BAGAIMANA GEREJA ANDA DAPAT MENGINJILI?
Oleh: Doug Murren dan Mike Meeks
Para pemimpin telah sering menekankan pertobatan, namun kunci
penginjilan saat ini adalah pra pertobatan.
Saya bertanya kepada salah seorang wanita yang akan segera dibaptis,
"Sudah berapa lamakah Anda berbakti di gereja ini?"
"Dua tahun."
"Kapan Anda bertemu Tuhan Yesus secara pribadi?"
"Dua minggu yang lalu."
Saya merasa tergugah untuk mengetahui lebih lanjut. Seusai
kebaktian, saya mencari wanita tadi dan bertanya,
"Anda perlu memberitahukan kepada saya: Apakah Anda datang di gereja
ini setiap minggu selama dua tahun, ataukah hanya sekali setahun,
atau yang lainnya?"
"Saya datang hampir setiap minggu."
"Dan Anda baru menerima Kristus dua minggu yang lalu?"
"Benar."
"Saya tidak ingin membuat Anda merasa sedih," tutur saya, "tetapi
mengapa Anda menunggu begitu lama?"
"Keluarga saya mulai menjadi Kristen dan kemudian goyah. Saya telah
mengalami aborsi tiga kali dan masalah obat-obatan. Saya menghadiri
sebuah sajian acara musik gereja dengan seorang teman, dan ia
mengajak saya datang di kebaktian-kebaktian penyembahan. Saya telah
mendengar bahwa di tempat inilah saya akan dikasihi dan diterima
sebagaimana adanya saya. Tetapi, memerlukan waktu yang cukup lama
bagi saya untuk dapat meyakininya."
Pada tahun 1990-an, orang-orang tak bergereja di Amerika yang
menerima Kristus biasanya melewati suatu "fase pra pertobatan" yang
panjang. Kami mendapati bahwa sebagian besar jemaat mengikuti
sedikitnya empat peristiwa penjangkauan sebelum mereka hadir di
suatu kebaktian secara teratur. Fase pra pertobatan ini mungkin
berlangsung setahun sampai dua tahun, dan ditandai dengan kehadiran
secara sporadis.
Mengapa?
Pada saat orang-orang yang belum bergereja hadir dalam gereja kami,
mereka berada pada suatu titik awal yang berbeda bila dibanding
dengan golongan orang yang belum bergereja 50 tahun yang lalu.
Golongan orang yang belum bergereja itu adalah kaum relativis yang
sempurna, yang telah menerima pluralisme sampai batas yang tak masuk
akal, dan tidak dapat menerima bagaimana Alkitab dapat memiliki
kewenangan mutlak (bersifat otoritatif) dalam hidup mereka.
Mereka memerlukan suatu tahap pra pertobatan yang seksama dan
seringkali membutuhkan waktu lama, sehingga mereka dapat membangun
kepercayaan kepada kita, membangun otoritas Alkitab, dan hubungan-
hubungan yang erat. Kami harus menghormati fase itu. Golongan orang
yang belum bergereja dewasa ini tidak mempercayai gereja, dan mereka
perlu datang dan hanya mengamati diri kami untuk sementara waktu.
Perbedaan terbesar antara sebuah gereja yang berhasil dalam
penjangkauan dan yang kurang berhasil adalah: "Di manakah Anda
bersedia untuk memulai dengan mereka, dan sampai kapankah Anda akan
bersabar bersama mereka selama fase pra pertobatan?"
Selama bertahun-tahun kami telah banyak berdoa, mengadakan riset,
dan uji coba di dalam menolong jemaat mengatasi rintangan-rintangan
yang tinggi di antara mereka dan iman Kristen.
Fokus pada "Mengajak-dan-Mengikutsertakan"
Mengundang orang-orang yang belum bergereja untuk menghadiri suatu
acara penginjilan tidaklah sulit. Tetapi, mengundang mereka untuk
menghadiri suatu kebaktian secara teratur, itulah yang sulit. Di
Eastside Church, kami memberikan sponsor kepada kelompok-kelompok
pendukung dan program-program "dua belas langkah", menyelenggarakan
festival jazz dan seni Kristen, dan melanjutkan dengan acara-acara
musik pada Hari Natal dan Paskah. Kami selalu mampu mengumpulkan
sekelompok orang untuk menghadiri acara-acara penjangkauan seperti
itu. Akan tetapi, mengundang seseorang untuk menghadiri sebuah acara
khusus tidaklah sama dengan mengundang dia untuk datang ke kebaktian
di gereja secara teratur.
