You are hererenungan / Yesus Ingin Kita Menjadi Diri Sendiri

Yesus Ingin Kita Menjadi Diri Sendiri


By suwandisetiawan - Posted on 15 January 2019

Tuhan memikirkan Anda secara spesifik saat Dia menciptakan dan memanggil Anda untuk mengikuti-Nya. Kita didesain khusus sesuai panggilan masing-masing. Namun, ketika Anda menghadapi kesulitan dalam memenuhi panggilan tersebut, Anda mungkin melihat orang lain dan bertanya-tanya, “Kenapa beban mereka kelihatannya tidak seberat beban saya?”.

Jangan khawatir. Dalam Yohanes 21, Rasul Petrus mengalami cobaan yang sama.

“Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”

Setelah Yesus yang telah bangkit memberi sarapan mukjizat untuk murid-murid-Nya di Danau Tiberias, Dia mengajak Petrus berjalan-jalan di pantai. Yesus ingin memberitahukan beberapa hal penting kepada Petrus sebelum berpisah secara fisik untuk terakhir kali. Kira-kira sepuluh meter di belakang, Yohanes mengikuti mereka.

Di akhir pembicaraan, Yesus mengungkap sebuah kenyataan pahit kepada Petrus: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Yesus lalu melihat ke dalam jiwa Petrus dan berkata, “Ikutlah Aku.”

Petrus, yang sudah cemas menanti-nanti kepergian final Yesus, jadi bertanya-tanya apakah sekelompok murid yang ketakutan itu akan selamat tanpa Dia. Petrus bertanya-tanya apakah ia sendiri bakal selamat.

Sekarang Yesus malah memberitahu bahwa ia tidak akan selamat. Petrus siap mati untuk-Nya. Hanya saja, kali ini Petrus tidak memberi pernyataan kelewat percaya diri seperti ketika perjamuan Paskah. Ia tahu betapa lemah dirinya. Sendirian, ia adalah pengecut.

Namun, Petrus ingat ia takkan ditinggal sendirian seperti yatim piatu. Walaupun Yesus harus pergi sekarang, Dia akan datang kembali (Yohanes 14:18). Petrus percaya Yesus tak pernah lalai memenuhi janji. Namun, bagaimana Yesus akan datang kepadanya di saat-saat eksekusinya, Petrus sulit membayangkan. Ia sudah merasa kesepian saat itu juga.

Selain itu, Petrus heran mengapa Yesus tidak bicara tentang kematian para murid lain. Apakah ia satu-satunya yang harus mati?

Lalu, Petrus melihat Yohanes sedang berjalan di belakang mereka. Tahu bahwa Yesus mengasihi Yohanes, Petrus berpikir: apakah Yesus menghindarkan Yohanes dari harga yang harus ia bayar? Sambil menunjuk Yohanes, Petrus bertanya, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”

Yesus menjawab Petrus dengan kelembutan-Nya yang biasa, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”

“Itu bukan urusanmu.”

Yesus memanggil setiap orang untuk mengikuti Dia (Yohanes 15:16). Segala janji Allah adalah “ya” bagi kita di dalam Kristus (2 Korintus 1:20). Masing-masing dari kita mendapat bagian dalam warisan Kristus (Kolose 1:12) dan sebagai anggota-anggota tubuh Kristus, kita saling membutuhkan satu sama lain (Roma 12:5).

Namun, ini bukan berarti kita menjalankan fungsi yang sama (Roma 12:4). Setiap murid, setiap anggota tubuh, punya peran unik. Dan, masing-masing harus menjalani hidup yang Tuhan percayakan, yang untuk itulah kita dipanggil (1 Korintus 7:17).

Kalimat, “Itu bukan urusanmu,” perlu sering kita katakan pada diri sendiri. Bagaimana Tuhan mengurusi orang lain seringkali menjadi kerisauan berlebihan bagi kita, terutama jika jalan mereka tidak sesusah jalan kita.

Dosa membuat kita tidak melihat sesama dan bersukacita bahwa tiap-tiap orang adalah gambar Allah yang istimewa (Kejadian 1:27). Kita tidak merayakan betapa setiap manusia adalah refraksi tersendiri dari kemuliaan Allah yang multifaset. Tidak bergembira akan pemeliharaan Tuhan atas orang lain. Sulit bersyukur atas keunggulan-keunggulan yang Tuhan berikan kepada mereka. Tidak mau bersikap lembut saat menghadapi kelemahan-kelemahan mereka (Ibrani 5:2).

Kesombongan dan ambisi egois membuat kita menggunakan orang lain untuk mengukur arti penting diri sendiri. Akan seberapa sukses dan mengesankannya kita.

“Tetapi engkau: ikutlah Aku.”

Di dalam kata-kata Yesus, “… itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku,” ada deklarasi kemerdekaan. Yesus wafat untuk memerdekakan Anda (Yohanes 8:36), dan ini termasuk kemerdekaan dari tirani sikap membandingkan dan menginginkan panggilan orang lain.

Tuhan memikirkan Anda ketika menciptakan Anda (Mazmur 139:13-16). Tuhan tahu apa yang Dia lakukan. Anda, tubuh Anda, pikiran Anda, situasi Anda, bukanlah suatu kebetulan atau kecelakaan. Ya, Tuhan tahu kekurangan-kekurangan Anda, dan ya, Dia memanggil Anda untuk bertumbuh dalam kasih karunia (2 Petrus 3:18). Namun, Tuhan tidak merancang Anda untuk menjadi orang lain atau mengikuti jalan orang lain.

Yesus ingin Anda menjadi diri sendiri, apa adanya. Kepercayaan-Nya kepada Anda memampukan Anda melewati jalan hidup yang Dia berikan (Roma 12:3). Dan, kasih karunia-Nya cukup saat Anda harus menghadapi cobaan (2 Korintus 12:9).

Anda menjadi diri sendiri bukan ketika Anda menganalisis atau membandingkan diri dengan orang lain. Anda adalah diri Anda yang paling sejati ketika mata Anda terarah kepada Yesus (Ibrani 12:2). Saat Anda mengikuti-Nya dengan iman. Saat Anda melayani sesama dengan karunia yang Dia percayakan kepada Anda (Roma 12:4-8).

Jadi, apapun yang terjadi hari ini, jangan lagi berkata, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Karena Yesus telah memilih Anda (Yohanes 15:16), memenuhi segala keperluan Anda (Filipi 4:19), dan ingin Anda mengikuti-Nya.

Jika Anda merendahkan diri di bawah tangan-Nya yang perkasa, percaya bahwa Tuhan akan menebus Anda dari semua penderitaan, ‘duri dalam daging’ (2 Korintus 12:7), serta kelemahan Anda, Dia akan meninggikan Anda pada waktunya—dengan cara yang akan memberi-Nya kemuliaan terluhur dan sukacita terbesar bagi Anda (1 Petrus 5:6).

Amin!

Source : https://gkdi.org/blog/yesus-ingin-kita-menjadi-diri-sendiri/

Tags