You are hererenungan / Hikmat: Bagaimana Cara Mendapatkannya?
Hikmat: Bagaimana Cara Mendapatkannya?
Salah satu hal yang menjadikan sosok Salomo begitu terkenal adalah hikmat. Tertulis di Alkitab, bahwa sebelum dan sesudah Salomo, tidak akan ada orang yang begitu berhikmat seperti dia. Bahkan ratu negeri Syeba pun datang berkunjung untuk membuktikan dan merasakan sendiri hikmat Salomo (1 Raja-raja 10:1-13).
Hikmat membuat Salomo memiliki cara pandang luar biasa terhadap hidup. Hal ini terlihat dari kitab yang ditulisnya, yaitu Pengkhotbah. Hikmat memampukan Salomo membedakan apa yang benar dan salah, serta membantunya mengambil keputusan yang adil dan bijaksana.
Karena begitu pentingnya hikmat, banyak orang yang menginginkannya. Lantas, bagaimana cara mendapatkan hikmat?
1. Hikmat diberikan kepada yang meminta
“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?”
“Maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.”
– 1 Raja-raja 3:9,12
Hikmat akan diberikan kepada mereka yang meminta. Karena Salomo meminta, Tuhan pun memberikan kepadanya hikmat yang luar biasa.
Pertanyaannya, sudahkah kita meminta hikmat kepada Tuhan? Dia, Allah yang Mahatahu, mengetahui apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa kita mengatakannya. Namun, Dia juga ingin kita meminta dan mendoakan apa yang kita harapkan. Kalau kita menginginkan hikmat, jangan lupa berdoa untuk memintanya dari Tuhan.
2. Hikmat berasal dari Tuhan dan sikap takut akan Tuhan
“Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir.” – 1 Raja-raja 4:29-30
Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. – Amsal 2:6
Hikmat berasal dari Tuhan. Namun, bukan berarti setelah berdoa memohon hikmat, kita tak perlu melakukan apa-apa lagi. Nah, selain meminta, apa lagi yang harus kita lakukan agar mendapatkannya?
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. – Amsal 1:7
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian. – Amsal 9:10
Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati orang bebal. – Amsal 14:33
Untuk mendapatkan hikmat, kita tidak cukup hanya meminta, tetapi juga harus hidup dalam takut akan Tuhan. Hikmat dan takut akan Tuhan adalah satu paket yang tak terpisahkan. Ketika Salomo mulai bermain-main dengan dosa (memiliki 700 istri dan 300 gundik yang tidak takut Tuhan dan menyembah allah lain), Tuhan pun pergi dari Salomo dan tidak lagi meneguhkan kerajaannya.
Bagi kita yang sedang meminta hikmat, periksalah hati: apakah kita memiliki sikap takut akan Tuhan? Sudahkah kita mengenal sungguh-sungguh siapa Tuhan? Jika belum, maukah kita mengambil komitmen untuk benar-benar mengenal-Nya?
3. Hikmat bergantung pada diri sendiri
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. – Daniel 1:8
“Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum …” – Daniel 1:12
Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan raja. – Daniel 1:15
Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya. – Daniel 1:20
Saat direkrut bekerja di istana raja Babel, empat pemuda Israel (Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya) bertekad tidak menajiskan diri dengan santapan kerajaan dan anggur. Bahkan keempatnya berani mengadakan percobaan untuk membuktikan mereka akan tetap baik-baik saja dengan mengonsumsi makanan dan minuman pilihan mereka (sayur dan air putih).
Setelah selesai masa percobaan, perawakan mereka justru lebih baik dan sehat daripada orang-orang muda yang makan santapan raja. Juga, jauh lebih cerdas dari semua orang pintar di kerajaan itu.
Hidup bukan hanya bergantung kepada Tuhan, tetapi juga diri sendiri. Tuhan sanggup memberikan hikmat, tapi kita juga perlu memerhatikan cara hidup kita. Daniel dan ketiga temannya memiliki kepandaian luar biasa bukan semata-mata karena Tuhan menyertai mereka, melainkan juga karena mereka menjaga gaya hidup. Mereka mengatur apa saja yang boleh masuk ke tubuh mereka. Keempatnya tahu bahwa untuk tetap berhikmat, mereka harus menguduskan diri dan menjaga kesehatan.
Hari ini, saat kita datang meminta hikmat kepada Tuhan, sudahkah kita juga memerhatikan gaya hidup kita? Kebiasaan kita? Makanan yang kita konsumsi? Bagaimana kita memperlakukan tubuh? Apa yang kita lihat, dengar, dan bicarakan? Dengan siapa kita bergaul?
1 Korintus 15:33 mencatat, “Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Hikmat Tuhan takkan berperan maksimal jika kita tidak mengontrol apa yang masuk ke dalam tubuh dan pikiran kita.
Kawan, hikmat tidak datang dengan sendirinya, tetapi diberikan kepada mereka yang meminta kepada Tuhan. Hikmat datang saat kita mengambil keputusan untuk sungguh-sungguh mau takut akan Tuhan. Selain itu, kita juga perlu bersikap realistis, karena hikmat itu juga bergantung pada diri sendiri. Kebiasaan dan cara hidup kita akan memengaruhi bagaimana hikmat itu bekerja.
May the wisdom be with you. Semoga kita bisa menjadi orang yang lebih berhikmat. Amin.
Source : https://gkdi.org/blog/hikmat/
- suwandisetiawan's blog
- Login to post comments
- 2891 reads