You are hererenungan / Indah Pada Waktu nya

Indah Pada Waktu nya


By suwandisetiawan - Posted on 02 April 2019

Anda pasti sudah pernah mendengar istilah “indah pada waktunya,” ‘kan? Begitu terkenalnya sehingga sejumlah lirik lagu, bahkan judul lagu, memakai istilah tersebut.

Namun, kadangkala sebuah ungkapan tinggallah ungkapan tanpa kita sendiri benar-benar memaknainya. Apalagi saat masalah demi masalah datang silih berganti. Cobaan demi cobaan menimpa. Dimanakah letak keindahannya? Mungkin itu yang sering kita pertanyakan.

Ayub adalah satu tokoh Alkitab yang tidak habis-habisnya mengalami kesengsaraan dan penderitaan. Di dalam kitab yang mencatat seluruh pergumulan hatinya kala menghadapi cobaan hidup, kita dapat menemukan jawaban atas pertanyaan klasik tadi. Mari kita melihat ke masa-masa yang dialami Ayub dan belajar bagaimana segalanya dapat menjadi indah pada waktunya.

MASA-MASA BAHAGIA

Setiap dari kita tentunya memiliki masa-masa bahagia di dalam hidup. Ketika semuanya berjalan seperti yang kita harapkan dan impikan. Ayub menceritakan dengan begitu detil masa-masa bahagia di dalam hidupnya di Ayub 29:1-25. Ucapnya, “Apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji” (Ayub 29:11).

Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami masa-masa bahagia dan kejayaan itu. Saat Anda sedang berada di puncak karier, mempunyai keluarga yang harmonis, pasangan yang mengasihi, melakukan pelayanan untuk Tuhan, atau mengalami banyak keberuntungan. Orang-orang mendengar tentang Anda dan menganggap Anda berbahagia. Mereka memuji, menghargai, bahkan menghormati Anda.

Nikmatilah waktu-waktu saat semuanya berjalan baik di dalam hidup. Bersyukurlah kepada Tuhan atas kebahagiaan yang Anda rasakan. Namun, hendaknya kita senantiasa mengingat bahwa setiap hal yang kita miliki sesungguhnya adalah milik Tuhan. Apa yang kita miliki hari ini mungkin saja takkan selalu menjadi milik kita. Seperti pepatah mengatakan, “Roda kehidupan terus berputar, kadang kita di atas, ada saatnya kita di bawah.”

MASA-MASA SULIT

Ayub 3:11 Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?

Pernahkah Anda merasa tiba-tiba dunia seakan berhenti berputar? Seperti Ayub, tidak selamanya hidup berjalan seperti yang kita inginkan. Kesulitan dapat datang kapan saja tanpa kita duga dan tak ada yang dapat kita lakukan untuk menghindarinya.

Mungkin Anda sedang menghadapi masa depan yang tidak jelas, keluarga yang berantakan. Bisa juga pasangan Anda meninggalkan Anda, atau berhenti berusaha mempunyai pernikahan yang baik. Mungkin gagal dalam sekolah, tidak ada kemajuan dalam karier, atau bahkan kehilangan pekerjaan saat masih memiliki banyak tanggungan. Di waktu-waktu seperti inilah kita bertanya merasa putus asa dan merasa bahwa hidup ini tidak adil.

Berbicara tentang ketidakadilan, tentu saja yang dialami oleh Ayub lebih tidak adil lagi. Dia tidak mengalami kemalangan karena kesalahannya sendiri. Namun, bagaimana Ayub merespon semuanya itu?

– Ayub Tahu Benar Siapa yang Mempunyai Kuasa

Ketika kabar buruk datang bertubi-tubi dalam satu hari, Ayub menyatakan kekecewaannya. Dia tidak memahami apa yang terjadi kepada dirinya. Tetapi, lihatlah apa yang diucapkannya, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:21b)

Dia tidak menangis pilu, menyesali nasib, marah, atau merasa hancur. Ayub tahu bahwa semua miliknya adalah pemberian Allah. Dia menerima saat Tuhan mengambil apa yang telah diberikan kepadanya.

Berapa banyak di antara kita yang akan merespon seperti Ayub? Tidakkah kita kerap merasa bahwa yang kita miliki adalah hasil jerih payah kita dan tidak ada yang berhak mengambilnya? Tidak jarang kita merasa marah dan tidak adil saat kehilangan apa yang kita miliki.

Namun, saat kita tahu benar dan yakin siapa yang memegang kuasa akan hidup kita, maka kita dapat menjalani masa-masa sulit itu dengan tenang. Bahkan, tetap bersyukur seperti Ayub!

– Ayub Tetap Setia Kepada Tuhan

Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10) Seringkali kita memendam kekecewaan saat masa-masa sulit terjadi di dalam hidup kita. Kekecewaan yang terus kita pendam akan menjadi kepahitan. Kita mulai ragu bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Pertanyaannya, untuk itukah kita mengikut Kristus? Apakah berkat dan keberhasilan yang menjadi motivasi kita dalam mengikut Dia?

Ayub tidak berhenti mengasihi Tuhan, di masa-masa bahagia maupun di masa-masa sulit di dalam hidupnya. Dia setia dan menerima segala hal yang baik maupun buruk di dalam mengikut Tuhan.

INDAH PADA WAKTUNYA

Di dalam melewati masa-masa sulit dan cobaan terberat di dalam hidupnya, Ayub terbukti tidak bersalah dalam semuanya. Seperti tertulis di akhir kitab Ayub, “Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih daripada dalam hidupnya yang dahulu.” (Ayub 42:12) Dapatkah Anda bayangkan, inilah yang Tuhan berikan karena kesetiaan Ayub di masa-masa sulitnya:

7000 ekor kambing domba menjadi 14000 domba
3000 ekor unta menjadi 6000 unta
500 pasang lembu menjadi 1000 pasang lembu
500 ekor keledai menjadi 1000 keledai

Tidak hanya itu, Tuhan juga menambahkan umur Ayub 140 tahun lamanya sampai Ayub menyaksikan anak-anak dan cucunya hingga keturunan yang ke-empat (Ayub 42:16)!

Ketika mengalami masa-masa sulit, kita perlu mengingat bahwa hidup belum berakhir. Tuhan belum selesai dengan Anda. Seperti sebuah kutipan yang sering diucapkan oleh banyak orang, Everything will be okay in the end. If it’s not okay, it’s not the end. Jika kita terus setia kepada Tuhan, maka semua akan indah pada waktunya! Atau, lebih tepat jika kita katakan, semua akan indah pada waktu-Nya!

Saya teringat akan ayat berikut: “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak” (Ibrani 12:6). Melalui masa-masa sulit, tujuan Tuhan bukanlah untuk membiarkan kita atau menghukum kita. Seperti Ayub, ada waktunya kita tidak mengerti mengapa hal buruk menimpa kita. Namun, jika kita memandangnya sebagai sebuah proses, maka semuanya akan indah pada waktu-Nya. Orang-orang tidak percaya pun mengalami berbagai masa di dalam hidupnya. Bukankah lebih baik jika kita mengalami semua itu dengan cara-cara Tuhan dan di dalam perlindungan-Nya? Marilah kita belajar untuk bertekun dan selalu mengingat, bahwa semuanya akan indah pada waktu-Nya!

Source : https://gkdi.org/blog/waktu/

Tags