I. PREMILLENNIALISME
Kedatangan Tuhan Yesus adalah sebelum kerajaan Seribu Tahun
Penjelasan yang tegas tentang Premillennialisme sangat perlu untuk
jemaat Tuhan pada dewasa ini.
Premillennialisme berarti kita percaya kepada "pengharapan kita yang
penuh bahagia" (Titus 2:13), yaitu kedatangan Tuhan Yesus Kristus
Juruselamat kita yang terjadi sebelum kerajaan seribu tahun, dan Ia sendiri
yang akan datang. Hal itu akan terjadi pada saat kapan saja, dalam waktu
yang tidak lama lagi.
Premillennialisme mengajarkan bahwa kerajaan Tuhan Yesus akan didirikan
di atas bumi ini selama seribu tahun, dan kerajaan itu akan berlangsung
pada waktu Tuhan Yesus kembali ke dunia ini. Sebaliknya,
Postmillennialisme (post = sesudah, millennium = 1000 tahun) mengajarkan
bahwa Tuhan Yesus akan datang sesudah seribu tahun itu. Sedangkan
Amillennialisme (tak ada millennium) mengatakan bahwa tak ada kerajaan
seribu tahun, melainkan masa itu akan selesai dengan hukuman akhir, dan
barulah akan terjadi bumi yang baru dan langit yang baru.
"Perlu diketahui bahwa Premillennialisme ialah salah satu cara
menafsirkan Alkitab, bukan merupakan bagian dari keselamatan kita.
Seseorang dapat juga dilahirkan kembali dengan tidak memegang ajaran
Premillennialisme. Jadi orang yang berpegang pada paham Premillennialisme
janganlah menyebut orang yang bukan Premillennial itu "bidat". Dan
sebaliknya kelompok Postmillennialisme janganlah menyebut orang
Premillennial itu "bidat".
Alkitab dan sejarah gereja menyatakan dengan terus terang bahwa jemaat
yang mula-mula pasti berpegang pada Premillennialisme. Kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali merupakan "pengharapan yang penuh bahagia" bagi
jemaat yang mula-mula pada waktu mereka menderita aniaya dan siksa di bawah
pemerintahan kerajaan Romawi. Pada zaman Agustinus terjadilah perubahan
pada penafsiran nubuat Alkitab; kemudian dalam abad-abad kegelapan (sebelum
Reformasi) pengharapan akan kedatangan Tuhan yang akan terjadi pada waktu
yang tak disangka-sangka itu menjadi kabur. Pada waktu Reformasi mereka
tidak memperhatikan pengajaran itu. Tetapi dalam tiga abad yang terakhir
ini pengajaran tentang ajaran Premillennialisme dihidupkan kembali.
Postmillennialisme mengatakan bahwa orang-orang Kristen dengan usaha
sendiri akan mencapai masa keemasan itu (kerajaan 1000 tahun) tanpa Tuhan
hadir di dunia ini secara badani. Mereka mengatakan bahwa orang Kristen
sendiri akan menyediakan dan memperbaiki dunia ini untuk kedatangan Tuhan.
"Postmillennialisme berkembang pada akhir abad 19 dan permulaan abad
20. Pada abad 19 banyak terjadi kebangunan-kebangunan rohani yang besar di
Inggris dan Amerika Serikat, dan hal itu menghasilkan kemajuan besar dalam
pengabaran Injil oleh misi-misi Protestan. Perluasan pengabaran Injil itu
telah sampai ke tiap-tiap benua dan sampai juga ke daerah-daerah pedalaman
negara-negara. Waktu itu terjadi beberapa perbaikan sosial, dan kemajuan
dalam beberapa bidang. Hal-hal itu disangka merupakan langkah-langkah yang
menuju pada kerajaan seribu tahun itu. Terlebih pula mereka bertambah
yakin akan hampirnya kedatangan kerajaan seribu tahun itu dengan lahirnya
satu perserikatan bangsa-bangsa yang dinamai 'League of Nations'. Banyak
orang yang menyangka bahwa perserikatan Bangsa-Bangsa itu akan dapat
menjamin perdamaian dunia yang dirindukan manusia sejak berabad-abad
lamanya. Lalu munculah perang dunia yang kedua. Perang dunia yang kedua
itu telah membingungkan kelompok Postmillennialisme serta menghancurkan
impian-impian mereka tentang perdamaian itu. Sekarang hampir-hampir tak
terdengar lagi sesuatu dari kelompok itu tentang nubuat Alkitab.
