You are heree-JEMMi No.39 Vol.15/2012 / Bima Di Indonesia

Bima Di Indonesia


Pendahuluan/Sejarah

Orang-orang Bima (disebut juga orang Mbojo) hidup di Provinsi Nusa Tenggara Barat, di dataran rendah yang rata di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu di bagian timur Pulau Sumbawa serta di Pulau Sangeang. Meskipun garis pantainya panjang, dilekuk oleh teluk-teluk, namun penduduknya tidak berorientasi ke laut dan hampir semua desanya terletak sejauh lebih dari 5 kilometer dari pantai. Bagian utara wilayah mereka memiliki tanah yang subur, sementara bagian selatannya tandus dan gersang. Orang-orang Bima juga disebut orang-orang "Oma" (berpindah) karena mereka melanjutkan pola hidup yang sering berpindah-pindah. Bahasa orang-orang Bima (kadang-kadang disebut "Nggahi Mbojo") meliputi dialek-dialek Bima, Bima Donggo, dan Sangeang.

Seperti Apa Kehidupan Mereka?

Mata pencaharian utama orang-orang Bima adalah pertanian lahan kering, namun mereka juga mengerjakan pertanian padi beririgasi dengan menggunakan suatu sistem irigasi yang disebut "panggawa". Orang Bima juga terkenal karena mereka beternak kuda. Wanita-wanita Bima ahli dalam menganyam tikar dari bambu dan daun kelapa sawit, serta menenun kain yang dikenal dengan sebutan "tember nggoli". Sebuah perkampungan orang Bima dinamakan "kampo" atau "kampe" dan dipimpin oleh seorang pemimpin desa yang disebut "neuhi". Ia dibantu oleh sekelompok tua-tua dari keluarga yang sangat dihormati. Posisi kepemimpinan diwariskan dari generasi ke generasi di antara keturunan pendiri desa. Orang-orang Bima tidak benar-benar tertutup dari pengaruh luar. Dulu, pendidikan sekolah dianggap berlawanan dengan adat mereka, namun sekarang mereka mendukung pendidikan dari sekolah dasar hingga universitas. Mereka cenderung menganggap pengaruh-pengaruh dari luar sebagai sesuatu yang baik, khususnya budaya dan teknologi.

Apa Keyakinan Mereka?

Meskipun mayoritas orang Bima memeluk Islam dan dikenal sangat setia kepada agama, mereka juga masih percaya kepada roh-roh dan melanjutkan praktik-praktik animistis. Masih ada banyak cenayang di antara masyarakat. Banyak orang Sumbawa yang mengaku sebagai orang Islam, bergantung pada nasihat dan bantuan para cenayang ini, khususnya pada saat-saat sulit. Orang-orang Bima takut dengan roh Batara Gangga (pemimpin para dewa dengan kuasa terbesar), Batara Guru, Idadari Sakti, dan Jeneng, juga terhadap roh-roh Bake, dan Jin yang tinggal di dalam pohon-pohon, gunung yang amat tinggi, dan diyakini memiliki kuasa untuk mendatangkan penyakit dan bencana. Mereka juga percaya pada sebuah pohon supernatural yang besar, yang terletak di Kalate dan di Murmas, yang merupakan tempat tinggal khusus dari dewa-dewa Gunung Rinjani, juga tempat tinggal khusus bagi Batara dan dewa-dewi yang lain. Kepercayaan-kepercayaan asli orang-orang Bima disebut "pare no bongi", mengacu pada keyakinan kepada roh-roh nenek moyang mereka. Pada tahun 1930-an, ratusan orang Bima di daerah pegunungan Dompu mendengar berita Injil dan menanggapinya. Saat ini, ada empat desa pegunungan yang penduduknya adalah orang Kristen. Orang-orang ini sangat miskin dan terisolasi, serta banyak dari mereka yang tidak sungguh-sungguh memahami Injil.

Apa Kebutuhan Mereka?

Bantuan kesehatan sangat dibutuhkan, khususnya di antara orang-orang Bima yang masih secara eksklusif menggunakan dukun (cenayang/tabib/okultis). Mereka juga membutuhkan peralatan pertanian tepat guna dan pelatihan. (t/Anna).

Pokok Doa:

  1. Berdoa supaya anak-anak Tuhan mau keluar dari zona nyaman dan melayani Tuhan Yesus sesuai panggilan.
  2. Berdoa untuk sebagian orang Bima yang sudah mengenal Injil, supaya mereka memiliki keyakinan yang teguh di dalamnya.
  3. Berdoa supaya Tuhan Yesus membuka jalan penginjilan bagi orang-orang Bima yang belum mengenal Yesus.
  4. Berdoa supaya ada program bantuan kesehatan dan peralatan pertanian tepat guna bagi masyarakat Bima.

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Joshua Project
Alamat URL : http://joshuaproject.net/people-profile.php?rog3=ID&peo3=10852
Judul asli artikel : Bima of Indonesia
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 24 Januari 2012

e-JEMMi 39/2012