Rahasianya bukan memperbanyak jumlah staf yang dibayar. Sebuah
gereja akan gagal jika berusaha untuk menerima orang yang belum
berpengalaman ke gereja pada saat ini hanya melalui berbagai cara
dan program yang kelihatan menarik. Pengikat yang efektif adalah
hubungan yang terjalin dalam suasana persahabatan yang akrab --
seorang anggota jemaat mengajak teman-temannya yang lain dan
memasukkan mereka ke dalam kehidupan gereja. Riset telah menunjukkan
bahwa di antara 10 orang yang datang ke sebuah gereja dan kemudian
hadir secara tetap, ternyata yang 9 orang dibawa seorang teman.
Kami menginvestasikan bagian terbesar waktu dan uang kami bukan pada
iklan, tetapi pada usaha menolong jemaat kami untuk dapat mengajak
dan mengikutsertakan teman-teman mereka (kami lebih senang
menggunakan istilah mengajak dan mengikutsertakan daripada
penginjilan).
Sedikitnya empat kali dalam setahun, kami membagikan suatu Paket
"Mengajak-dan-Mengikutsertakan". Isi paket ini termasuk kaset
pelatihan tentang cara mengajak teman Anda untuk hadir dalam sebuah
kelompok kecil atau sebuah acara penjangkauan (yang kami sebut
pelayanan ajak-dan-ikutsertakan). Paket tersebut termasuk juga
kartu-kartu untuk dibagikan kepada teman-teman; kartu itu memuat
daftar jam-jam kebaktian dan menunjukkan sebuah peta jalan menuju
lokasi gereja.
Kami juga melakukan survei terhadap jemaat kami: "Menurut Anda,
berita seperti apakah yang paling ingin didengarkan teman-teman Anda
yang akan datang di gereja?" Beberapa kali setahun kami menggunakan
hasil riset tersebut untuk menciptakan pesan-pesan yang sesuai
dengan keadaan mereka yang belum terbiasa datang ke gereja. Satu
seri khotbah tentang keluarga, misalnya, mempunyai sasaran golongan
orang yang belum bergereja. Kami menganggap bahwa para pendengar
tidak yakin pada rencana Allah bagi keluarga, karena itu kami
menjelaskan dan mengilustrasikan mengapa rencana Allah bekerja??.
Dalam suatu khotbah untuk penjangkauan seperti itu, kami memulai
dengan budaya kami -- lagu-lagu John Lennon atau sebuah film karya
Woody Allen, misalnya -- dan kemudian masuk kepada kebenaran
Alkitab, dan mengakhirinya dengan eksposisi Alkitab.
Kami menindaklanjuti para pengunjung yang didasarkan pada asumsi
bahwa mereka telah diajak oleh teman-teman mereka. Pada saat para
pengunjung memutuskan untuk menerima Kristus, kami akan mengatakan
sesuatu seperti ini: "Jika Anda mengajak seorang teman hari ini, dan
ia dapat menghargai bantuan Anda di dalam mempelajari secara lebih
mendalam tentang kehidupan Kristen, kami mendorong Anda supaya pergi
bersama-sama ke ruang resepsi. Di sana Anda dapat mengambil paket-
paket yang tepat dan sesuai bagi mereka yang baru saja mengambil
keputusan untuk menerima Kristus. Setelah itu, Anda dapat melakukan
beberapa hal yang baik bagi teman Anda. Pertama, jika Anda belum
bergabung dengan sebuah kelompok kecil, bergabunglah dalam salah
satu kelompok bersama mereka. Bagian informasi kami akan menunjukkan
kepada Anda satu kelompok yang baik. Kedua, ikutilah kelas
Pendalaman Alkitab di gereja bersama teman Anda." (Seringkali
pertobatan seorang teman menjadi langkah awal bagi si pembawa jiwa
baru dalam proses pemuridan selanjutnya).