"Amillennialisme bukanlah suatu cara penafsiran Alkitab, melainkan suatu
tantangan terhadap tafsiran Premillennialisme dan Postmillennialisme. Tak
ada suatu susunan asas Amillennialisme. Ajaran Amillennialisme lebih
menitikberatkan kepada kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali dan korban
perdamaian-Nya daripada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali". Mereka
yang berpegang pada Amillennialisme berpendapat bahwa millennium yang
dinubuatkan adalah yang sedang berlangsung pada masa sekarang. Paham ini
tidak menganggap millennium itu suatu masa keemasan yang kelak terjadi,
melainkan menyamakan millennium itu suatu dengan masa sekarang, yang
disebut "masa Injil". Pengajaran itu juga tidak membedakan maksud Allah
terhadap bangsa Israel dan maksud-Nya terhadap jemaat Kristen.
Selanjutnya, mereka berpegang pada pendirian bahwa pada masa ini Iblis
sedang dirantai.
"Premillennialisme adalah sebagai teropong. Pandangan terhadap Alkitab
oleh pengajaran Premillennialisme adalah sebagai teropong untuk memandang
dari jauh kepada keseluruhannya. Kita yakin bahwa pengajaran
Premillennialisme sesuai dengan isi Alkitab.
"Perjanjian Lama dan Baru tidak menyebutkan perhitungan tahun (tawarikh)
yang tepat, oleh sebab itu kalau seseorang mencoba menentukan hari dan
tahun kedatangan Tuhan pasti ia akan salah menentukan. Menentukan hari
kedatangan Tuhan dan mementingkan hal-hal kecil dalam nubuat akan
menyebabkan kekeliruan dan berbahaya bagi kita. Adakalanya seseorang salah
sangka tentang si pendurhaka (Antikristus), misalnya orang-orang menyangka
Napoleon, Kaisar Wilhelm II atau Mussolini dan lain-lain adalah si
pendurhaka itu. Sejarah dunia sekarang ini tidak menerangkan tentang
nubuat Alkitab, tetapi nubuat Alkitab mungkin menerangkan bahwa sejarah
dunia sekarang ini.
"Adakalanya orang yang berpegang pada Premillennialisme salah memusatkan
perhatiannya. Mereka berusaha mengetahui tentang kedatangan Antikristus,
bukan kedatangan Kristus. Oleh sebab itu ada orang yang menyalahkan
pengajaran itu. Akan tetapi seorang yang sungguh-sungguh mengerti serta
menurut pengajaran Premillennialisme, ia akan sangat memperhatikan serta
mentaati Amanat Agung dari Tuhan Yesus (mengabarkan Injil kepada seluruh
dunia), bukan hanya memperhatikan masa kesengsaraan itu saja. Orang yang
sungguh-sungguh menuruti pengajaran Premillennialisme akan menjadi seorang
yang dapat diajar dan yang gemar menyelidiki Alkitab. Ia mengetahui
keperluan orang-orang Kristen dan orang-orang yang belum mengenal Kristus;
Ia adalah seorang yang taat kepada suara Roh Kudus.
"Asas pengajaran itu menjadi dasar pikiran kita, filsafat kita, dan
perbuatan kita. Pengajaran itu memberi arti kepada segenap hidup dan
pelayanan kita.
"Pengajaran Premillennialisme itu memberikan pandangan yang patut
mengenai penciptaan dan kesudahan segala sesuatu. Pengajaran itu mengakui
bahwa Tuhan telah mempunyai rencana, peraturan dan maksud untuk dunia ini
serta manusia yang mendiaminya. Rasul Petrus dengan ilham dari Roh Kudus
telah berkata kepada orang banyak di Serambi Salomo: 'agar Tuhan ...
mengutus Yesus yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus
itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti
yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman
dahulu. Kisah 3:20,21.
