Alkitab tidak meminta kita untuk menerima keberadaan Allah begitu saja. Sebaliknya, ia menunjukkan kepada kita bagaimana Allah, melalui RohNya, telah menyatakan diriNya kepada kita -- baik di masa lampau maupun masa kini.
Saat kita meneliti empat jalur pembuktian Alkitab, ujilah hal itu dengan pengetahuan Anda tentang alam semesta, hati manusia, Alkitab dan Yesus Kristus. Lihat, apakah Anda dapat menyetujui bahwa data-data Alkitab adalah lengkap dalam hal pernyataan Allah kepada Anda.
PERNYATAAN ALLAH:
PERNYATAAN ALLAH |
---|
MANUSIA |
---|
Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa alam semesta yang kompleks ini adalah suatu keajaiban yang agung dan menakjubkan. Merenungkan keluasan dan keagungannya saja dapat membuat kita pusing. Lalu, bagaimana semua itu dapat ada? Mungkinkah semua ini terjadi karena suatu ledakan raksasa, sebagaimana dikemukakan oleh banyak ilmuwan? Atau semua ini terjadi sebagai hasil perencanaan yang teliti dari Allah yang Mahabesar?
Mari kita lihat sejenak pada dua bagian Alkitab yang berbicara tentang pernyataan diri Allah melalui alam semesta. Pertama, kita lihat kitab Ayub dalam Perjanjian Lama. Sebagaimana Anda ingat, Ayub dicobai iblis dengan sangat berat. Seperti manusia zaman sekarang, Ayub menjumpai kesulitan besar untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana Allah yang baik dapat mengizinkan ketidakadilan seperti penyakit dan penderitaan? Ayub dikenal sebagai orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah, namun kekayaan dan anak-anaknya diambil, dan ia sendiri dijangkiti bisul.
Setelah berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang Allah dalam waktu yang lama, Ayub akhirnya mendengar sendiri dari Allah. Berbicara kepadanya dalam damai, Allah memberitahu Ayub bahwa untuk melihat Dia Ayub harus melihat melampaui kesulitan-kesulitan yang menekan dan melihat alam semesta serta dunia sekitarnya (
Inti perkataan Allah sebenarnya, "Dalam sengsaramu engkau bertanya di mana Aku ketika engkau menderita. Lihat kembali dunia di sekelilingmu dan engkau akan melihat Aku di situ dan diingatkan akan kebijaksanaan dan kuasaKu". Bruce Demarest, penulis buku General Revelation (Pewahyuan Umum), menulis, "Dengan perantaraan sebuah penciptaan yang hebat, Ayub mengerti realita Allah. Tertegun, merasa rendah dan dipenuhi dengan rasa hormat saat merenungkan Allah dan karya-karyaNya, Ayub membuka mulutNya dan berkata, 'Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu'" (
Banyak bagian di Mazmur juga menyaksikan bahwa alam semesta memberikan bukti tentang keberadaan Allah.
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tanganNya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari.
Siang dan malam, kata Pemazmur, kemuliaan Allah diberitakan melalui langit dan cakrawala. Berita mereka tersedia bagi semua yang mau mendengar, karena suara mereka terpencar ke seluruh dunia dan akan didengar "sampai ke ujung bumi".
Untuk memberikan contoh yang mendukung pernyataan pemazmur, kita dapat menggunakan banyak cara. Kita dapat menyampaikan ketidakmungkinan yang logis bahwa hidup dimulai tanpa stimulus dari luar, tak peduli berapa waktu yang ditetapkan para ilmuwan untuk kejadian seperti itu. Kita dapat berbicara tentang pola yang rumit dari gerak benda-benda angkasa di alam semesta -- termasuk ketepatan waktu jalur tempuh mereka satu dan lainnya. Kita dapat berbicara tentang kemiringan yang tepat dari bumi, jaraknya yang tepat dari matahari dan perjalanannya yang tepat melalui tata surya kita -- semua itu merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh iklim sedang yang dapat kita nikmati.
