You are hererenungan / Ora et Labora: Awali Kesuksesan dengan Doa

Ora et Labora: Awali Kesuksesan dengan Doa


By suwandisetiawan - Posted on 08 February 2019

Banyak dari kita mungkin tidak asing lagi dengan moto ora et labora—“berdoa dan bekerja”. Ora et labora merujuk pada prinsip berdoa dan bekerja yang dipraktikkan para biarawan abad Pertengahan berdasarkan Regula Benedicti. Buku instruksi ini ditulis oleh Benedict dari Nursia pada abad ke-5 Masehi. Prinsipnya bertahan hingga lima belas abad kemudian dan menjadi salah satu pedoman Kekristenan modern.

Pertanyaannya, masihkah kita menerapkan moto ini? Mungkinkah yang terjadi malah sebaliknya, yaitu kita bekerja dulu, baru berdoa? Atau, bisa jadi kita bekerja tanpa berdoa. Ada pula yang hanya berdoa tanpa melakukan apa-apa.

Mengingat pentingnya ora et labora, mari kita pahami lebih dalam bagaimana penerapan moto ini dalam kehidupan sehari-hari.

Prioritas yang Benar dalam Ora et Labora

“… supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.” – Kisah Para Rasul 17:27

Dulu, sebelum mengetahui tujuan dan prioritas hidup saya, saya tidak terlalu paham makna ora et labora. Saya menganggapnya kata-kata mutiara atau frasa bijak belaka.

Setelah saya menjadi seorang Kristen, prioritas hidup saya pun berubah. Mencari Tuhan adalah perjalanan pribadi saya bersama-Nya. Salah satu caranya adalah dengan membangun hubungan melalui doa, yang menjadi prioritas utama saya setiap hari.

Ora et labora dapat diterapkan secara efektif selama prioritas kita benar. Kenapa? Karena, dengan prioritas yang benar, kita dapat memahami apa yang perlu dilakukan dalam hidup. Dengan demikian, ora et labora bukan lagi sekadar moto, tetapi kebiasaan baik yang mendasari seluruh aktivitas kita.

Awali Hari dengan Doa

“Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.” – Mazmur 131:1

Jika kata ora et labora dibalik, artinya menjadi “bekerja dan berdoa”. Lalu, kenapa tidak ditulis demikian saja?

Berdoa dan bekerja adalah dua tindakan yang erat kaitannya. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, kita perlu bekerja. Namun, jangan lupa: bumi dan segala isinya, termasuk hidup kita, adalah milik Tuhan, Allah Pencipta dan Penyedia. Artinya, pekerjaan kita dan semuanya adalah pemberian Tuhan. Mengawali hari dengan doa akan membuat kita tetap rendah hati di hadapan Allah.

Doa menjaga kita agar tidak ambisius dan melupakan Tuhan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Serahkan kepada Tuhan

“Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga..” – Mazmur 127:1

Mungkin kita berpikir bahwa semua yang kita peroleh adalah hasil kerja keras semata. Ini ada benarnya, mengingat di dalam pencapaian tersebut ada tekad, keringat, dan air mata kita.

Namun, pernahkah kita renungkan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita, bahkan alam semesta? Sosok yang mampu memberikan apa yang kita butuhkan?

Allah kita bukan hanya Sang Pemberi, melainkan juga Pemilik segala sesuatu. Jadi, kerjakanlah bagian kita dan serahkan hasilnya kepada Tuhan.

Mari biasakan diri berdoa sebelum bertindak atau bekerja. Tidak hanya berfokus meminta hasil, tetapi juga agar diubah menjadi pribadi yang semakin rendah hati di hadapan Tuhan. Berdoa tanpa bekerja atau bekerja tanpa berdoa akan berujung pada kesia-siaan. Dengan mengingat dan menerapkan ora et labora, niscaya Tuhan memberkati usaha Anda!

Source :https://gkdi.org/blog/ora-et-labora/

Tags