"Yang dimaksud dalam pelajaran nabi-nabi tentang waktu pemulihan segala
sesuatu' (Kisah 3:21) ialah zaman keemasan dan keberkatan di
dunia ini pada waktu laknat dosa dicabut (Yesaya 11:1-9; Roma 8:19-23);
dan kerajaan Israel akan didirikan lagi, (Yesaya 11:10; 12:6;
Ulangan 4:27-31; 31:9; Hosea 3:4,5, dll).
"Waktu pemulihan segala sesuatu, menunjuk ke belakang kepada penciptaan
yang mula-mula dan maksud Tuhan atas penciptaan itu. Para penganut ajaran
Premillennialisme itu juga percaya akan karya Allah yang menciptakan segala
sesuatu oleh kuasa perintah-Nya. Sungguhpun mereka tidak mempersoalkan
perkara-perkara yang kecil, baik yang telah lalu maupun yang belum
digenapkan, namun mereka telah memiliki kepastian tentang yang lalu dan
yang akan terjadi. Oleh sebab mereka percaya kepada Tuhan Yesus dan
Alkitab, mereka mengenal sang Khalik itu serta membuktikan bahwa Ia setia.
Bagi mereka, dunia ini bukan suatu jam besar yang kelak akan berhenti,
melainkan dunia ini juga akan mengalami suatu masa keemasan yang akan
terjadi di atas bumi ini, setelah itu akan mendapat langit yang baru dan
bumi yang baru.
"Ajaran Premillennialisme memberi arti kepada sejarah dunia dan dorongan
kepada pelayanan kita. Alkitab menyatakan bahwa Allah mempunyai hubungan
yang erat dengan manusia dan 'mata Tuhan menjelajah seluruh bumi', dan
'Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa'.
"Sejarah dunia berjalan terus sampai kepada akhirnya; berjalan terus
dari mulai menerima tanggung jawab sampai kepada saat menerima hukuman.
Alkitab menyatakan masa-masa di mana Tuhan Allah mempunyai hubungan yang
istimewa dengan manusia. Tiap-tiap masa itu sudah diakhiri dengan hukuman,
dan masa kasih karunia inipun akan diakhiri dengan hukuman.
"Ajaran Premillennialisme itu mengutamakan tanggung jawab jemaat untuk
mengabarkan Injil kepada seluruh dunia dan hubungan tugas itu dengan
kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua kali. Ajaran itu membenarkan bahwa sisa
orang Israel akan kembali ke tanah air mereka serta mendirikan negaranya di
sana. Andaikata kembalinya bangsa Israel ke tanah air mereka tidak
dinubuatkan dalam Alkitab, tentunya hal itu sangat luar biasa, sebab
Alkitab adalah kitab yang dianggap orang adi kodrati (super natural); sebab
biasanya apabila suatu bangsa dikalahkan dan diusir dari tanah airnya,
mereka tidak dapat kembali lagi. Ajaran itu juga membenarkan hukuman
melalui masa kesengsaraan atas bangsa-bangsa dunia ini, yang kemudian
diikuti oleh "Waktu pemulihan segala sesuatu". Di luar tinjauan
Premillennialisme sejarah dunia merupakan suatu rahasia dan kebodohan.
"Orang yang menurut ajaran Premillennialisme wajib mengetahui pesan
Kristus kepada jemaat-Nya yang harus dilaksanakan dalam masa antara Tuhan
Yesus naik ke sorga sampai saat Ia akan datang kembali. Pesan itu ialah
'Kamu akan menjadi saksi-Ku ... sampai ke ujung bumi', yang dikatakan-Nya
sebelum Ia naik ke sorga. Lalu malaikat berkata kepada murid-murid Yesus
pada waktu itu: 'Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan
datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke
sorga', Kisah 1:8,11.
"Orang Kristen yang menuruti ajaran Premillennialisme memperhatikan
benar-benar tugasnya pada masa ini dan tidak kuatir terhadap hal-hal yang
akan datang. Ia melihat serta mengerti segala sesuatu yang terjadi di
dunia ini sebagaimana adanya, dan ia bersuka cita dalam pengharapan akan
kedatangan Tuhan yang kedua kali. Ia seorang yang rajin melakukan segala
kewajibannya sebagai orang Kristen, dan ia tidak dibingungkan oleh
keributan yang melanda dunia ini. Ia insaf bahwa sejarah dunia tentu akan
menggenapkan kehendak Tuhan.
