Banyak orang yang kembali ke negara asalnya, setelah tinggal di negara lain beberapa waktu, berpendapat bahwa mereka akan merasa "betah" lagi secara otomatis di negara mereka. Tetapi ternyata tidak selalu demikian. Bahkan, mereka sering merasa asing di negara sendiri dan menjadi tidak kerasan. Tanpa mereka sadari, timbul dalam diri mereka suatu sikap negatif terhadap budaya asalnya. Mereka mulai suka mengkritik, misalnya mengenai lalu lintas yang macet, orang-orang yang tidak mau antri, sistim komunikasi yang sering tidak lancar, dan lain sebagainya. Belum lagi masalah disiplin kerja atau kebersihan yang kurang mendapat perhatian. Mengapa hal ini dapat terjadi?
Setiap orang yang pernah meninggalkan budaya asalnya dan tinggal di negara yang budayanya berbeda, akan mengalami "guncangan budaya". Guncangan budaya ini akan dialami oleh orang-orang yang meninggalkan hal-hal yang biasanya mereka hadapi, dan kini menghadapi hal-hal yang baru. Mungkin Anda masih ingat saat pertama kali Anda harus mendaftarkan diri di universitas atau saat pertama kali Anda terpaksa minta tolong kepada orang lain untuk melakukan sesuatu yang tampaknya sangat sederhana. Atau Anda masih ingat saat Anda merindukan nasi dan bukannya hamburger, pizza, atau makanan asing lainnya. Karena Anda masih baru dan belum berpengalaman, semuanya itu dapat menyebabkan Anda stres.
Tetapi, lama-kelamaan Anda dapat menyesuaikan diri dengan budaya yang baru ini. Pendaftaran ulang di kampus tidak lagi menakutkan bagi Anda. Anda tidak perlu minta tolong kepada orang lain untuk sesuatu yang tadinya tidak dapat Anda lakukan. Bahkan Anda mulai menyukai makanan yang berbeda dengan makanan asal Anda. Dengan bertambahnya pengalaman, Anda tidak merasa takut atau malu lagi. Anda mulai menikmati kehidupan di negara yang baru ini. Ada banyak hal yang pada mulanya terasa aneh atau asing, sekarang menjadi biasa bagi Anda. Anda telah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Anda berubah!
Ketika Anda kembali ke Indonesia, tanpa Anda sadari Anda telah berubah. Anda merasa seperti orang yang berbeda dari saat Anda pertama kali berangkat. Budaya Anda yang baru telah memengaruhi Anda bukan hanya dalam hal yang positif, melainkan juga dalam hal yang negatif. Dan mungkin selama Anda berada di luar negeri, budaya Indonesia pun mengalami perubahan. Anda mengira bahwa Anda akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Namun, Anda pasti terkejut! Dugaan Anda meleset. Anda merasa asing di negara Anda sendiri. Anda mulai merasa tertekan. Pengalaman ini disebut "reverse culture shock" (guncangan budaya yang membalik).
Pada waktu Anda kembali ke Indonesia, Anda mau tak mau menyesuaikan diri dengan situasi yang Anda hadapi. Anda harus berubah. Semakin lama Anda tinggal di luar negeri, semakin lambat biasanya proses penyesuaian ini. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena Anda akan dapat mengatasinya.
Guncangan budaya yang membalik ini merupakan suatu pengalaman yang umumnya dialami oleh orang-orang yang pernah tinggal di luar negeri dan kemudian kembali ke negara asalnya. Guncangan ini tidak dapat dihindari atau Anda anggap sepele. Pada waktu Anda merasa siap menghadapi proses ini, pada waktu itu pula Anda mulai merasa frustrasi atau bersikap negatif. Bila Anda bersikap demikian, ingatlah bahwa ini terjadi karena guncangan budaya yang membalik. Dengan berlalunya waktu, guncangan ini akan hilang dengan sendirinya.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang penting Anda miliki bila Anda ingin berhasil menyesuaikan diri dengan budaya Anda yang lama dengan cepat.
