You are hererenungan / Kenali dan Waspadai 5 Ciri Orang Fasik

Kenali dan Waspadai 5 Ciri Orang Fasik


By suwandisetiawan - Posted on 21 December 2018

Para konselor, pastor, dan pelayan gereja seringkali kesulitan membedakan orang fasik dengan pendosa biasa—orang yang hidupnya kacau, tidak sempurna, penuh kelemahan serta dosa.

Saya kira salah satu alasan kita tidak ‘melihat’ kefasikan adalah karena kita sulit percaya individu-individu keji ini benar-benar ada. Kita tak bisa membayangkan seseorang menipu kita tanpa perasaan, menyakiti sesama tanpa penyesalan, merancang kebohongan untuk menghancurkan reputasi orang lain, atau pura-pura taat tetapi sesungguhnya tidak punya rasa takut akan Allah.

Apa bedanya orang fasik dengan pendosa biasa?

Menurut KBBI, orang fasik adalah orang yang percaya Tuhan, tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan berbuat berdosa.

Mazmur 36:1-4 mengungkap: “Dosa bertutur di lubuk hati orang fasik; rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu, sebab ia membujuk dirinya, sampai orang mendapati kesalahannya dan membencinya. Perkataan dari mulutnya ialah kejahatan dan tipu daya, ia berhenti berlaku bijaksana dan berbuat baik. Kejahatan dirancangkannya di tempat tidurnya, ia menempatkan dirinya di jalan yang tidak baik; apa yang jahat tidak ditolaknya.”

Alkitab menyatakan bahwa di antara anak-anak Tuhan ada serigala berbulu domba (Yeremia 23:14; Titus 1:10; Wahyu 2:2). Memang benar, hati manusia condong kepada dosa (Roma 3:23), dan itu mencakup kefasikan (Kejadian 8:21; Yakobus 1:4). Kita semua gagal mencapai kesempurnaan moral Allah. Kendati demikian, pendosa umumnya tidak menuruti keinginan jahat mereka dengan gembira, juga tidak merasa lebih baik ketika melakukannya.

Berikut adalah lima indikator yang dapat membantu Anda melihat apakah Anda menghadapi orang fasik alih-alih pendosa biasa. Keduanya butuh pendekatan yang sangat berbeda.

1. Orang fasik ahli menciptakan kebingungan dan pertikaian

Mereka memelintir fakta, menyesatkan, berdusta, menolak bertanggung jawab, menyangkal realitas, mengarang cerita, dan menahan informasi (Mazmur 5:8, 10:7, 58:3, 109:2–5, 140:2; Amsal 6:13,14; 6:18,19; 12:13; 16:20; 16:27, 28; 30:14; Ayub 15:35; Yeremia 18:18; Nehemia 6:8; Mikha 2:1; Matius 12:34-35; Kisah Para Rasul 6:11–13; 2 Petrus 3:16).

“Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.” – 2 Petrus 3:16

2. Orang fasik pandai bicara dan suka menyanjung untuk mengelabui orang

Jika Anda melihat buah-buah kehidupan mereka, atau menindaklanjuti perkataan mereka, Anda takkan menemukan bukti pertumbuhan atau perubahan rohani. Semuanya hanyalah tipu muslihat (Mazmur 50:19, 52:2,3, 57:4, 59:7, 101:7; Amsal 12:5, 26:23–26, 26:28; Ayub 20:12; Yeremia 12:6; Matius 26:59; Kisah Para Rasul 6:11–13; Roma 16:17-18; 2 Korintus 11:13,14; 2 Timotius 3:2–5; 3:13; Titus 1:10,16).

“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.” – Roma 16:17-18

3. Orang fasik haus kendali, dan otoritas tertinggi mereka adalah diri sendiri

Mereka menolak umpan balik, pertanggungan jawab, dan mengarang aturan hidup mereka sendiri. Mereka menggunakan Kitab Suci untuk keuntungan pribadi, tetapi mengabaikan dan menampik ayat-ayat yang membutuhkan pemeriksaan batin dan pertobatan (Roma 2:8; Psalms 10; 36:1–4; 50:16–22; 54:5,6; 73:6–9; Amsal 21:24; Yudas 1:8–16).

“Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyolok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal pemerasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi.” – Mazmur 73:6-9

4. Orang fasik memanfaatkan simpati orang yang berniat baik

Orang fasik menuntut belas kasih, tetapi tidak akan memberikannya. Mereka meminta kehangatan, pengampunan, dan keintiman dari mereka yang mereka sakiti tanpa empati atas rasa sakit yang mereka akibatkan. Tanpa niat untuk memperbaiki atau membangun kembali kepercayaan yang rusak (Amsal 21:10; 1 Petrus 2:16; Yudas 1:4).

“Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” – Yudas 1:4

5. Orang fasik tidak punya belas kasihan dan tidak merasa bersalah

Mereka tidak mengalami pergulatan melawan dosa atau kejahatan—mereka menikmatinya—sementara menyamar menjadi seseorang yang berkarakter mulia (Amsal 2:14–15; 10:23; 12:10; 21:27,29; Yesaya 32:6; Roma 1:30; 2 Korintus 11:13–15)

“Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.” – Roma 1:30-31

Jika Anda berhubungan dengan orang-orang dengan karakter di atas, sangat penting untuk mengkonfrontasi mereka sejak awal. Anda mesti menamai kejahatan seperti apa adanya. Semakin lama Anda berusaha bertukar pikiran atau menunjukkan kemurahan, semakin Anda terjerumus menjadi pion dalam permainan mereka.

