You are hererenungan / Kunci Kesuksesan: Perubahan
Kunci Kesuksesan: Perubahan
Semua orang pasti ingin sukses, baik dalam pendidikan, karir, bisnis, percintaan, ataupun kerohanian. Tetapi, sedikit orang yang bersedia melakukan perubahan untuk mengklaim kesuksesan itu menjadi miliknya. Tanpa perubahan, kesuksesan adalah sesuatu yang mustahil.
Anda pasti kenal beberapa tokoh inspiratif dan perjalanan mereka mencapai kesuksesan. Misalnya, penemu bola lampu Thomas Alva Edison, pendiri Facebook Mark Zuckerberg, dan dari dalam negeri salah satunya adalah Nadiem Makarim, sosok di balik berdirinya Gojek.
Satu hal yang menarik, sebelum mencapai kesuksesan, ternyata mereka telah mengalami banyak sekali kegagalan. Thomas Alva Edison melakukan percobaan hingga ratusan kali, bahkan mungkin ribuan, sebelum akhirnya berhasil menciptakan lampu bohlam. Mark Zuckerberg harus mengalami kegagalan dalam pendidikan formalnya. Gojek sempat vakum dan tidak berkembang, sampai akhirnya menjadi perusahaan sebesar saat ini.
Dari kisah-kisah tersebut, pelajaran apa yang dapat kita ambil? Biasanya, pesan tentang kegigihan, semangat pantang menyerah, dan juga kesabaran. Bukankah begitu? Itu memang benar, tetapi dari kisah perjuangan mereka ada satu lagi pesan yang dapat kita ambil, yaitu untuk mencapai kesuksesan, mereka bersedia melakukan perubahan. Bukan hanya sekali, mereka melakukan beberapa kali perubahan, bahkan sampai entah berapa kali.
Perubahan berperan penting dalam menentukan perjalanan hidup sampai kepada kesuksesan menurut versi kita masing-masing. Alkitab sendiri mencatat bahwa perubahan adalah sesuatu yang penting agar kita dapat berkenan kepada Tuhan. “Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu,…” Agar kita berkenan di mata Tuhan, kita perlu melakukan perubahan hidup.
Kesuksesan tidak selalu diraih melalui perubahan besar-besaran. Justru, seringkali perubahan-perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu-lah yang dapat menghasilkan dampak besar. Saat memikirkan perubahan besar, seringkali kita akan merasa berat dan takut. Akibatnya, tak jarang kita akhirnya merasa jalan ditempat, tanpa perubahan yang berarti.
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Lukas 16:10
Jadi, apa yang perlu dilakukan? Mari kita simak baik-baik dua hal berikut:
Perubahan Kecil #1 : Kebiasaan
“Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali,” adalah kalimat dari filsuf terkemuka Aristoteles. Kebiasaan, meskipun tampaknya remeh, memiliki kekuatan yang besar. Diri kita hari ini adalah hasil dari kebiasaan-kebiasaan kita sebelumnya. Jika hari ini Anda menyukai sepak bola, mungkin itu dikarenakan terbiasa menonton / bermain sepak bola sejak lama. Jika mahir berbisnis, mungkin dikarenakan terbiasa melihat orang berdagang. Kalau Anda seorang pemalas, karena dari dulu tidak terbiasa dengan kehidupan yang bertujuan.
Tetapi, kebiasaan jugalah yang menentukan masa depan Anda. Karena itu, kita perlu mengenali kebiasaan-kebiasaan kita. Coba amati diri Anda dan kebiasaan-kebiasaan Anda, buat catatan kegiatan Anda dari bangun pagi hingga malam hari. Kemudian, pikirkanlah kesuksesan yang ingin Anda capai dalam hidup. Sekarang tanyakanlah kepada diri sendiri, “Apakah kebiasaan-kebiasaan saya selama ini cukup efektif untuk membawa saya kepada hasil yang saya inginkan?” Jika jawabannya tidak, maka Anda tahu dari mana harus memulai perubahan itu. Mulailah dari kebiasaan yang tidak efektif. Pada akhirnya, kebiasaanlah yang akan menghasilkan karakter (Roma 5:4 –NIV).
Perubahan Kecil #2 : Belajar Nyaman dengan Ketidaknyamanan
Perubahan itu tidak terasa nyaman. Ya, betul! Banyak ketidaknyamanan saat kita memutuskan untuk berubah. Kita mungkin saja merasa lelah, mungkin kita merasa berjuang sendirian, atau mungkin lingkungan terasa tidak mendukung kita. Sebuah contoh kecil saja, sebelum memutuskan untuk menjadi Murid Yesus, mungkin kita terbiasa sembarangan berlalu-lintas. Saat kita belajar untuk berubah, betapa tidak nyamannya harus menunggu lampu merah saat sedang tergesa-gesa, meskipun jalanan di depan kita kosong. Apalagi jika ada kendaraan lain yang membunyikan klakson di belakang kita.
Secara refleks, tubuh kita cenderung menolak ketidaknyamanan. Namun, mengetahui bahwa perubahan ini baik bagi kita, maka kita perlu berlatih untuk merasa nyaman dengan ketidaknyamanan. Kita perlu mengubah pola pikir kita, dan kita juga memerlukan teman atau komunitas untuk mendukung perubahan itu.
Di dalam proses perubahan, kita pasti akan menemui rintangan, entah dari keadaan, ataupun dari emosi negatif kita sendiri, yang mungkin membuat kita berpikir untuk menyerah. Saat Anda mengalaminya, pikirkanlah hal-hal berharga yang akan terjadi melalui perubahan yang sedang Anda lakukan saat ini. Apa pun ketidaknyamanan yang kita rasakan, akui saja. Disinilah peran komunitas sangat penting. Komunitas membuat Anda tidak merasa berjuang sendirian atau merasa asing. Komunitas yang sehat akan mendukung dan menumbuhkan Anda.
Jadi, bagaimana? Apakah kita siap melakukan perubahan? Yuk, memulainya dari hal-hal kecil, dan jangan kehilangan pandangan akan hal-hal besar yang dapat kita raih melalui perubahan-perubahan itu.
Source : https://gkdi.org/blog/kunci-perubahan/
- suwandisetiawan's blog
- Login to post comments
- 1102 reads