Hubungan Pribadi dengan Tuhan Menjadi Tawar dan Biasa
Anda kembali ke Indonesia dengan suatu visi untuk melayani Tuhan. Anda ingin dipakai oleh Tuhan dan terbeban untuk melihat kemuliaan-Nya dinyatakan melalui Anda. Yang menjadi masalah, sejak Anda tinggal lagi di Indonesia, visi ini sulit dilaksanakan. Visi yang begitu jelas sebelum Anda kembali, semakin lama semakin kabur dan mulai membuat Anda frustrasi. Bahkan jika Anda tidak berhati-hati, Anda bisa menjadi marah terhadap Tuhan. Mengapa hal ini dapat terjadi?
Pertama, banyak orang yang kembali dari luar negeri memiliki visi yang tidak realistis. Mereka bersikap terlalu ideal. Karena itu, cobalah membuat sasaran-sasaran yang realistis. Mintalah nasihat dari mereka yang pernah mengalami proses penyesuaian ini untuk mengetahui apakah visi Anda realistis atau tidak. Rasa kecewa dapat timbul karena tujuan yang tidak tercapai.
Kedua, visi ini akan menjadi kabur bila Anda selalu menyendiri atau bergaul dengan orang-orang yang memiliki visi yang berbeda dengan Anda. Anda perlu melibatkan diri dalam suatu persekutuan atau gereja yang dapat menolong Anda mengembangkan visi Anda. Bila Anda melakukannya seorang diri, Anda dapat "mati" secara rohani. Kita semua adalah anggota-anggota Tubuh Kristus. Kita saling membutuhkan. Janganlah menunggu sampai Anda diundang. Ambillah inisiatif dan carilah persekutuan atau gereja yang cocok dengan Anda yang akan menolong Anda bertumbuh dan melayani Tuhan.
Usahakan Anda tetap melakukan saat teduh secara teratur karena hal itu penting bagi Anda. Anda memerlukan makanan rohani dari firman Tuhan setiap hari, khususnya selama masa penyesuaian ini. Bila saat teduh Anda membosankan atau bahannya tidak cocok lagi bagi Anda, cobalah metode baru. Dengan menyediakan banyak waktu untuk membaca firman Tuhan, akan timbul keinginan untuk menyelidikinya lebih dalam lagi.
Kesepian karena Jauh dari Teman-Teman Lama dan Rindu akan Hal-Hal yang Ditinggalkan
Selama beberapa tahun terakhir, Anda mungkin bergaul erat dengan teman-teman yang baru. Tetapi ketika Anda kembali ke negara asal, Anda terpaksa meninggalkan mereka dan mulai membina hubungan dengan orang-orang yang baru, padahal teman-teman lama Anda ini sangat berarti bagi Anda.
Anda hendaknya menyadari bahwa Tuhan juga mampu memberikan pengganti mereka, sama seperti Tuhan telah memberikan teman-teman baru pada saat Anda pertama kali tiba di luar negeri, Ia juga akan memberikan teman-teman baru pada saat Anda berada kembali di Indonesia. Jadi, janganlah Anda menjauhkan diri dari pergaulan; berusahalah bergaul dengan banyak orang. Mungkin ada di antara mereka yang dangannya Anda dapat menjalin persahabatan. Beranikan diri Anda untuk masuk ke dalam pergaulan yang baru.
Bila Anda meninggalkan seorang kekasih di luar negeri, Anda akan sangat merindukannya. Perasaan ini wajar. Dengan mengirim surat atau menelepon, tekanan yang Anda rasakan akan berkurang. Yang penting Anda selalu menghubunginya. Bila Anda jarang menghubunginya, Anda akan cenderung berpikiran negatif. Anda mungkin mengira bahwa ia telah melupakan Anda; mungkin ia sedang mengalami musibah. Atau mungkin ia sudah menemukan kekasih yang baru. Prasangka-prasangka seperti ini dapat diatasi dengan mengadakan kontak dengan secara teratur.