Untuk singkatnya, mari kita meneliti satu bagian kecil yang penting dari keberadaan kita -- mata. Mari kita lihat bagaimana rumitnya mata yang menyiratkan keterlibatan seorang perencana yang berdaya pikir tinggi dan menolak ide perkembangan yang acak.
Menurut kebanyakan orang yang tidak percaya kepada Allah, kita mencapai keadaan fisik seperti sekarang ini atas dasar evolusi. Mereka menyatakan bahwa apa yang dimulai dari sesuatu yang bersel satu, beberapa ratus juta tahun yang lalu, akhirnya berkembang menjadi manusia. Namun mari kita perhatikan satu organ tubuh yang kecil ini dan melihat apakah secara logis ia dapat menempuh jalur evolusi. Bila tidak, bukankah secara rasio kita dapat menyimpulkan bahwa ia berasal dari tangan "Seorang" Perencana Agung?
Inilah kasusnya. Bila kita mengambil bagian mana saja dari mata -- misalnya retina -- maka mata tidak akan berfungsi. Atau ambil lensanya. Tidak ada penglihatan. Ambil korneanya? Kebutaan. Bagi mata, untuk dapat berfungsi, semua bagian harus ada dan bekerja. Hal ini saja sudah merupakan argumentasi kuat tentang adanya perencanaan.
Namun mari kita lihat dengan cara lain. Kita bawa konsep ini kembali ke dalam rantai evolusi. Pada suatu ketika dalam perjalanan evolusi, suatu makhluk yang kelak akan menjadi manusia harus mulai memiliki mata. Namun bagaimana mulainya? Mata tidak mungkin berevolusi, karena tidak ada sesuatu yang dapat menyebabkan makhluk itu mulai membentuk mata yang tidak dapat melihat. Teori evolusi mengatakan bahwa perubahan terjadi karena adaptasi. Lalu, apa yang menyebabkan suatu makhluk tak bermata menghendaki mata yang tak berguna pada kepalanya? Bagaimana ia tahu bahwa ia akan membutuhkan mata yang dapat melihat?
Mata dapat berfungsi atau tidak, dan tak ada alasan bagi suatu makhluk untuk mulai membentuk mata yang tak sempurna supaya kelak pada tingkat evolusi lebih tinggi menjadi mata yang dapat melihat. Lalu, di mana mata itu mulai? Secara kebetulan atau direncanakan? Kerumitan struktur mata yang mengherankan dan kesalingterkaitan semua bagiannya membuktikan adanya "Seorang" Perencana dan Pencipta yang tahu apa yang Dia lakukan. (Ilustrasi ini diambil dari buku The Truth: God or Evolution? karya Marshall dan Sandra Hall, terbitan Baker Book House, 1975).
Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah sumber dari segala sesuatu. Penulis surat Ibrani menegaskan hal itu dengan mengatakan:
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat (
Ini merupakan penyataan yang mengherankan. Ia menegaskan bahwa Allah menjadikan seluruh alam semesta dengan menggunakan bahan-bahan yang tak dapat kita lihat -- hanya dengan firmanNya.
Walaupun nampak sulit untuk dipercaya, namun hal ini masih jauh lebih masuk akal daripada pilihan lain. Jika memang alam semesta tidak diciptakan oleh Allah dari kehampaan, maka jawaban yang paling tepat setelah itu ialah bahwa alam semesta diciptakan oleh "bukan siapa pun" dari kehampaan. Bandingkan kedua ide tersebut berdasarkan akal sehat dan lihat kesimpulan apa yang Anda capai.
PERNYATAAN ALLAH |
---|
MANUSIA |
---|
Mengapa hak-hak azasi manusia begitu penting bagi orang-orang di seluruh dunia? Bagaimana suatu kelompok seperti Amnesty International dapat menentukan apa yang merupakan perlakuan layak bagi manusia, tanpa melihat siapa mereka dan di mana mereka hidup? Mengapa orang-orang di seluruh dunia memiliki standar moral yang sangat mirip satu dengan yang lain? Mungkinkah dasar pengetahuan tentang yang benar dan salah ini merupakan kesaksian dari dalam diri kita tentang keberadaan Allah? Jika demikian, kita seharusnya dapat melihat suatu pernyataan universal tentang kesadaran akan Allah.