"Ajaran Premillennialisme membedakan nilai hal-hal yang kekal dengan
yang tidak kekal. Suatu pengadilan umum pada akhir masa ini merupakan hal
yang samar-samar bagi sebagian besar orang Kristen. Di samping itu mereka
tidak merasakan pentingnya pengadilan semacam itu sehingga mereka
menganggap masih ada banyak waktu untuk bersiap-siap menghadapi pengadilan
itu".
Namun, kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali itu dapat terjadi pada
saat kapan saja dan Ia sendiri yang akan datang, jadi hal ini menyatakan
betapa penting dan hebatnya saat kita sekalian harus menghadap takhta
pengadilan Kristus, dan mungkin kita segera dipanggil ke situ untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan kita, 1Korintus 3:9-15;
2Korintus 5:9-11; Roma 14:10.
Oleh sebab orang Kristen harus menghadap takhta pengadilan Kristus, hal
itupun patut menimbulkan keinsafan bahwa kehidupan kita adalah suatu amanat
suci daripada Allah. Oleh sebab itu kita harus merebut tiap-tiap
kesempatan hari demi hari untuk mempermuliakan dan melayani Allah. Ajaran
Premillennialisme membenarkan pepatah, "Hanya ada satu kehidupan bagi kita
yang akan cepat berlalu, tetapi yang kita buat untuk Kristus tak akan
berlalu". Hanya emas, perak, dan batu-batu indah yang tahan uji pada waktu
pengadilan Kristus.
"Ajaran Premillennialisme membenarkan pengajaran Alkitab bahwa kita
janganlah mementingkan hal-hal duniawi, baik berkat-berkatnya maupun
kepahitan-kepahitannya yang menyebabkan putus asa. Semua itu tidak
sebanding dengan kemuliaan yang akan diberikan kepada anak-anak Allah.
Jadi, baiklah kita tetap giat di dalam pekerjaan kita tanpa memperdulikan
balasan dari dunia ini, baik pujian maupun kecamannya. Yang kita rindukan
hanyalah perkataan Tuhan kepada kita: 'baik sekali perbuatanmu itu, hak
hambaku yang baik dan setia'.
"Jelas kepada kita, bahwa asas Premillennialisme memusatkan perhatian
kita kepada nilai-nilai yang sejati. Ajaran itu menekankan tanggung jawab
kita dan pahala-pahala bagi orang-orang yang setia. Perumpamaan tentang
talenta (Matius 25:14-30) dan perumpamaan tentang uang mina (pasal
Lukas 19:11-27) adalah hal-hal yang sangat penting bagi orang Kristen
yang berpegang pada Premillennialisme. Janji Tuhan Juruselamat, kepada
kita adalah, "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk
membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya, Wahyu 22:12.
"Ajaran Premillennialisme menekankan bahwa kita, orang Kristen, memiliki
dua kewarganegaraan. Alkitab mengatakan bahwa kita adalah warganegara dari
suatu negara, tetapi juga warganegara dari kerajaan Allah. Prinsip-prinsip
kewarganegaraan dunia ini diterangkan dalam Roma 13:1-7 dan
1Petrus 2:13-17. Pemerintahan manusia dibentuk oleh Allah untuk
kebaikan manusia, dan mereka yang memerintah harus bertanggung jawab kepada
Allah. Orang Kristen wajib mentaati undang-undang negara, menghormati yang
berwajib serta menjadi warganegara yang baik, sebagai saksi Kristen.
"Orang Kristen juga harus menginsafi bahwa pemerintahan manusia dibatasi
oleh yang Mahakuasa. Rasul Petrus mengatakan, "Tunduklah, karena Allah,
kepada semua lembaga manusia" (1Petrus 2:13), juga dihadapan Mahkamah
Agama bangsa Yahudi, 'Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada
manusia' (Kisah 5:29). Dengan kata lain Rasul Petrus menuntut
haknya untuk mengabarkan Injil, tetapi ia mengakui bahwa dapat juga ia
diusir dari kabah ketika ia mengabarkan Injil.
