Doa Bagi Negara Sudan
Sekitar 30 orang percaya di antara penduduk Sudan telah dilatih
mengenai penginjilan dan pelayanan outreach. Minggu berikutnya,
mereka melakukan perjalanan ke wilayah yang dulunya menjadi zona
perang untuk memberitakan Kabar Baik keselamatan Yesus Kristus.
Bergabunglah dengan para pekerja Kristen di Sudan dalam doa
agar umat percaya di Sudan dapat terus menerapkan apa yang telah
mereka pelajari sehingga benih-benih yang ditanam melalui kesaksian
mereka dapat bertumbuh dan menghasilkan panenan yang berlimpah.
Sumber: http://www.sudan101.com
Ada 18 orang pria dan wanita yang lulus dan memperoleh sertifikat
dari Southwestern Baptist Theological Seminary, tanpa pernah
sekalipun membuka buku catatan atau menulis paper. Di sebuah wilayah
yang terpencil di negara Sudan bagian selatan terdapat sebuah
Sekolah Alkitab yang mengajar para pemimpin gereja lokal tanpa
menggunakan buku panduan, buku catatan ataupun pensil. Alat yang
dibutuhkan para murid hanyalah telinga untuk mendengar, mata untuk
melihat, dan suara yang dapat didengar. Para misionaris
International Mission Board dan Kenya Baptist mengajarkan Alkitab
secara oral [lisan]. "Tingkat kelima adalah tingkat pendidikan
tertinggi yang dicapai para murid." kata Tom Ogalo, misionaris dari
Kenya Baptist. "Seluruh budaya mereka secara turun-temurun
didasarkan dari kebiasaan oral. Karena itu masuk akal jika kita
mulai mengajarkan pendidikan teologia secara oral."
Pelatihan orang Kristen dalam suatu masyarakat yang mayoritas
penduduknya buta huruf merupakan tantangan yang serius bagi para
misionaris. Southwestern Baptist Theological Seminary, di Fort
Worth, Texas, bekerja sama dengan IMB untuk menemukan cara-cara
dalam memperlengkapi orang-orang yang belajar secara oral mengenai
kebenaran-kebenaran Alkitab. Banyak misionaris di seluruh dunia
menggunakan metode 'Menceritakan/Mengajar Alkitab secara Kronologis'
(Chronological Bible Storying) yang pertama-tama diperkenalkan oleh
New Tribes Mission. Konsep ini mengajarkan dengan menceritakan
kisah-kisah Alkitab secara kronologis dan disampaikan beberapa kali
serta menghubungkan setiap kisah dengan kisah berikutnya dan juga
tema/isu teologisnya. Ketika Injil tersebar dengan sukses dalam
budaya oral dengan menggunakan konsep tersebut, para misionari
menghadapi tantangan baru. Mereka perlu memperlengkapi para petobat
baru dengan peran kepemimpinan untuk mengelola gereja-gereja yang
sedang dirintis.
Sumber: NEWSBRIEF--2002-08-15
Para pendeta di Sudan sedang merencanakan untuk mengadakan
penginjilan outreach. Tetapi, realisasi rencana itu harus menunggu
sampai perdamaian bisa diciptakan di negara yang masih mengalami
perang saudara selama bertahun-tahun ini. Ketika perundingan-
perundingan negosiasi perdamaian terus berlanjut, penginjil Amerika,
Sammy Tippit, mengirim berita dari Afrika bahwa sebuah konferensi
pendeta diadakan di Khartoum. "Para pendeta ini merasa bahwa saat
ini menjadi persiapan rohani yang sangat bagus jika akhirnya
perdamaian bisa diciptakan di negara ini. Dengan demikian akan
terbuka luas kebebasan untuk menyebarkan Injil. Salah satu hal yang
mereka katakan kepada saya adalah, mereka meminta saya untuk
menyebarkan dan mengunjungi seluruh wilayah Sudan untuk mengadakan
pertemuan-pertemuan penginjilan." Tippit mengatakan bahwa orang-
orang Kristen harus bekerja cepat begitu perdamaian itu bisa
dicapai. "Saya pernah mengalaminya di wilayah-wilayah lain, tahun
pertama dan tahun-tahun berikutnya adalah tahun-tahun dimana orang-
orang akan sangat terbuka untuk Injil. Ketika hal-hal itu terlihat,
maka saat itu jendela kesempatan untuk melakukan penginjilan terbuka
lebar."