Dalam beberapa minggu setelah suatu acara penjangkauan, kami
menghubungi orang yang baru hadir itu per telepon sekali, tetapi
kami menelepon tiga kali kepada si pembawa jiwa baru. Kami bertanya,
"Adakah masalah-masalah spesifik yang dapat kami bantu
penyelesaiannya?" Beberapa tahun lalu kami berpikir tentang
bagaimana menjadikan gereja kami agar tidak terlalu banyak dikuasai
pendeta, melainkan lebih banyak dikuasai kaum awam. Hal yang
mengejutkan kami, yaitu bahwa kami mendorong jemaat kami untuk
melakukan pelayanan, dan sebagai akibatnya, mereka sering dapat
membawa seorang teman kepada Kristus. Gereja-gereja yang lain
mungkin memiliki alasan-alasan teologis untuk tidak melakukan apa
yang kami lakukan, tetapi pokok masalahnya adalah ini: Kami
menekankan ikatan si petobat baru dengan tubuh Kristus, bukan dengan
kelompok yang profesional. Langkah yang strategis adalah
mengaktifkan kaum awam, memandang pendeta sebagai pembantu untuk
melengkapi mereka, dan memberikan alat perlengkapan kepada jemaat
yang sungguh-sungguh melakukan pelayanan.
Menciptakan Suatu Tempat yang Aman
Seorang pria telah menghadiri beberapa acara penjangkauan dan mulai
menghadiri kebaktian pada setiap Sabtu malam. Ia telah terjebak
dalam suatu gaya hidup gay dan sedang mencari suatu jalan keluar,
namun ia takut kalau-kalau ditolak gereja. Suatu hari ia datang
kepada saya sesudah kebaktian dan mengatakan, "Saya seorang
homoseksual. Saya telah mengikuti kebaktian di sini selama beberapa
bulan dan telah menyaksikan sikap Anda dan gereja Anda. Saya
tertarik karena gereja ini menjadi suatu tempat yang aman. Saya
ingin menyerahkan kehidupan saya kepada Kristus." Kami berdoa, dan
sesudah itu saya memperkenalkan dia kepada para pemimpin pelayanan
kami untuk kaum homoseksual. Ia bergabung dalam program ini, dan
tiga bulan kemudian ia menulis surat kepada saya. "Saat yang amat
menentukan dalam kehidupan saya untuk mengatasi keinginan
homoseksual," tulisnya, "adalah ketika saya berjumpa dengan Anda dan
menceritakan kepada Anda keberadaan saya apa adanya. Sesudah
mengikuti kebaktian selama beberapa bulan, saya merasa bahwa saya
dapat diterima. Saya tahu bahwa Anda melihat seorang pribadi,
bukannya seorang pria gay. Pada saat itu saya tahu bahwa saya sudah
bebas."
Orang-orang yang belum bergereja akan kembali ke suatu gereja yang
memberikan rasa aman. Bagi mereka, inilah unsur yang paling penting.
Jika mereka tidak merasa aman bersama Anda, mereka tidak akan mau
tinggal cukup lama untuk mendengarkan berita kebenaran.
Anda dapat melakukan beberapa hal untuk menjadikan diri Anda dan
gereja Anda sebagai tempat yang terasa aman bagi orang-orang yang
belum bergereja.
Jelaskan maksud Anda yang sesungguhnya. Apabila kami bertanya kepada
mereka yang belum bergereja mengapa mereka tidak datang ke gereja,
keluhan nomor satu, yaitu bahwa mereka tidak mengerti apa yang
sedang terjadi atau yang sedang disampaikan oleh pendeta. Kami
mencoba menghilangkan berbagai asumsi tentang apa yang akan
dimengerti para jemaat, dan kami berusaha keras untuk berbicara
dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka yang belum bergereja dan
belum berpengalaman. Berilah penjelasan mengapa. Kelompok masyarakat
pasca modernisme menolak komunikasi jenis petunjuk langsung. Jika
suatu khotbah dimulai dengan pernyataan otoritatif tentang
bagaimanakah seharusnya jemaat bersikap, khotbah seperti itu akan
membuat mereka mundur. Saya telah membuktikan bahwa lebih baik
berbicara secara persuasif, meski kadang-kadang perlu waktu dua kali
lebih lama untuk menjelaskan suatu pokok masalah. "Jika Anda
mempercayai hal ini, pasti akan terjadi demikian; jika Anda percaya
hal itu dengan sungguh-sungguh, pasti hal itu pun akan terjadi."
Dengan kata lain, jemaat sekarang lebih cenderung akan datang
kembali ke sebuah gereja yang memberikan penjelasan mengapa. Salah
satu di antara kaset-kaset rekaman yang paling banyak diminati
adalah "How We Got the Bible and Why We Know It's the Word of God"
(Bagaimana Kita Menerima Alkitab dan Mengapa Kita Tahu bahwa Alkitab
adalah Firman Allah).