"Pada saat seseorang percaya kepada Tuhan Yesus, saat itulah ia menjadi
warganegara kerajaan Allah. Kolose 1:13 mengatakan bahwa Allah
'memindahkan kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang kekasih'. Orang-orang
yang percaya adalah 'anak-anak kerajaan' (Matius 13:38) walaupun pada
waktu ini Raja itu belum datang. Jikalau mereka itu tidak dilahirkan
kembali tentu mereka tidak dapat melihat kerajaan Allah (Yohanes 3:3).
Oleh sebab mereka menjadi warganegara Kerajaan Allah, maka patutlah mereka
mencari lebih dahulu hal-hal tentang kerajaan itu (Matius 6:33).
"Tujuan kewarganegaraan surga ialah memberitahukan tentang Yesus
Kristus, bahwa Ia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan di samping itu
melaksanakan kewajibannya sebagai warganegara tanah airnya. Kita patut
'tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela
di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia'
(Filipi 2:15). Orang Kristen bertanggung jawab kepada pemerintahan
manusia dan kepada kerajaan Allah, itulah yang ditekankan oleh ajaran
Premillennialisme.
"Ajaran Premillennialisme memberi dorongan yang kuat sekali dalam hal
kesucian hidup dan pengharapan pada masa ini. Kita diajar untuk tidak
berkuatir tentang sesuatu, tetapi hal itu tidak berarti bahwa kita harus
bersikap tidak peduli. 1Yohanes 3:2,3 mengatakan: 'Akan tetapi kita
tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama
seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama
seperti Dia yang adalah suci.' Banyak nasihat mengenai hal itu di dalam
Alkitab. 'Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia
sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan
beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan
pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang
Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan
diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk
menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin
berbuat baik,' Titus 2:11-14. Demikian pula 2Petrus 3:11-14. Dan
1Tesalonika 5:1-11 menyatakan dengan tegas bahwa orang-orang yang percaya
ialah 'anak-anak terang' dan mereka wajib berjaga-jaga dan bersiap
menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali.
"Kepada hamba yang setia dan taat pada pujian, 'Berbahagialah hamba,
yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang'
(Matius 24:46). Tetapi ayat-ayat yang berikut ini merupakan peringatan
yang keras: 'Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam
hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba
lain, dan makan-minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu
akan datang pada hari yang tidak disangka-sangkanya, dan pada saat yang
tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan
orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi'
(Matius 24:48-51). Oleh sebab kedatangan Tuhan sudah dekat, hendaklah
orang Kristen yang Premillenial itu berhati-hati, jangan saling memukul
dengan teman-temannya yang sama-sama melayani Tuhan.
"Bagi anak-anak terang kedatangan Tuhan yang sudah dekat itu bagaikan
pelita dalam malam yang gelap. Hal itu memberi kesabaran kepada-Nya
seperti yang dikatakan oleh Tuhan, 'Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan
memperoleh hidupmu', Lukas 21:19. Hal itu patut mengajar kita menjadi
rajin dan hidup suci. Kita mengingat perkataan Tuhan, 'Berjaga-jagalah
senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari
semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri dihadapan Anak
Manusia, Lukas 21:36.
"Kedatangan Tuhan yang dapat terjadi pada setiap saat itu ditegaskan
oleh perkataan ini: 'Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan
angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat' Lukas 21:28.
"Ajaran Premillennialisme memberikan pandangan yang patut mengenai
penciptaan dan kesudahan segala sesuatu, memberikan arti kepada sejarah
dunia, memberikan dorongan bagi pelayanan, menyatakan perbedaan nilai
hal-hal yang kekal dengan yang tidak kekal, menginsafkan kita akan tanggung
jawab dunia ini dan juga sebagai warganegara kerajaan Allah, serta
memberikan dorongan kepada kita untuk hidup suci dan untuk tetap berpegang
kepada pengharapan kita pada akhir zaman ini.
"Orang yang berpegang pada ajaran Premillennialisme bukanlah orang yang
pesimis (yang selalu berpengharapan/berpandangan tidak baik dalam
menghadapi segala hal), melainkan ia adalah orang yang optimis (yang selalu
berpengharapan/berpandangan baik dalam menghadapi segala hal).