[Sumber: Mission Network News, February 2nd, 2004]
Pokok Doa:
Misionaris asli Sudan merupakan kunci untuk membangun strategi
pelayanan di Sudan. Meredanya perang di Sudan telah membuka jalan
bagi SIM International untuk memulihkan pelayanan mereka di wilayah
Selatan. Steve Strauss perwakilan dari SIM mengatakan bahwa mereka
berpikir secara strategis dan Tuhan telah membuka banyak pintu:
"Karena selama bertahun-tahun mengalami kehancuran akibat perang,
banyak infrastruktur yang hancur total. Kami sudah merencanakan dan
memikirkan banyak hal serta mendapat undangan untuk membantu
pembangunan kembali infrastruktur pendidikan yang telah hancur." Hal
tersebut sangat menyenangkan, kata Strauss, karena dalam proyek
tersebut tidak hanya misionaris Barat yang terlibat. SIM bekerja
sama dengan gereja-gereja Afrika agar mengutus misionaris-misionaris
mereka. "Kami merekrut misionaris dari Ethiopia, Nigeria, dan
pengajar-pengajar lain untuk melayani sebagai guru sekaligus
penginjil. Mereka akan menjadi guru Sekolah Dasar, namun mereka juga
menjadi penginjil. Bersama-sama dengan para misionaris yang bekerja
di lapangan, mereka dapat membantu gereja-gereja di Sudan Selatan
untuk berdiri dengan kokoh kembali."
Sumber: Mission Network News, June 6th 2005
Sudan--Sudan menolak resolusi perdamaian yang diajukan PBB.
Akibatnya, upaya menghentikan pembantaian yang terjadi di Darfur
menjadi tidak pasti. Lindsay Vessey dari Open Doors` Advocacy
Coordinator menyatakan bahwa orang-orang Kristen menjadi lebih
mewaspadai tragedi di Sudan ini, baik yang terjadi di Utara maupun
di Darfur. Dalam waktu dekat mereka akan mengadakan dua aksi
kampanye, yang pertama adalah kampanye mobilisasi doa agar gereja
yang teraniaya dapat berhubungan dengan gereja di Barat. "Kedua,
bisa dibilang kami melakukan kampanye melalui surat elektronik
(e-mail) dengan Sekjen PBB Kofi Annan dan memberi tahu dia apa yang
terjadi dengan orang-orang Kristen di Sudan," sambungnya lagi.
Vessey juga menyatakan bahwa kampanye tersebut merupakan kesempatan
untuk melakukan aksi solidaritas. "Kami semua adalah tubuh Kristus,
dan sering kali di gereja Barat, kami hanya memikirkan tentang
`kami` dan `mereka`. Yang diingini Tuhan bukanlah kami mengurus diri
kami sendiri, dan mereka mengurus diri mereka sendiri, dan tidak ada
yang lebih baik yang bisa kami lakukan selain menguatkan mereka
dalam masa-masa sulit. Permohonan pertama yang diminta orang-orang
Kristen teraniaya di seluruh dunia adalah doa kita.
