You are hererenungan / Persahabatan Sehat, Keselamatan Dekat

Persahabatan Sehat, Keselamatan Dekat


By suwandisetiawan - Posted on 16 April 2019

Persahabatan merupakan salah satu elemen penting yang perlu kita miliki dalam perjalanan iman. Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan orang lain agar dapat bekerja sama dan saling menolong. Dan, Persahabatan adalah sarana yang Tuhan berikan untuk menunjang pertumbuhan rohani kita.

Namun, tidak semua kisah Persahabatan berakhir baik. Banyak yang hancur di tengah jalan, dan alih-alih bertumbuh dalam iman, justru menimbulkan kepahitan dan kebencian dalam diri kita.

Lantas, bagaimana caranya membangun Persahabatan yang dapat menjaga kita di jalur keselamatan?

Peran Iman Sahabat untuk Keselamatan Anda

Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” – Markus 2:5

Kisah orang lumpuh yang disembuhkan dalam Markus 2:1-12 adalah contoh tentang Persahabatan yang membangun.

Orang lumpuh ini digotong oleh keempat sahabatnya untuk menemui Yesus di sebuah rumah. Karena tempat itu penuh sesak dengan orang-orang yang mendengarkan pengajaran-Nya, mereka tak dapat masuk melalui pintu depan. Tak menyerah, keempat orang ini membongkar atap demi menurunkan sahabat mereka ke hadapan Yesus.

Biasanya Yesus menyembuhkan seseorang setelah melihat imannya, seberapa sungguh orang itu percaya kepada-Nya. Namun, kasus ini unik karena pada ayat kelima, dikatakan bahwa Yesus melihat iman para sahabat orang lumpuh tersebut.

Melalui kisah ini, kita belajar betapa penting peran sahabat dalam perjalanan rohani. Sahabat adalah penolong yang mengangkat dan mendorong kita keluar dari kelemahan-kelemahan kita. Keempat sahabat dalam kisah di atas bisa saja menyerah begitu melihat kerumunan orang yang begitu banyak. Malas berjuang demi kesembuhan sahabat mereka. Namun, mereka tidak mundur, malah lebih bersemangat dan mau bersusah-payah agar sahabatnya dapat menemui Yesus.

Persahabatan seperti inilah yang perlu kita teladani. Bukan Persahabatan yang melihat kelemahan seseorang sebagai aib yang harus dihindari atau alasan untuk mengucilkannya, bahkan lebih buruk lagi, untuk dijadikan bahan gosip—melainkan yang saling menolong dan menanggung kelemahan satu sama lain.

“Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” – Roma 15:1

Ada hubungan Persahabatan yang tergantung pada situasi atau kondisi. Persahabatan itu solid saat semuanya sedang happy, tetapi ketika keadaan tak berjalan sesuai harapan, nilainya menjadi rapuh.

Ada pula Persahabatan yang dibangun demi mencari kenyamanan sendiri. Salah satu pihak hanya mau diterima, didengar, dan diperhatikan, tetapi tidak mau membantu atau mendengarkan pihak lain. Begitu mendapatkan apa yang diinginkan, atau ketika kenyamanannya terusik, ia akan meninggalkan sahabatnya.

Persahabatan yang Saling Menajamkan

Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. – Amsal 27:17

Menurut firman Tuhan, “gesekan” atau friksi dalam Persahabatan merupakan hal yang wajar, bahkan mungkin harus terjadi. Persahabatan yang baik ibarat mengasah besi. Dalam prosesnya, akan ada benturan, tempaan keras, bahkan percikan api. Namun, setelah semua itu dilalui, akan tercipta sebuah produk yang lebih bernilai, baik dari segi fungsi maupun daya tahan.

Demikian pula manusia, jika merespon dengan baik dan bertahan dalam proses Persahabatan, akan menjadi pribadi yang lebih bernilai (berkarakter).

Persahabatan yang sehat adalah Persahabatan yang saling menajamkan—saling memberi pengaruh. Di dalamnya, kita tidak sekadar mencari kenyamanan atau suasana harmonis, tetapi berani menegur, mengoreksi, dan memberikan ekspektasi rohani kepada sahabat kita. Tentunya, dengan tetap beralaskan kasih.

Namun, sebelum mencari atau menuntut Persahabatan, ada baiknya kita menjadi sahabat yang baik bagi orang lain. Jadilah sahabat yang penuh kasih, rela berkorban, dan membangun orang lain seturut kehendak Tuhan.

Dengan membangun Persahabatan secara benar, maka sukacita dan damai sejahtera Allah tidak akan jauh dari kita. Perjuangan mencapai keselamatan akan terasa lebih dekat karena dilakukan bersama sahabat-sahabat kita. Dan, mengutip dari Kahlil Gibran: “Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, melainkan tanggung jawab yang manis.”

Tuhan memberkati Persahabatan Anda.

Source : https://gkdi.org/blog/persahabatan/

Tags