You are hererenungan / Yokhebed: Iman dalam Sebuah Keranjang

Yokhebed: Iman dalam Sebuah Keranjang


By suwandisetiawan - Posted on 16 January 2019

Di antara tokoh-tokoh wanita dalam Alkitab yang sering dibahas, nama Yokhebed mungkin jarang terdengar. Namun, dari dialah kita belajar bagaimana iman yang kuat dapat menjadi cikal keselamatan bagi orang lain. Inilah kisah Yokhebed, wanita pemberani yang bertekad menyelamatkan anaknya—Musa, sosok yang kelak memimpin orang-orang Israel keluar dari perbudakan Mesir. (Keluaran 2:1-10).

Tekad Kuat Seorang Ibu

Yokhebed berbaring dalam kesunyian malam sambil memeluk bayi laki-lakinya dengan erat. Anak sulungnya, Maryam, adalah perempuan. Walaupun Yokhebed menginginkan anak laki-laki, dia berharap kali ini anaknya juga perempuan. Karena atas perintah Firaun, semua bidan harus membunuh bayi laki-laki Ibrani. Mungkin Yokhebed melihat teman-temannya berusaha menyembunyikan bayi laki-laki mereka, tetapi gagal ketika tangisan sang bayi pecah.

Tiga bulan, untuk seorang ibu yang gelisah, adalah waktu yang lama untuk menyembunyikan seorang bayi. Bayangkan, setiap kali anak itu menangis, Yokhebed harus menutup mulutnya untuk meredam suaranya. Atau, ketika dia merengek, Yokhebed harus segera memeluk dan menyusuinya.

Namun, Yokhebed punya keinginan dan tekad kuat untuk menyelamatkan putranya. Termasuk dengan menyembunyikan bayi itu di sebuah keranjang yang dia hanyutkan di Sungai Nil. Usahanya bisa jadi sia-sia. Hal buruk akan terjadi cepat atau lambat. Ibu-ibu lain mungkin menganggap dia wanita keras kepala atau bodoh, tetapi Yokhebed tidak peduli.

Yokhebed menaruh bayinya di sungai saat siang hari. Mengawasi dari kejauhan, kalau-kalau anak itu menangis karena lapar dan haus. Menjelang malam, Yokhebed harus menyeberangi sungai untuk mengambil bayinya dan menyusuinya. Lalu, meletakkannya kembali di sungai sebelum matahari terbit.

Namun, sampai kapan tindakan itu akan tetap efektif?

Keajaiban di Atas Keajaiban

Sekalipun rencananya berjalan mulus, Yokhebed sadar itu takkan bertahan lama. Beberapa bulan ke depan, bayinya akan mulai duduk dan merangkak. Dia mungkin akan membalikkan keranjangnya dan tenggelam dalam aliran Sungai Nil yang deras.

Namun, Tuhan punya rencana untuk bayi itu—yang dimulai bahkan sebelum kehamilan Yokhebed dan kelahirannya. Dan, ketika Tuhan punya rencana, tak ada yang dapat menghalangi! Apa yang tampaknya seperti cobaan tanpa jalan keluar ternyata menjadi awal kisah yang penuh kemenangan. Semua karena Yokhebed berani mengambil langkah iman.

Bayangkan ketika Yokhebed mengetahui bahwa bayinya ada dalam lindungan orang paling berkuasa di Mesir—dan dia diperbolehkan menjadi inang penyusu anak itu. Sungguh keajaiban diatas keajaiban! Adalah kasih karunia dan rencana Tuhan sehingga Yokhebed beroleh kesempatan untuk memeluk, menjaga, mencium, dan mengajar anaknya sendiri selama masa pertumbuhan.

Meskipun Yokhebed akhirnya memberikan putranya kepada putri Firaun, sesungguhnya dia menyerahkan Musa ke dalam tangan Tuhan. Allah penuh kasih dan kebijaksanaan, yang punya rencana untuk menebus umat-Nya.

Belajar dari Yokhebed

Membaca kisah Yokhebed membuat saya terpukau dengan imannya. Berikut dua hal yang dapat kita pelajari sebagai orang tua dari iman Yokhebed:

1. Berpartisi dalam rancangan terbaik Tuhan untuk anak kita

Jika Yokhebed memilih menyerah, berdiam menunggu nasib, atau mengasihani diri sendiri, mungkin kisah Musa akan memiliki akhir berbeda.

Ada pepatah mengatakan, “Do the best and let God do the rest.” Lakukan yang terbaik dan serahkan sisanya kepada Tuhan. Yokhebed tidak hanya do the best, tapi dia juga menyertakan imannya, meskipun di dalam sebuah keranjang.

Iman Yokhebed membuat rencana Tuhan untuk anaknya terwujud. Marilah kita sebagai orang tua berpartisipasi mewujudkan rancangan terbaik Tuhan untuk anak-anak kita.

2. Lepaskan, dan biarkan Tuhan bekerja

Setelah mengerahkan berbagai usaha, tibalah Yokhebed di satu titik di mana dia harus melepaskan anaknya.

Kendati berat dan banyak ketakutan yang harus dia alami, Yokhebed tetap menaruh bayinya di dalam sebuah keranjang di sungai. Dia lepaskan putranya dan membiarkan Tuhan yang bekerja. Ketika Yokhebed menaruh pengharapan dan pertolongan dari-Nya, Tuhan menyediakan rencana terbaik bagi putranya.

Sebagai orangtua, sudahkah kita memiliki iman dalam keadaan sukar, yang tampaknya mustahil untuk anak-anak kita? Apakah kita berjuang semampunya untuk memastikan putra-putri kita hidup dalam Firman? Berjuang mengenalkan Tuhan yang kita sembah kepada anak-anak kita?

Ambillah satu langkah iman, seperti Yokhebed, dan Anda akan takjub melihat bagaimana Tuhan punya rencana untuk anak-anak kita! Amin.

Source : https://gkdi.org/blog/yokhebed-iman-dalam-sebuah-keranjang/

Tags