Jangan merepotkan jemaat. Saya mempunyai seorang teman yang menjadi
rabbi. Suatu ketika saya berkata kepadanya, "Tidak takutkah Anda
bergaul dengan orang seperti saya, seorang penginjil yang lebih
senang melihat Anda bertobat?" Ia seorang pakar Kitab Roma 9-11 dan
mengajar di banyak seminari. Ia berkata, "Oh, tidak. Saya adalah
anugerah Allah bagi Anda. Menurut pemahaman saya tentang Perjanjian
Baru, tugas saya adalah memberikan kesempatan kepada Anda untuk
mengasihi. Jika saya diyakinkan, itulah pekerjaan Roh Kudus.
Pekerjaan Anda mengasihi, dan Roh Kudus meneguhkan." Rabbi itu
mungkin memahami proses tersebut dengan lebih baik dibanding kita!
Orang-orang merasa aman apabila kita mengasihi mereka dan tidak
berusaha memaksakan keputusan untuk segera menerima dan mengikut
Kristus.
Jangan kaget karena banyaknya masalah. Orang-orang yang belum
bergereja mengira bahwa gereja tidak menginginkan orang-orang yang
bermasalah dengan dosa. Mereka menganggap bahwa orang-orang yang
datang ke gereja adalah sempurna -- atau sedikit agak munafik untuk
bertindak seperti mereka. Apabila Anda tidak menempelak dosa-dosa
mereka, mereka merasa tenang. Apabila pendeta menunjukkan sikap
transparan dalam khotbah-khotbahnya, misalnya, hal ini dapat membuat
mereka mengakui masalah-masalah mereka.
Berikan tawaran-tawaran yang tidak mengancam. Kami tidak
mengadakan tantangan untuk maju ke depan (altar call) di gereja,
sebab banyak orang yang belum bergereja telah melihatnya melalui
acara TV dan tidak menyukainya. Namun demikian, kami selalu
memberikan suatu tawaran pada acara-acara penjangkauan. Biasanya
kami akan meminta hadirin agar memejamkan mata, dan kemudian meminta
mereka yang mau menerima Kristus supaya memandang pembicara. Kami
melakukan kontak mata dengan mereka dan mengajukan beberapa
pertanyaan, memohon mereka untuk mengangguk sebagai tanda tanggapan,
guna meyakinkan mereka mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.
Kami akan bertanya, "Apakah Anda diajak seorang teman?" Jika
seseorang mengangguk, kami meminta dia untuk bercerita kepada
temannya itu tentang keputusan yang baru dibuat. Kami berdoa dan
kemudian menawarkan suatu paket gratis berisi kaset-kaset dan
pelajaran Alkitab. Pada saat kami mendorong jemaat agar pergi
bersama teman mereka menuju ruang resepsi, kami mencoba mengarahkan
mereka supaya tidak agresif: "Kami menyadari bahwa banyak orang
tidak mau melakukan hal ini segera. Jadi, lakukanlah minggu depan,
apabila Anda merasa kurang tertarik pada sesuatu. Kami tertarik
dengan keputusan Anda sendiri, bukan memaksakan kehendak kami pada
Anda." Tidak berapa lama kemudian, seorang pria anggota gereja kami
mengajak tiga atau 40 orang teman sekerjanya ke suatu acara
penjangkauan dan kemudian mengadakan suatu pesta besar sesudah acara
itu. Di situlah mereka berbicara tentang apa yang mereka alami dalam
suasana yang menyenangkan dan nyaman tanpa ada ancaman. Di akhir
acara tersebut, ia berkata, "Silakan datang kembali ke gereja
secepat mungkin Anda dapat. Saya yakin Anda akan menyukainya."
Ternyata ada banyak di antara temannya yang datang ke gereja; bahkan
beberapa telah menerima Kristus. Jemaat yang dilatih untuk menjadi
"pembawa-dan-penarik" jiwa dapat mengajak teman-teman mereka ke
sebuah gereja yang mereka pandang relevan dan aman bagi mereka. Dan
cepat atau lambat, sebagian besar di antara mereka, kalau tidak
semuanya, pasti akan kembali ke gereja.
[- Doug Murren adalah pendeta pendiri Eastside Foursquare Church di
Kirkland, Washington.
- Mike Meeks adalah pendeta senior eksekutif di Eastside Foursquare
Church di Kirkland, Washington.]
Diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Kepemimpinan, Volume 35, Tahun IX |
Judul Artikel | : | Bagaimana Gereja Anda Dapat Menginjili? |
Penulis | : | Doug Murren dan Mike Meeks |
Penerbit | : | Yayasan Andi |
Halaman | : | 37 - 42 |
e-JEMMi 12/2004