[Sumber: Mission Network News, September 2006]
Pokok Doa:
Etiopia dan Sudan -- Pertumbuhan gereja dan penginjilan di Etiopia
dan Sudan yang demikian pesat membuat misionaris dari Nazarene,
Howie Shute, menyebutnya sebagai pergerakan Tuhan paling besar yang
pernah ia lihat seumur hidupnya. "Gereja-gereja telah memunculkan
gereja-gereja lain yang juga memunculkan sejumlah gereja lainnya
lagi." Organisasi Nazarene di distrik selatan pusat (termasuk di
dalamnya Etiopia dan Sudan) melaporkan munculnya dua ratus gereja
sepanjang satu setengah tahun terakhir. Sebagai tambahan, lebih dari
lima puluh kelompok PA juga sedang dalam proses mendirikan gereja.
"Ada begitu banyak penginjil di jalanan dan di berbagai pelosok
wilayah. Semuanya mengadakan pengajaran Alkitab dan pembangunan
gereja," katanya. "Mereka tetap berjalan meski dana kurang
mencukupi." Denominasi itu berharap dapat mendirikan lebih dari
empat ratus gereja baru untuk tahun ini, sementara para pemimpin
gereja Etiopia telah menyebut target seribu gereja baru. "Pendeta-
pendeta dan kongregasi-kongregasi telah mengalami penganiayaan,
namun mereka tetap beriman akan panggilan Tuhan untuk memberitakan
berita ini," kata Shute. "Mujizat Pentakosta mempertobatkan tiga
ribu orang dalam sehari, namun kita di sini mempunyai 20.000 orang
yang selama sehari berdoa agar dosa mereka diampuni."
[Sumber: PULPITHELPS, Vol.31 No.6, Juni 2006]
Pokok Doa:
Perayaan satu tahun damai di Sudan membawa perkembangan baru dalam
misi pada Januari 2005, perjanjian damai Sudan yang legendaris
langsung membawa dampak. Kemerdekaan wilayah Selatan tercapai lewat
pembentukan pemerintahan mandiri. Wakil organisasi SIM, Steve
Strauss mengatakan bahwa terbuka kemungkinan adanya kesempatan
sampai Pemilu berikut pada tahun 2011. "Kami mengirimkan tim-tim
yang akan melibatkan kelompok misionaris dari Ethiopia dan Nigeria.
Mereka inilah yang akan masuk, terutama untuk membantu membangun
kembali infrastruktur pendidikan, sebagai guru SD namun kemudian
juga melayani sebagai penginjil-pengajar untuk membantu merawat dan
membangun gereja-gereja di Sudan." Strauss berkata kepada mereka
yang terlibat pelayanan bahwa ada banyak hal yang perlu didoakan
mengingat Sudan baru saja mengalami pemulihan setelah 21 tahun
perang saudara. "Adalah penting bahwa situasi di Darfur tidak
mempengaruhi keterbukaan terhadap Injil yang telah terjadi di
wilayah selatan."
Kekerasan di Darfur, Sudan, terus terjadi. Sejumlah 200.000 orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Tapi situasi di Sudan bagian selatan tampaknya telah kondusif. Namun begitu, Todd dari Voice of the Martyrs mengatakan bahwa kebutuhan akan bantuan kemanusiaan semakin meningkat. Voice of the Martyrs mencoba membantu dengan mengadakan sebuah program yang disebut "Blanket and a Bible". Ia menjelaskan, "Banyak orang mengirimi kami selimut -- bekas tapi masih seperti baru. Mereka semua mengirimi selimut -- selimut dan uang sejumlah dua dolar untuk membayar ongkos kirim. Kami akan ke Sudan. Kami akan memberikan semua itu bersama dengan Alkitab dalam bahasa yang dapat mereka mengerti." Bagi orang-orang Kristen di sana, selimut dan Alkitab merupakan sebuah berkat yang luar biasa. Ia juga menambahkan bahwa mereka membantu gereja dalam menyebarkan Injil. "Orang-orang Kristen di sana akan mengambil selimut itu secara bergiliran dan membaginya dengan orang-orang non-Kristen di lingkungan mereka sambil berkata: "Saudara-saudara seiman kami di Amerikalah yang mengirim selimut ini. Kami ingin membaginya bersama kalian sebagai perwujudan kasih Kristus."