Satu aktivitas manusia yang nampaknya menguatkan konsep pengetahuan universal tentang Allah adalah perhatian besar manusia terhadap agama. Dalam setiap budaya dan daerah, orang-orang melakukan ibadah. Walaupun seringkali mereka tidak tahu apa yang mereka sembah, namun pasti ada alasan yang kuat mengapa mereka melakukan hal itu. Dalam diri setiap manusia, ada perasaan bahwa ada suatu "makhluk" yang berada di atasnya. Dr. Robert Ratray, seorang pakar dalam agama-agama tradisional Afrika, melihat adanya sifat yang sangat khusus tentang pengetahuan akan Allah yang ada pada manusia melalui pernyataan batin, lepas dari firman Allah. Berbicara tentang orang-orang Ashanti yang hidup di pantai Emas, Afrika, ia mengatakan: Saya yakin bahwa dalam pikiran orang Ashanti, konsep tentang makhluk tertinggi tak ada hubungannya sama sekali dengan pengaruh pekabaran Injil, hubungan dengan orang Kristen, maupun, menurut saya, dengan orang-orang dari kepercayaan lain.... Dengan demikian dapat dikatakan bahwa benar makhluk tertinggi yang konsepnya telah menyatu dengan pikiran orang Ashanti, adalah Yehovanya orang Israel. Kita telah melihat bahwa umat manusia memiliki suatu kesaksian batin tentang keberadaan Allah dan sifat moralNya.
Dalam
Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata: "Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: KEPADA ALLAH YANG TIDAK DIKENAL. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu" (ayat
Kemudian Paulus menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan satu-satunya Allah yang sejati kepada penyembah-penyembah berhala itu. Yang menarik untuk disimak adalah bahwa orang-orang Atena memiliki pengetahuan yang begitu mendalam tentang Allah, sehingga di samping semua berhala, mereka juga menyembah seorang allah yang tidak dikenal, hanya untuk memastikan bahwa tidak ada satu allah pun yang luput mereka sembah. Mereka tidak perlu diyakinkan tentang keberadaan Allah; mereka hanya perlu diarahkan kepada Allah yang benar.
Sebelumnya, dalam surat Roma Paulus mengajukan pertanyaan tentang pengetahuan batin yang mendasar dalam hati semua orang. Ketika ia berbicara tentang orang yang bukan Yahudi, ia berkata bahwa "isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi" (
Setiap orang memiliki pengetahuan batin tentang Allah. Paulus mengatakan bahwa "apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka." Namun walaupun semua manusia memiliki kesaksian batin bahwa Allah ada, beberapa orang tidak mau mengakuinya -- mereka "menindas kebenaran".
Untuk mengakhiri bagian ini, mari kita ingat sejenak reaksi orang-orang di seluruh dunia bila mereka membaca tentang perbuatan-perbuatan keji terorisme atau pelanggaran hak azasi manusia. Perbuatan-perbuatan seperti itu menjijikkan bagi semua orang, tanpa memperhatikan keyakinan atau latar belakang mereka. Mengapa? Apakah ini merupakan hasil dari perilaku sosial yang dipelajari ketika kita menaiki tangga evolusi? Bila demikian, moralitas yang kita miliki hanyalah suatu sifat hewani yang maju. Demikian juga dengan sifat-sifat khusus lainnya, seperti intelektual, belas kasihan, bahkan penalaran ilmiah. Di mana permulaan sifat-sifat ini pada kera? Mengapa hanya satu makhluk -- manusia -- memiliki hal-hal ini, walaupun teori evolusi akan menyatakan bahwa keberadaan hewan-hewan jauh lebih lama dari manusia? Dan, apakah yang menyebabkan kera pertama mulai mengembangkan moral, belas kasihan dan sifat-sifat khas lainnya yang ada pada manusia?