Orang-orang fasik ingin Anda berpikir bahwa:

1. Tindakan-tindakan kejam mereka tidak punya konsekuensi serius atau menyakitkan

Saat mereka bilang, “Maafkan aku,” mereka mengharapkan Anda—pastor, konselor, pelayan gereja, pembimbing, mentor, teman—sebagai pengacara amnesti mereka melawan orang yang mereka sakiti. Mereka percaya kemurahan hati memberi mereka kekebalan atas konsekuensi dosa mereka. Mereka percaya rahmat pengampunan membuat mereka berhak atas rekonsiliasi penuh, dan akan menekan Anda atau korban mereka untuk mematuhinya.

Alkitab memperingatkan kita, “Seandainya orang fasik dikasihani, ia tidak akan belajar apa yang benar; ia akan berbuat curang di negeri di mana hukum berlaku, dan tidak akan melihat kemuliaan TUHAN.” – Yesaya 26:10

Lebih lanjut, Alkitab menyatakan bahwa ucapan tidak dapat menyadarkan orang-orang fasik, tetapi konsekuensi buruk mungkin bisa. Yesus tidak menyadarkan para Farisi dengan kata-katanya; demikian pula, nasihat Allah tidak memengaruhi Kain (Kejadian 4)

Selain itu, Alkitab menunjukkan bahwa ketika seseorang benar-benar menyesali perbuatan mereka, dia akan berusaha memperbaiki kesalahan terhadap orang-orang yang dia sakiti (lihat tindakan Zakheus setelah bertobat dari keserakahannya di Lukas 19).

Tim Keller menulis, “Jika Anda pernah menjadi korban kejahatan, jika Anda pernah menderita kekerasan, dan si pelaku (atau bahkan hakim) berkata, ‘Maaf, bisakah kita anggap ini selesai?’ Anda tentu akan berkata, ‘Tidak, itu tidak adil.’ Penolakan Anda tak ada hubungannya dengan kepahitan atau pembalasan dendam. Kalau Anda telah dianiaya, Anda tahu minta maaf tidaklah cukup. Ada hal yang harus dilakukan—harga yang harus dibayar untuk memperbaiki keadaan.”

Janganlah kita bersekongkol dengan kejahatan dengan berbalik dari si korban. Menyuruhnya memaafkan, melupakan, dan memercayai si pelaku tanpa bukti perubahan perilaku dari yang bersangkutan. Amsal 25:19 menyatakan, “Kepercayaan kepada pengkhianat di masa kesesakan adalah seperti gigi yang rapuh dan kaki yang goyah.” Itu tindakan konyol.

Orang fasik juga ingin Anda berpikir bahwa:

2. Jika saya bicara seperti seorang pengikut Injil, saya akan dianggap demikian, meski tindakan dan ucapan saya tidak selaras

Ingatlah, Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat Terang (2 Korintus 11:13–15). Orang fasik tahu lebih banyak tentang doktrin-doktrin kebenaran daripada Anda atau saya, tetapi hatinya bengkok. Kenapa? Karena meski tahu kebenarannya, dia tidak percaya atau hidup seturut kebenaran itu.

Firman Tuhan menegur keras orang-orang yang tindakannya tidak sesuai dengan ucapan mereka (1 Yoh 3:17-18; Yer 7:8,10; Yak 1:22, 26).

“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” – 1 Yohanes 3:17-18

Apabila minggu demi minggu Anda hanya mendengar ucapan tanpa perubahan dalam tindakan seseorang, Anda punya alasan untuk mempertanyakan hubungannya dengan Tuhan.

Bagian dari kedewasaan kita sebagai pemimpin spiritual adalah kita telah dilatih membedakan kebaikan dan kejahatan. Mengapa ini penting? Karena kejahatan biasanya berpura-pura baik, dan tanpa hikmat, kita dapat mudah dikelabui (Ibrani 5:14).

Ketika kita mengkonfrontasi kejahatan, kemungkinannya adalah orang-orang jahat itu akan berhenti mencari bimbingan Anda, karena kegelapan membenci terang (Yohanes 3:20); orang fasik menolak kecaman (Amsal 9:7-8). Namun, itu lebih baik daripada membuat orang fasik percaya bahwa Anda memihak dia. Bahwa “dia tidak seburuk itu”. Bahwa “dia benar-benar menyesal”. Atau, “bahwa dia berusaha berubah”, padahal kenyataannya tidak.

Nabi Daniel berkata, “Orang-orang fasik akan berlaku fasik; tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya.” (Daniel 12:10).

Ini mengundang pertanyaan: apakah menurut Anda orang fasik benar-benar bisa berubah?

Source : https://gkdi.org/blog/kenali-dan-waspadai-5-ciri-orang-fasik/

Tags