hasil dari sifat Allah, tetapi
benar-benar merupakan satu pribadi. Roh Kudus dapat ditolak, didukacitakan
dan dihujat oleh manusia. Menghujat dan berdosa kepada Roh Kudus tidak
dapat diampuni; bila demikian, tentu dosa itu bukan terhadap sifat Allah
melainkan terhadap pribadi Allah, yaitu Roh Kudus, /TB #Matius 12:31*;
/TB #Yesaya 63:10; Kisah 5:3,4,9; 7:51; Efesus 4:30*. Roh Kudus dapat
mengasihi kita (/TB #Roma 15:30*).
Walaupun Allah yang Esa itu mempunyai tiga pribadi; tetapi Ia hanya
satu. Kita sepatutnya mengatakan, "Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah,
dan Roh Kudus adalah Allah, akan tetapi tidak berarti bahwa ada tiga Allah,
sebab hanya satu Allah yang Esa."
F. Ketiga Pribadi: Allah, Anak, dan Roh Kudus sama besarnya.
- Bapa sebagai Bapa saja, bukan Allah dalam keseluruhan, sebab Allah
bukan hanya Bapa saja, tetapi juga sebagai Anak dan Roh Kudus. Bapa
artinya Bapa dalam hubungan-Nya dengan Anak dan melalui Anak, hubungan-Nya
dengan jemaat dan dunia ini. Memang Allah adalah Bapa dalam hubungannya
dengan Anak, hanya apabila kita dipersatukan dengan Kristus, barulah kita
menjadi anak-anak Allah dan dapat menyebut Allah sebagai Bapa kita.
- Anak sebagai Anak saja, bukan Allah dalam keseluruhan, sebab Allah
bukan hanya Anak saja, tetapi juga Bapa dan Roh Kudus. Anak artinya Anak
dalam hubungannya dengan Bapa. Anak diutus ke dalam dunia oleh Bapa untuk
menebus dunia ini. Dan Anak dengan Bapa mengutus Roh Kudus.
- Roh Kudus sebagai Roh Kudus saja, bukan Allah dalam keseluruhan,
sebab Allah bukan hanya Roh Kudus saja, tetapi juga Bapa dan Anak. Roh
Kudus artinya, Roh Kudus dalam hubungannya dengan Bapa dan Anak. Roh Kudus
diutus oleh Bapa dan Anak untuk membebaskan hati manusia agar datang kepada
Kristus dan Ia diutus untuk menguduskan hati orang-orang Kristen. Salah
satu dari ketiga pribadi ini (Bapa, Anak, Roh Kudus) kalau dipisahkan dari
hubungannya dengan kedua yang lain, tidak dapat dan tidak boleh disebut
Allah yang Esa.
VI. KEKEKALAN ALLAH
- Allah itu kekal, /TB #Kejadian 21:33; Yesaya 40:28; Ibrani 1:12*;
/TB #Mazmur 90:2-4; 102:25-28*. Dari ayat-ayat itu nyata bahwa Allah itu
kekal. Allah tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Sebelum
zaman-zaman purba, Allah sudah ada, dan Ia sekarang ada, bahkan Ia selalu
akan ada pada segala zaman yang akan datang. Dalam /TB #Keluaran 3:14*
(TKB), Yehova mengatakan, "Aku akan ada, yang Aku ada".
- Allah tidak berubah, /TB #Maleakhi 3:6; Yakobus 1:17*. Bagi Allah,
waktu yang telah lalu, yang sedang dijalani sekarang dan yang akan datang
adalah sama saja, yaitu sama dengan sekarang. /TB #1Samuel 15:29* dan
/TB #Ibrani 6:17* menunjukkan bahwa Allah tidak berubah. Allah tidak
berubah dalam perkataan-Nya, kehendak-Nya dan sifat serta tindakan-Nya.
Pertanyaan : /TB #Yunus 3:10*. Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah telah
menyesal. Apa sebabnya?
Jawab : Sifat Allah tidak berubah, yaitu Ia tetap membenci dosa dan
harus menghukum orang berdosa, akan tetapi sebagaimana Niniwe
itu meninggalkan dosa mereka dan bertobat, demikian pula Tuhan
membatalkan niat-Nya untuk menghukum orang yang berdosa itu.
