You are hererenungan / Memuliakan Tuhan Lewat Impian
Memuliakan Tuhan Lewat Impian
Mendapatkan SIM A adalah salah satu impian saya sejak dua tahun lalu. Dan, sudah dua tahun pula impian itu terkubur begitu saja. Sampai sekarang, saya tetap belum mengantongi surat izin mengemudi mobil.
Alasannya sungguh sederhana: saya tak pernah serius belajar mengemudi. Padahal, saya punya suami yang siap sedia melatih, dan ada kendaraan untuk berlatih. Namun, saya belum berhasil mengumpulkan keberanian dan ketekunan. Saya membuat impian dengan semangat, tetapi tidak sesemangat itu mewujudkannya.
Gagal Merencanakan = Merencanakan untuk Gagal
Mungkin kita pernah berpikir atau mendengar seseorang berkata, “Aduh, dari tahun ke tahun, impianku itu-itu saja. Tidak kunjung tercapai. Jadi, lebih baik tak usah buat impian. Jalani saja hidup apa adanya.”
Mereka yang tiba pada kesimpulan ini biasanya sudah putus asa dengan kegagalan. Saya pribadi belum putus asa; hanya dengan muka tembok membuat impian yang sama (lagi) di tahun berikutnya.
Sesuatu yang direncanakan sekalipun bisa gagal, apalagi yang tidak direncanakan—lebih besar kemungkinannya untuk gagal. Ini bukanlah alasan untuk jera membangun impian. Justru kita perlu belajar menyusun rencana yang lebih baik. Berencana itu bukan sekadar melamunkan atau menuliskan impian, melainkan perlu dibarengi strategi untuk mewujudkannya.
Selain strategi jitu, hal yang paling penting adalah melibatkan Tuhan dalam rencana kita. Segala yang kita lakukan sebaiknya bermuara pada kemuliaan Tuhan, termasuk saat membuat dan mewujudkan impian. Bisa mengemudikan mobil juga terhitung memuliakan Tuhan, karena secara tak langsung, kita berhasil mengalahkan ketakutan saat turun ke jalan. Jadi, lakukanlah (belajar menyetir) itu untuk Tuhan.
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” – Kolose 3:23
Pastikan pula rencana yang kita susun tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dengan meyakini hal tersebut, kita akan lebih ringan dan mantap dalam memperjuangkan impian.
Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” – Yakobus 4:15
Nah, setelah menyusun strategi, berdoa, dan memastikan semuanya sesuai kehendak Tuhan, apa lagi yang harus kita lakukan?
Terapkan tiga hal ini dalam upaya mencapai impian:
1. Miliki Tujuan yang Jelas
Kita harus tahu apa alasan kita mencapai sesuatu. Misalnya, kita butuh SIM karena ingin mandiri dalam mobilitas. Saat ada keperluan mendesak, kita dapat pergi tanpa harus menunggu pasangan pulang dari kantor. Kita juga bisa turun tangan dengan cepat dalam kondisi darurat, misalnya mengantarkan anggota keluarga yang sakit ke dokter.
Selain untuk meminimalisir risiko tertentu, kita perlu mencatat dampak positif impian kita. Misalnya, kita membayangkan betapa asyiknya menjadi orang yang bisa luwes bepergian tanpa merepotkan anggota keluarga lain. Betapa leganya ketika kita mampu mengalahkan raksasa yang bernama ketakutan.
Sering kali realisasi itu tidak semenakutkan ketika kita hanya membayangkan berapa lama atau bagaimana prosesnya. Jadi, carilah sebanyak mungkin alasan menarik yang membuat kita semakin termotivasi untuk mencapai impian.
2. Pilih Alternatif Terbaik
Tidak cukup hanya memiliki tujuan, kita juga harus tahu cara untuk mencapainya. Luangkan waktu untuk membuat strategi, seperti raja yang duduk untuk menyusun persiapan perang (Lukas 14:31). Catat kemungkinan apa saja yang bisa kita jalani untuk mencapai tujuan.
Contohnya, untuk mendapatkan SIM A, kita punya beberapa pilihan. Kalau ingin hemat, kita bisa belajar menyetir mobil dengan pasangan, teman, atau anggota keluarga; tinggal tentukan hari dan jam latihan yang teratur. Bagi yang punya dana lebih, dapat mendaftar kursus mengemudi. Dalam beberapa kali pertemuan, kita sudah mahir menyetir dan mendapatkan SIM.
Setelah itu, pertimbangkan pilihan yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi kita. Sebagian mungkin berpikir lebih baik kursus mengemudi, karena belajar dari pasangan seringnya jadi tidak serius berhubung gratis. Namun, tak sedikit pula orang yang akhirnya pandai mengendarai mobil berkat gemblengan pasangan.
Pikirkan beberapa alternatif dengan pertimbangan masing-masing, lalu pilih yang paling cocok dengan sikon kita. Apa pun pilihannya, selama kita tekun mengerjakan, niscaya akan mendekatkan kita pada tujuan.
3. Tentukan Jangka Waktu
Menunda adalah kebiasaan buruk yang menjauhkan impian kita dari kenyataan. Itulah sebabnya kita perlu menata jadwal. Dengan adanya deadline, kita akan “terpaksa” menjalani titik demi titik sepanjang jalan menuju impian. Misalnya, kita akan mendaftar les mengemudi pada tanggal 10 Februari dan selesai belajar tanggal 10 April. Artinya, pada akhir April, kita sudah mengantungi SIM A.
Sekalipun kita punya tujuan dan alternatif jalan, tanpa dibatasi jangka waktu pelaksanaan, biasanya kita tergoda menunda atau berlambat-lambat sampai akhirnya kehabisan waktu. Karena itu, tentukan waktu yang tepat untuk memulai dan menyelesaikan rencana. Dengan demikian, usaha kita menuju impian akan lebih terukur dan mudah ditelusuri tahapannya.
Dengan tujuan jelas, memilih alternatif sesuai sikon, dan menetapkan jangka waktu, maka peluang keberhasilan dalam mencapai impian akan semakin besar. Hal ini berlaku untuk semua impian yang ingin kita raih. Di atas semua itu, jangan lupa berdoa, susun strategi, serta pastikan setiap langkahnya seturut kehendak Tuhan.
Tahun ini, marilah kita berjuang menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara mengalahkan ketakutan, menempa kedisiplinan, serta pantang menyerah dalam berusaha. Moga-moga pada akhir tahun nanti, kita akan tersenyum dan menconteng semua daftar impian yang berhasil dicapai. Bukankah itu berarti kita sudah memuliakan Tuhan?
Source : https://gkdi.org/blog/impian/
- suwandisetiawan's blog
- Login to post comments
- 1068 reads