Diterjemahkan dari | : | Mission News, Agustus 2007 | Berita selengkapnya | : | http://www.MNNonline.org/article/10242 |
Pokok Doa
Berdoa agar situasi aman di Sudan dapat segera terwujud. Kiranya Tuhan terus ikut campur dalam menolong pemerintah agar bisa mengendalikan situasi.
Bersyukur untuk setiap orang yang telah mengumpulkan selimut dan Alkitab yang akan dikirim ke Sudan. Biarlah hal ini menjadi berkat besar yang akan menguatkan orang-orang yang sedang kekurangan di sana.
Pesawat-pesawat pemerintah kembali memenuhi angkasa setelah persetujuan perdamaian di daerah Darfur, Sudan dilanggar. Saat ini para penduduk tengah mengungsi ke daerah utara. Jacob dari Christian Reformed World Relief Committee menyatakan bahwa perubahan kondisi itu memperumit pekerjaan mereka. "Transportasi menjadi masalah bagi kami. Adakalanya kami tidak bisa menggunakan kendaraan kami dan orang-orang harus pergi ke tiga tempat di mana kami bekerja. Mereka harus menggunakan gerobak yang ditarik oleh lembu atau keledai sehingga memakan lebih banyak waktu." Ketika ditanya mengenai bagaimana pekerjaan mereka bisa berubah menjadi pelayanan, Jacob mengatakan, "Datanglah ke sana. Anda akan melihat tiga juta penduduk yang sangat bergantung pada bantuan pangan. Bagi mereka, organisasi Kristen yang menyadari kekurangan itu memberikan harapan besar. Organisasi yang membawa harapan seperti itu merupakan saksi Injil yang sangat kuat.
[Sumber: Mission Network News, Januari 2007]
Pokok Doa:
Banyak orang Sudan Kristen yang rindu untuk menjangkau saudara-saudari mereka yang tinggal di daerah utara dan beragama lain. Dilatarbelakangi doa dan hampir tidak berbuahnya pelayanan yang dilakukan, sebuah panen di antara orang-orang Sudan beragama lain yang tinggal di daerah utara nampaknya mulai terjadi. Perkiraan jumlah pemeluk agama lain yang telah menjadi Kristen berkisar antara 200 sampai 2.000 orang. Banyak orang percaya bahwa inilah saatnya Tuhan melawat Sudan.
Selama lebih dari tiga puluh tahun, gereja di Sudan Selatan berkembang sangat baik di tengah aniaya. Para pelayan Tuhan bersukacita melihat keterbukaan orang-orang Sudan yang beragama lain akan Injil. Perjanjian damai sementara ini mengendalikan hal-hal buruk yang mungkin terjadi menjelang pemilihan umum tahun 2011. Dalam masa damai yang sepertinya hanya sementara ini, Sudan Utara lebih terbuka terhadap bantuan kemanusiaan. Bahkan di Darfur, di mana tidak ada saksi orang Kristen sama sekali di antara kira-kira lima juta orang, laporan mengenai keterbukaan akan Injil terus mengalir. Panen Kristen di Darfur sepertinya terus meningkat setiap tahunnya.
