You are hererenungan / Thanksgiving: Belajar Memahami Berkat Tuhan

Thanksgiving: Belajar Memahami Berkat Tuhan


By suwandisetiawan - Posted on 11 January 2019

Sejumlah negara di Amerika Utara dan belahan dunia lain merayakan Thanksgiving yang jatuh setiap Kamis keempat bulan November. Menurut sejarah, di hari Thanksgiving orang-orang merayakan akhir masa panen dan berterima kasih atas berkat-berkat Tuhan.

Meskipun Thanksgiving bukan hari raya keagamaan, lewat perayaan ini kita dapat belajar memaknai berkat Allah dalam hidup kita—baik yang kelihatan maupun tidak.

Apakah kita menilai hidup berdasarkan masa ‘panen berkat’ atau ‘paceklik berkat’? Apa kita berpikir Tuhan mampu dan tega tidak memberkati hidup kita? Barangkali kita pernah dengar opini, atau secara pribadi berpikir, bahwa kita harus rajin ke gereja supaya dapat banyak berkat.

Benarkah begitu?

Banyak ibadah / melayani / berdoa = banyak berkat?

Saya pernah mengartikan berkat sebagai kekayaan materi belaka. Prinsip saya saat itu, kalau saya kaya, berarti saya punya harga diri yang lebih tinggi dan lebih diakui. Saya mengira bahwa dengan rajin ke gereja, berdoa, berpuasa, melayani, membayar perpuluhan, Tuhan akan berkati saya berlipat-lipat.

Berbekal pemikiran itu, saya pun berstrategi untuk mendapatkan banyak berkat. Yakin bahwa Tuhan akan memberi timbal balik lebih dari apa yang saya korbankan. Saya merasa beriman kepada sosok Tuhan yang tidak mungkin memiutangi saya.

Namun, kalau saya menaruh keyakinan kepada Tuhan, bukankah seharusnya saya tidak perlu menakar berkat karena Dia pasti akan memberkati?

“Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.” – Mazmur 111:5

Bagaimana cara melihat berkat Tuhan?

Saya lalu merenungkan, apakah saya melakukan kegiatan rohani karena pingin dapat berkat, atau karena siapa Tuhan bagi saya? Apakah saya betul-betul menyadari kasih Allah atau fokus dengan materi pemberian-Nya saja?

Tak heran saya menjadi pribadi egois, tidak punya kasih, angkuh, merasa selalu benar, dan layak menerima keselamatan, padahal hidup saya penuh dosa.

Pada akhirnya, pertanyaan saya berubah menjadi: Seberapa pantas saya menuntut Tuhan memberkati hidup saya?

Saya bersyukur Tuhan memberi saya seorang sahabat yang dengan lemah lembut membimbing saya dalam Bible Study. Lewat dia, saya menyadari bahwa Tuhan memberkati saya dalam banyak cara:

1. Berkat Jasmani

“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan …” – Ulangan 8:18a

Jangan remehkan hal-hal ‘kecil’ yang Anda miliki. Seringkali kita terbiasa menerima sesuatu, sehingga lupa bersyukur. Bisa jadi apa yang kita miliki sangat didambakan orang lain yang harus berjuang mati-matian mendapatkannya.

Talenta kita, kesehatan, keluarga, pasangan, pekerjaan, teman yang baik, perlindungan dalam perjalanan, rumah untuk berteduh, pakaian yang kita kenakan, makanan yang mampu kita beli—semua adalah kekayaan (Ulangan 8:11-20). Syukuri itu, dan sadari bahwa kita dapat memilikinya karena Tuhanlah yang memberikan kepada kita.

2. Berkat Rohani

Kabar baik (Injil) Kristus yang kita terima adalah berkat yang luar biasa. Keselamatan, hikmat, dan kebijaksanaan untuk memahami kata-kata Allah juga merupakan berkat yang tak ternilai bagi hidup kita.

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” – Efesus 1:3

Selain itu, sebagai murid, kita akan mengetahui rahasia kerajaan surga.

Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.” – Matius 13:10-11

3. Berkat dalam Penderitaan

Mudah bagi kita bersyukur ketika sedang panen berkat, tapi bagaimana ketika masa paceklik itu datang?

Dalam kisah Ayub, iblis datang kepada Tuhan dan mendakwa Ayub. Atas seizin Tuhan, Ayub diuji dengan penderitaan yang berat. Semua anak dan harta-miliknya lenyap, Ayub jatuh miskin, terbuang, dan kehilangan banyak teman. Namun, Ayub tidak kehilangan iman. Melihat itu, apa yang Tuhan lakukan?

“TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.” – Ayub 42:12

Dari Bad News Menjadi Good News

Setelah menjadi Kristen, hidup saya tetap penuh perjuangan. Bukan hanya untuk kesuksesan di dunia, melainkan juga hidup kerohanian melawan dosa dan kelemahan.

Zona nyaman saya terganggu. Tertatih-tatih, saya berlatih, bahkan hampir menyerah untuk memikul salib dan menyangkal diri (Matius 8:34), serta mengasihi orang lain (Filipi 2:3-4). Alhasil, saya dijauhi banyak teman, dianggap sok suci, dan tidak sedikit yang meremehkan pertobatan saya. Namun, semua kesukaran itu membawa saya kepada pengenalan yang benar akan Tuhan dan memurnikan hati saya (Petrus 1:6-7).

“Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya.” – Pengkhotbah 7:14 1

Jadi, penderitaan atau bad news merupakan salah satu alat Tuhan untuk memberi kita good news. Untuk menumbuhkan iman kita dan supaya kita mendekatkan diri kepada-Nya. Agar kita sadar bahwa segala pencapaian kita terjadi karena kekuatan Tuhan. Penderitaan adalah sarana berkat Tuhan di tengah perjuangan kita sebagai murid.

Jadi, setiap kali Anda merasa Tuhan tidak memberkati hidup Anda, hitunglah berkat jasmani, rohani, bahkan berkat dalam penderitaan Anda. Lalu, renungkan: “Seberapa pantas saya menuntut Tuhan memberkati hidup saya?”

Jika Anda masih merasa khawatir akan penyertaan Tuhan, ingatlah: “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” – Filipi 4:19.

Amin!

Source : https://gkdi.org/blog/berkat-tuhan/

Tags