Apakah tidak akan jauh lebih masuk akal untuk dipercaya bahwa suatu jenis makhluk bermoral karena memiliki Pencipta yang bermoral -- "Seorang" yang menanamkan sifat-sifat tersebut pada semua manusia?
PERNYATAAN ALLAH |
---|
Walaupun Allah telah menyatakan keberadaanNya melalui kesadaran batin dalam diri kita, hal ini belumlah cukup. Kita tidak akan mampu mengetahui segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang Dia bila Dia tidak memutuskan untuk mengatakannya kepada kita secara khusus tentang diriNya melalui cara-cara lain. Kita dapat melihat hasil pernyataan diri yang samar dengan memperhatikan ritual dan penyembahan berhala pada suku-suku primitif. Mereka menyadarinya melalui alam semesta dan akal budi bahwa ada "Seorang" yang lebih tinggi dari mereka, namun mereka tidak memiliki pengetahuan tentang siapa "Seorang" itu sebenarnya. Karena itu mereka berusaha menyembah Allah tanpa mengenalNya. Ritual-ritual pengurbanan mereka menunjukkan kesadaran mereka akan "Seorang" yang mereka rasa harus mereka puaskan. Perhatian mereka pada roh-roh jahat menunjukkan pengetahuan batin mereka terhadap hal yang baik dan jahat. Yang perlu dimengerti oleh orang-orang ini adalah bahwa pengetahuan belaka akan adanya Allah tak dapat memuaskan hati manusia. Manusia perlu mengenal Allah secara pribadi.
Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk melihat cara ketiga yang dipilih Allah agar kita mengetahui keberadaanNya. Selama beribu-ribu tahun, melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan dituliskan oleh orang-orang yang diilhami Allah, Allah berkomunikasi dengan umat manusia dengan cara-cara yang khusus. Melalui penyataan-penyataan khusus inilah kita mengetahui seperti apa Allah dan apa yang diharapkanNya dari kita.
Alkitab membuat hal ini jelas bahwa jejak-jejak bukti peryataan khusus mengarah ke awal Penciptaan. Misalnya, Allah berbicara secara langsung kepada Adam di taman Eden. Dia bertemu dengan Adam setiap sore untuk bercakap-cakap. Allah memberitahukan kepadanya tentang satu-satunya pohon yang terlarang baginya. Kemudian, ketika Adam dan Hawa melanggar perintah itu, Dia secara tegas menyampaikan penghakimanNya atas mereka.
Allah terus mengadakan komunikasi dengan berbagai orang setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden. Kain mendengar suaraNya. Demikian juga Henokh, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub. Bagi orang-orang zaman dulu tersebut, keberadaan Allah sungguh nyata. Mereka mendengar Dia dengan cara yang membuat keberadaanNya tidak diragukan lagi.
Pernyataan khusus Allah kepada umat manusia juga terjadi dalam bentuk lain. Selain berbicara dengan tegas secara langsung kepada orang-orang tersebut di atas dan lainnya, Dia juga berkomunikasi dengan cara yang tidak begitu langsung, namun sama berartinya. Lewat inspirasi RohNya Dia membuat sejumlah orang menuliskan serangkaian dokumen yang kini kita namakan Alkitab.
Untuk menunjukkan pernyataan Alkitab bahwa Allah berbicara secara langsung melalui penulis-penulisnya, kita dapat melihat beberapa ayat dalam Perjanjian Baru. Dalam
Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Inilah pernyataan bahwa penulis-penulis Perjanjian Lama yang berbicara tentang hal-hal seperti penghakiman Allah, peristiwa-peristiwa masa depan, kedatangan Kristus, dan hubungan Allah dengan Israel, tidak berbicara atas nama mereka sendiri. Mereka berbicara atas nama Allah Pencipta.