Tuhan menghukum orang yang berdosa hanya apabila mereka tidak
mau bertobat. Keputusan Allah tidak berubah terhadap dosa dan
kebenaran; oleh sebab itu terhadap orang yang bertobat dan datang
kepada kebenaran, Allah juga mengubah sikap-Nya. Tuhan ingin
memberikan rahmat kepada orang yang meninggalkan dosanya lalu
bertobat. Oleh karena itulah sikap dan keputusan Allah tidak
berubah. Akan tetapi hubungan Allah dengan manusia berubah
apabila hubungan manusia dengan dosa berubah. Kalau Allah
membenci kejahatan dan mengasihi kebenaran, Ia harus memberikan
balasan kepada manusia sesuai dengan sifat-Nya itu. Dalam
ayat-ayat yang disebutkan di sini dan juga ayat-ayat yang lain,
sifat atau tindakan manusia diterapkan kepada Allah. Tidak ada
cara lain untuk mengungkapkan perasaan Allah, kecuali
menyesuaikannya dengan sifat-sifat dan sikap manusia. Bila tidak
demikian, bagaimana manusia dapat mengerti perasaan Allah? Jadi,
pikiran yang fana ini dipakai untuk menerangkan perkara-perkara
ilahi. Itulah sebabnya dikatakan "maka menyesallah Allah". Tetapi
bukan berarti Ia menyesal sebab salah dan bukan karena Ia
ingin mengubah maksud dan tujuan-Nya yang semula.
Pertanyaan: Dalam /TB #Kejadian 6:6* dikatakan bahwa Allah telah menyesal
sebab Ia telah menjadikan manusia yang ternyata membawa
dukacita bagi-Nya?
Jawab : Kejahatan manusia terlalu besar dan keji sekali di hadapan
Allah sehingga mendatangkan dukacita kepada Allah sampai
dikatakan, "Maka menyesallah Tuhan". Akan tetapi ini tidak
berarti bahwa Allah lebih suka kalau manusia tidak diciptakan
oleh-Nya, hanya hal ini membawa dukacita kepada Allah.
INGATLAH: DOSA SENANTIASA MEMBAWA DUKACITA KEPADA ALLAH.
Perbuatan manusia mendukacitakan Allah oleh sebab Allah tahu bahwa Ia
harus membinasakan manusia kalau manusia tetap di dalam dosanya. Hal ini
dijelaskan pada /TB #Kejadian 6:7,8*. Akan tetapi Nuh berkenan kepada Allah,
oleh sebab itu Allah tidak perlu melanjutkan hukuman-Nya atas manusia.
Bila dikatakan Allah menyesal, maksudnya ialah Allah mengubah sikap-Nya
dari memelihara menjadi membinasakan oleh karena dosa. Allah mempunyai dua
sikap terhadap manusia, yaitu memelihara dan menciptakan atau membinasakan.
Dalam hal ini Tuhan mau berbalik dari sikap memelihara kepada sikap
membinasakan, akan tetapi Allah mendapati bahwa Nuh adalah seorang yang
benar, oleh sebab itu Allah tidak jadi membinasakan. Dosa manusia memaksa
Allah yang suci dan benar untuk membinasakan manusia yang berdosa.
/TB #Kejadian 6:6 harus dilanjutkan dengan Bilangan 23:19*. Kesucian
Allah yang tidak berubah menuntut Ia membedakan sikap-Nya terhadap
orang-orang benar dan orang-orang berdosa. Bilamana orang-orang benar
menjadi orang berdosa tentu sikap Tuhan kepada orang itu harus berubah
juga.
Matahari yang sama mencairkan lilin dan mengeraskan tanah liat, bukan
mataharinya yang berubah, tetapi lilin dan tanah liat itu.
Ancaman-ancaman dalam /TB #Yunus 3:4-10* memang ada sangsinya yaitu kalau
mereka tidak bertobat, barulah mereka dihukum. Jadi, ancaman itu berlaku
dalam hal apakah mereka bertobat atau tidak. Lihatlah /TB #Roma 6:23*.
Bilamana ada seorang naik sepeda dan angin yang kencang meniup dari arah
yang berlawanan dengan kita, maka orang itu akan sukar sekali maju, akan
tetapi bila orang itu berbalik, seakan-akan anginnya berubah, padahal
sebenarnya tidak. Orang yang berdosa berarti orang yang melawan anugerah
Allah. Bila kita dilahirkan baru, maka kita mulai bekerja bersama-sama
dengan Allah, bukan melawan Allah. Allah tidak berubah, tetapi kitalah
yang berubah.
- Allah ada oleh sebab kuasa-Nya sendiri.
Lihatlah /TB #Yohanes 5:26* dan selanjutnya. Di dalam ayat itu dikatakan
bahwa Allah memiliki hidup dalam diri-Nya sendiri. Allah tidak diciptakan
karena Allah sudah ada, senantiasa ada, dan Ia mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri. Hanya Allah yang ada dari kekal sampai kekal. Bacalah
/TB #Kisah 17:14-28*.