Bila Anda bertemu dengan teman-teman yang juga pernah mengalami hal yang sama dengan Anda, ini dapat menolong Anda mengobati rasa rindu Anda. Berdoalah supaya Tuhan mempertemukan Anda dengan mereka. Dengan berbagi rasa, beban kita akan terasa lebih ringan. Satu hal lagi yang akan menolong Anda untuk menghilangkan rasa rindu adalah dengan pergi ke tempat-tempat yang serupa dengan tempat-tempat yang biasa Anda kunjungi di luar negeri. Misalnya, kalau Anda dulu sering bertemu dengan teman-teman Anda di McDonalds, maka sekarang kunjungilah tempat seperti itu dengan teman-teman Anda yang baru. Yang perlu diingat adalah carilah tempat atau ciptakan suasana serupa yang dapat menolong Anda mengingat semua hal yang telah Anda tinggalkan atau paling tidak yang dapat menghibur Anda.
Stres karena Kembali Tinggal dengan Keluarga Anda
Selama Anda tinggal di luar negeri, Anda mendapat kesempatan untuk hidup mandiri dan bebas mengatur hidup Anda sendiri. Tetapi sekarang Anda mungkin kembali tinggal dengan keluarga Anda. Mereka mungkin memperlakukan Anda seperti anak yang masih perlu diatur. Mereka masih ingat keadaan Anda sebelum berangkat ke luar negeri. Rupanya mereka pun perlu waktu untuk menyadari bahwa Anda sudah dewasa dan pernah hidup mandiri. Cobalah menerima kenyataan ini dan tunjukkan sikap kristiani kepada orang tua Anda kalau memang mereka memperlakukan Anda seperti anak yang belum dewasa.
Konsep privasi (keinginan untuk tidak diganggu) di Barat berbeda dengan di Indonesia. Jika Anda ingin sendirian dan tidak ingin diganggu, akan sulit bagi Anda untuk mencari tempat atau kesempatan. Di mana-mana ada orang. Bahkan orang yang sering ingin menyendiri dianggap tidak normal atau sombong. Keluarga Anda mungkin akan sulit mengerti mengapa Anda ingin menyendiri di kamar. Anda mau tak mau menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa Anda tidak akan memperoleh banyak waktu pribadi di sini.
Juga konsep kepemilikan di Barat berbeda dengan konsep kepemilikan di Indonesia. Mungkin anggota keluarga atau teman Anda akan meminjam barang-barang Anda tanpa lebih dulu permisi. Kadang-kadang barang-barang itu cukup lama baru dikembalikan, bahkan kadang-kadang dalam keadaan rusak. Jika Anda merasa terganggu, cobalah memberitahu si peminjam tentang perasaan Anda dengan sopan dan lemah lembut.
Juga jika Anda ingin melakukan saat teduh, membaca Alkitab atau buku rohani, mengikuti suatu persekutuan, keluarga Anda mungkin mencap Anda seorang yang fanatik. Sulit sekali bagi mereka untuk menerima cara hidup ini, sekalipun mereka adalah orang percaya. Anda harus mencoba untuk mengerti mereka dan tidak marah bila mereka bersikap demikian terhadap Anda.
Bicarakanlah masalah-masalah ini dengan keluarga, Anda secara baik-baik. Anda tidak perlu menyediakan waktu khusus untuk membahasnya secara tuntas. Berdoalah supaya Anda diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada mereka apa yang Anda alami dan harapkan. Lama-kelamaan mereka akan mengerti cara hidup Anda dan menerima Anda apa adanya.
Stres karena Sakit-Penyakit
Anda juga harus menyesuaikan diri secara jasmani dengan keadaan di Indonesia. Makanan yang sudah lama tidak Anda makan, kini dapat Anda nikmati kembali dengan bebas. Karena semua makanan terasa enak, Anda mungkin makan terlalu banyak. Kalau Anda senang makanan yang pedas, hati-hatilah supaya Anda tidak memakannya terlalu banyak. Anda bisa sakit perut. Usahakan supaya Anda makan secukupnya. Sedikit demi sedikit tubuh Anda akan menyesuaikan diri dengan makanan yang sudah lama Anda tinggalkan.