Kini di Sudan Utara, termasuk di Darfur, orang-orang Kristen dari Sudan Selatan, misionaris asing, dan sejumlah kecil orang percaya yang dulunya beragama lain, dengan penuh semangat bekerja untuk membangun relasi, menanam benih, dan memanen sebelum ketidakjelasan keadaan yang mungkin terjadi pada 2011 nanti. Pertanyaannya sekarang: "Akankah Sudan Utara bersatu, memisahkan diri, atau menenggelamkan Sudan lebih lagi ke kedalaman perang?" (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Judul buletin | : | Body Life, Edisi Februari 2008, Volume 26, No. 2 |
Judul asli artikel | : | Good News of the Harvest |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Lake Avenue Church, California 2008 | Halaman | : | 1 |
Pokok doa:
Christian Solidarity International (CSI) melaporkan bahwa mereka mampu membebaskan 232 budak -- orang-orang dari suku Dinka yang beragama non-Muslim dan berkulit hitam -- dari juragan-juragan Arab di Darfur dan sekitar Kordofan. Budak yang sudah bebas itu kemudian dikembalikan ke tanah kelahiran mereka di Sudan bagian selatan. Perbudakan orang-orang Sudan itu terjadi saat aksi-aksi agama dilakukan oleh milisi Arab yang disokong oleh pemerintahan Sudan pada masa setelah perang sipil Utara dan Selatan (1983 -- 2005). Para budak yang bebas itu mengatakan bahwa mereka selama ini menjadi sasaran pemukulan, ancaman pembunuhan, perkosaan, dan pemaksaan untuk berpindah agama. Beberapa mengatakan bahwa mereka menyaksikan sesama mereka dieksekusi. CSI menyatakan bahwa kira-kira 35 ribu orang Afrika dari suku Dinka masih diperbudak hingga hari ini. (t/Dian)
Diterjemahkan dari:
Nama buletin | : | Body Life, Edisi Juli 2009, Volume 27, No. 7 |
Nama kolom | : | World Christian Report |
Judul asli artikel | : | Sudan: Aid Group Frees Slaves |
Penerbit | : | 120 Fellowship adult class at Lake Avenue Church, Pasadena |
Halaman | : | 3 |
Pokok Doa:
Doakan 35 ribu orang Afrika dari suku Dinka yang masih diperbudak hingga hari ini, agar Tuhan memberi pengharapan, kekuatan, dan penghiburan kepada mereka.
Doakan juga CSI yang sedang berupaya untuk membebaskan orang-orang Dinka yang masih diperbudak, agar Tuhan memberi hikmat untuk membebaskan para budak tersebut sehingga mereka boleh kembali ke negaranya masing-masing.
Pemilu-pemilu di Sudan sudah berakhir. Peristiwa ini merupakan peristiwa penting dari Persetujuan Damai Komprehensif tahun 2005 yang mengakhiri pertikaian antara wilayah utara dan wilayah selatan Sudan selama 2 dekade. LD dari Words of Hope menjelaskan kepentingan historis pemungutan suara tersebut. "Ini adalah kali pertama orang Sudan Selatan dapat memilih perwakilan mereka, paling tidak untuk parlemen daerah dan pegawai-pegawai lainnya di Sudan Selatan yang berpusat di Juba." Pemilu-pemilu ini juga mengawali pemungutan suara tentang kemerdekaan yang dijadwalkan berlangsung pada bulan Januari 2011 di Selatan. "Tampaknya, rasa ketidakpercayaan warga Sudan Selatan terhadap perwakilan di Khartoum mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga sebagian merasa bahwa jalan yang terbaik adalah berpisah." Sejauh ini, pemungutan suara telah berjalan dengan damai. walaupun terdapat beberapa kebingungan pada awal pemungutan suara. Pemilu dibayangi ancaman kekerasan. LD berkata bahwa tim mereka berdoa agar pintu-pintu terus terbuka bagi Injil. "Words of Hope menginjili daerah D dan N Sudan Selatan. Words of Hope akan terus mengawasi laporan dari orang-orang kami."
Sumber: Mission News, April 2010
[Selengkapnya: http://www.mnnonline.org/article/14109]
Pokok doa:
Doakan untuk pelayanan Words of Hope untuk menjangkau warga Sudah Selatan, terkhusus di wilayah D dan N dengan Injil, agar Tuhan memampukan dan melindungi mereka yang terlibat di dalamnya.
Doakan juga agar Tuhan menggerakkan lebih banyak orang untuk berdoa bagi penginjilan di Sudan Selatan dan memampukan mereka untuk tetap bertekun di dalam doa dan pengharapan.