Ayat lain yang berbicara tentang pernyataan khusus adalah
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Sekali lagi, pernyataan tersebut disampaikan dengan cara Allah menyatakan diri secara khusus melalui kata-kata di Alkitab. Ayat-ayat dalam 2Timotius ini menunjukkan bahwa dengan membaca dan menaati kata-kata tersebut, seseorang dapat akrab dengan pikiran Allah sehingga ia dapat menjadi pribadi yang dikehendaki Allah.
Namun, dapatkah kita melihat bukti -- selain yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri -- bahwa buku ini berbeda dari semua buku agama-agama lain? Apakah ia cukup bermakna untuk dapat dipercaya sebagai alat komunikasi khusus dari Allah? Bila kita melihat keunikan Alkitab, hal ini menunjukkan bahwa ia bukan suatu kumpulan tulisan dari orang-orang biasa. Sebaliknya, ia merupakan kumpulan dokumen-dokumen yang akurat dan menakjubkan selama beribu-ribu tahun. Ia menjadi bukti dari sesuatu yang tersusun dan terjaga secara ajaib.
Ia unik di antara buku-buku lain karena banyak sebab.
Tidak terlalu jauh bila kita menyimpulkan bahwa dengan cara-cara komunikasi yang khusus, Allah telah menyatakan kepada kita lebih dari sekadar keberadaanNya. Dia memberitahu kita tentang sifat, kehendak dan kasihNya kepada umat manusia. Itu sebabnya Alkitab begitu penting. Ia memberitahu kita bagaimana kita dapat menemukan damai dengan Allah Pencipta dan bagaimana kita dapat hidup dengan cara yang berkenan kepadaNya.
PERNYATAAN ALLAH |
---|
Walaupun kita mengenal Allah melalui alam semesta, sadar bahwa Dia ada karena kita memiliki pengetahuan tentang Dia dalam hati kita dan telah membaca tentang Dia dalam Alkitab, namun faktor-faktor itu saja tidak akan memberikan pernyataan yang lengkap tentang Allah. Untuk mengetahui Allah selengkap mungkin, kita perlu melihatNya saat Dia berinteraksi dengan umat manusia. Kita perlu melihat bahwa Dia dapat menggenapi nubuatan-nubuatan dari para nabi Perjanjian Lama. Hal ini dapat terjadi hanya bila kita melihat Allah ketika Dia menyatakan diri melalui Kristus.
Walaupun kita sering berpikir demikian, sebenarnya pernyataan Allah melalui Kristus tidak dimulai di palungan Betlehem. Dalam Alkitab, Yesus diidentifikasi sebagai Pencipta segala sesuatu (
Selain itu, dalam hidupNya selama 33 tahun di dunia, Yesus menunjukkan kepribadian dan sifat Allah kepada manusia. Yesus mengatakan bahwa melihatNya berarti melihat Bapa (
Sebuah ungkapan yang menunjukkan bahwa Allah secara khusus menyatakan diriNya kepada manusia melalui Kristus, dapat ditemukan pada permulaan surat Ibrani:
Setelah pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantara nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantara AnakNya (Ibr 1:1-2 ).
Dengan demikian, cara keempat Allah menyatakan diriNya kepada manusia adalah melalui kedatangan Kristus ke dunia. Yesus merupakan bukti darah-dan-daging bahwa Allah ada. Bahkan kedatangan Yesus ke dunia sebagai manusia merupakan pernyataan Allah yang terhebat, karena Yesus Kristus adalah Allah.
Dalam
Ya, Dia yang melewati jalan-jalan berdebu di Galilea sambil menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati dan mengajarkan kebenaran kerajaan Allah, adalah Allah yang berinkarnasi. Bila Dia berbicara, Allah yang berbicara; bila Dia bertindak, Allah yang bertindak. Alkitab mengidentifikasikan diri sebagai firman yang tertulis, dan Kristus dinamakan Firman Allah yang hidup (
Oleh karena itu, bila Anda ingin mengenal Allah, lihatlah Yesus Kristus. Hanya melalui Yesus yang datang sebagai manusia, terbuka jalan bagi kita yang hidup sesudah masa Perjanjian Lama untuk berkenalan dengan Allah.