Sistem pengobatan di sini pun dapat membuat Anda stres. Bila Anda harus disuntik, mungkin Anda merasa takut kena penyakit hepatitis (sakit kuning) atau penyakit AIDS karena mungkin jarum atau alat suntik (syringe) yang dipakai tidak steril. Anda dapat mengatasi rasa takut ini dengan menanyakan lebih dulu kualitas dokter-dokter yang akan Anda kunjungi pada waktu Anda sakit. Janganlah berharap sistem pengobatan di sini akan sama dengan di Barat. Bila Anda meragukan diagnosis atau pengobatan dokter tertentu, carilah dokter yang lain untuk memastikan penyakit Anda yang sesungguhnya. Dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan supaya Ia menuntun Anda kepada dokter yang tepat. Juga percayakan diri Anda sepenuhnya kepada-Nya karena Tuhanlah yang dapat memberikan kesembuhan yang sempurna.
Stres karena Wabah Materialisme dan Konsumerisme
Sekarang Anda mulai menjalani kehidupan sebagai seorang yang dewasa. Anda memiliki pendapatan sendiri dan bertanggung jawab sepenuhnya di hadapan Tuhan untuk mengatur keuangan Anda secara benar. Stres juga dapat timbul selama proses penentuan standar hidup ini. Karena itu, Anda perlu bertanya kepada Tuhan agar Ia menolong Anda menentukan standar hidup yang tepat bagi seorang percaya sehingga Ia yang dimuliakan melalui kehidupan Anda.
Dua hal lain yang juga dapat membuat Anda stres adalah teman-teman dan masalah kemiskinan. Anda dapat menjadi stres melihat gaya hidup teman-teman Anda. Mereka memunyai mobil, sementara Anda belum memunyainya sama sekali. Anda merasa kekurangan terutama kalau Anda selalu minta diantar dan dijemput. Mereka mengenakan pakaian yang bagus-bagus, sedangkan pakaian Anda sendiri sudah tidak baru lagi dan ketinggalan zaman. Anda selalu merasa kekurangan karena Anda membandingkan diri Anda dengan mereka.
Filsafat dunia mulai memengaruhi gaya hidup Anda sehingga Anda tidak puas dengan apa yang Anda miliki. Anda terdorong untuk membeli segala sesuatu yang baru atau ingin memiliki lebih banyak lagi. Dunia ingin menciptakan suatu sikap hidup yang materialistis dan konsumtif dalam diri Anda. Ini menyebabkan Anda selalu mementingkan yang trendi dan mahal. Kalau Anda tidak memiliki ini dan itu, Anda merasa tidak dianggap oleh dunia ini. Tetapi ingatlah bahwa di mata Tuhan bukan keadaan seseorang yang akan menentukan apakah ia seorang yang baik dan berkenan di hadapan-Nya. Tuhan melihat hati kita (1 Samuel 16:7), bukan milik kita. Jadi, berusahalah menyenangkan hati Tuhan dan bukan manusia.
Masalah kemiskinan juga dapat membuat Anda bingung dan stres. Mungkin Anda bertanya, "Bagaimana seharusnya saya hidup di antara orang-orang yang pendapatannya tidak sebanyak yang saya miliki?" Ketika Anda makan di sebuah rumah makan, mungkin timbul rasa bersalah di hati Anda karena mengetahui bahwa banyak orang yang seharusnya dapat ditolong dengan uang Anda. Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana caranya menghadapi pengemis yang berkeliaran sambil meminta-minta.
Bila Anda menghadapi masalah-masalah seperti ini, mintalah nasihat dari orang-orang yang pernah mengalami hal yang sama. Juga adakan pemahaman Alkitab secara pribadi tentang kemiskinan dan sikap kita dalam menghadapi orang miskin, baik yang sudah percaya maupun yang belum percaya. Jangan lupa membahas tentang pemberian, misalnya berapa banyak dan kepada siapa Anda harus memberi.
Stres karena Pengaruh Gaya Hidup di Kota Besar
Pengaruh gaya hidup di kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya, bila menyebabkan Anda stres. Masalah kepadatan penduduk, lalu lintas yang macet, sampah yang bertebaran di mana-mana, dan pelayanan yang cenderung lambat yang dulunya tidak mengganggu Anda, sekarang dapat membuat Anda merasa jengkel dan ingin marah.
Stres juga bila timbul jika Anda tidak tahu tempat-tempat untuk membeli atau mendapatkan apa yang Anda perlukan. Dan jika Anda memunyai pembantu atau supir, ini pun dapat menimbulkan masalah baru. Mengurus surat-surat yang baru dan memperpanjang surat-surat yang lama dapat membuat Anda stres karena Anda mungkin terpaksa bolak-balik ke kantor pemerintah.
Ingatlah selalu bahwa semua orang yang tinggal di kota besar mengalami hal yang sama. Memang orang-orang yang tinggal di kota kecil juga mengalami stres, tetapi mungkin masalahnya berbeda dengan yang dihadapi orang-orang yang tinggal di kota besar. Yang perlu Anda lakukan adalah tetap bergantung pada Allah dan meminta hikmat kepada-Nya supaya Anda dapat mengatasi masalah-masalah ini. Ada baiknya Anda bertanya kepada teman-teman Anda yang telah melewati masa penyesuaian ini. Percayalah, Anda pasti dapat mengatasinya dan dapat kembali menikmati kehidupan Anda seperti dulu.
Stres yang Menyebabkan Suatu Sikap yang Suka Mengkritik
Orang-orang yang baru kembali dari luar negeri sering mengkritik keadaan di sekitarnya. Sikap negatif ini dapat berkembang pada waktu mereka bertemu dengan orang-orang yang juga mengalami guncangan budaya yang membalik. Jika dibiarkan, sikap ini dapat menghalangi mereka dalam mempercepat proses penyesuaian diri dengan lingkungan mereka saat ini. Jadi, hati-hatilah supaya Anda tidak membiarkan sikap negatif itu menguasai Anda.
Ada orang yang berpendapat bahwa hal-hal yang sudah dikenal dan diketahui adalah yang terbaik. Bila mereka mengalami hal-hal yang baru, sering itu dianggap salah atau kurang cocok bagi mereka. Walaupun sikap yang demikian wajar, namun Anda jangan ikut-ikutan. Anda harus tetap memunyai pandangan yang berbeda. Anda hendaknya menyadari bahwa masa itu akan berlalu.
Yang Anda perlukan selama masa penyesuaian ini adalah sikap yang dewasa. Jangan biarkan sikap suka mengkritik berkembang dan meracuni diri Anda. Sebenarnya di mana pun Anda berada, Anda akan mengalami hal yang sama. Tidak ada tempat atau lingkungan yang sempurna. Selama Anda masih hidup di dunia ini, suka dan duka akan datang silih-berganti. Hanya di surga Anda akan menjumpai tempat tinggal yang sempurna.
Bila Anda bersikap jujur dengan diri Anda sendiri, Anda akan mengakui bahwa selama tinggal di luar negeri pun, Anda mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan yang menyebabkan Anda tertekan. Karena itu, setiap kali Anda ingin memberi respons yang negatif, ulangilah kata-kata yang berikut ini, "Tidak ada yang salah, hanya berbeda." Mengucapkan kata-kata ini dapat menolong Anda mengendalikan diri sehingga Anda dapat melawan pikiran-pikiran yang negatif dan merusak.
Diambil dari:
Judul buku | : | Selamat Datang Kembali |
Judul artikel asli | : | Tantangan yang Akan Anda Hadapi |
Penulis | : | Tom Yeakley |
Penerbit | : | Yayasan Kalam hidup, Bandung 1993 |
Halaman | : | 9 -- 15 dan 18 -- 22 |