TANPA RINTANGAN APAPUN
(Pesan Pribadi oleh Brother Andrew)
Di dalam beberapa terjemahan Alkitab, kitab Kisah Para Rasul
diakhiri dengan tiga buah kata di bagian penutupnya, yaitu: "Tanpa
Rintangan Apa pun." (Dalam terjemahan Alkitab bahasa Indonesia,
Kisah Para Rasul 28:31 tertulis: 'Dengan terus terang dan tanpa
rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar
tentang Tuhan Yesus Kristus.') Mungkin lebih tepat seandainya kitab
Kisah Para Rasul itu diberi judul: "Urapan dan Karya Roh Kudus atas
Para Rasul".
Sesungguhnya, Kisah Para Rasul ini adalah kisah tentang orang-orang
muda, pria dan wanita pengikut Yesus, saksi-saksi mata tentang masa
hidup-Nya, pelayanan-Nya, dan penderitaan-Nya, yaitu orang-orang
yang telah dipanggil dan diutus secara khusus untuk memberitakan
Injil (Kabar Baik).
Dengan penuh semangat mereka pergi meninggalkan harta bendanya dan
mulai berkhotbah serta bersaksi di mana-mana -- dalam Bait Allah, di
jalan-jalan, di rumah-rumah, bahkan terkadang di dalam penjara dan
sekali-kali di bawah lemparan batu yang menghujani tubuh mereka yang
sedang menemui ajalnya. Beberapa di antaranya bahkan harus
menghadapi singa-singa liar, ayunan pedang, dan penganiayaan. Mereka
terpaksa lari bersembunyi di gua-gua, lubang-lubang, hutan dan
ghetto-ghetto (perkampungan umat).
Mereka memasuki berbagai macam budaya yang tidak pernah mereka
survai sebelumnya. Mereka berhadapan dengan keyakinan-keyakinan
agama yang lain tanpa rasa takut. Itu bukan karena mereka kurang
mengenal budaya-budaya tersebut, justru mereka tahu benar mengenai
budaya-budaya tersebut yang tidak berhasil mengubah karakter orang-
orang dan tidak menghasilkan dampak moral dalam kehidupan orang-
orang yang melakukannya. Dan yang terutama, budaya-budaya itu tidak
pernah menyadarkan orang-orang bahwa dosa-dosa mereka telah
diampuni. Apalagi sampai mereka mengetahui tentang karunia hidup
kekal melalui Yesus Kristus yang dijanjikan Allah kepada semua orang
yang percaya kepada-Nya.
Semua ini justru mengobarkan semangat orang-orang yang telah
dipanggil untuk memberitakan Injil. Kasih mereka untuk misi yang
dipercayakan pada mereka dan kasihnya kepada Dia yang mengutus
mereka, semakin bertambah. Dan mereka tak pernah mengeluh mengenai
kesulitan yang dialami, bahkan ketika mengalami perlawanan yang
sengit.
Kita bisa belajar dari Paulus yang telah membaktikan dirinya lebih
dari para rasul lainnya. Dia mempunyai catatan perjalanan paling
panjang, mengalami paling banyak penderitaan, dan paling banyak
berkhotbah serta menulis berbagai pengalaman yang mendebarkan
termasuk derita dan mujizat yang dialaminya. Pada akhirnya ia
menyimpulkan semua itu sebagai berikut: "Bahkan kami merasa seolah-
olah kami telah dijatuhi hukuman mati" (2Korintus 1:9).
Menjelang akhir perjalanan hidupnya yang begitu panjang dan
produktif, Paulus dikenakan tahanan rumah di sebuah negeri yang
asing, jauh dari persekutuan orang-orang percaya dan bahkan setiap
saat menghadapi kemungkinan untuk dijebloskan ke dalam penjara.
Namun pada saat-saat itu ia masih juga meminta salah seorang dari
sedikit teman setianya yang tersisa untuk datang menjenguk dan
membawakan Alkitab serta jubahnya ("Bawa juga jubah yang
kutinggalkan ... dan juga kitab-kitabku terutama perkamen -- yang
terbuat dari kulit -- itu." 2Timotius 4:12-13)
Itulah hakikat dari misi pelayanan organisasi "Open Doors". Tahukah
Anda bahwa sejarah "Open Doors" boleh dikatakan sudah dimulai dari
jaman rasul-rasul itu? Dan kini mengenai orang-orang ini tertulis
bahwa "Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia
memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus
Kristus." (Kisah Para Rasul 28:31).
Sungguh suatu pelajaran berharga bagi kita hari ini. Makin meluasnya
pekabaran Injil sama sekali tidak berkaitan dengan tingkat
perlawanan yang dihadapi atau harga yang harus dibayar oleh orang-
orang yang memberitakannya. Jelas itu merupakan dua hal yang
berbeda.
Saya menekankan hal ini karena di masa-masa ini gereja semakin
teraniaya, para penginjil makin sering terintimidasi, dan harga dari
penginjilan seringkali menjadi sangat mahal. Terus terang saya
melihat bahwa di masa mendatang hidup dari para rasul, murid-murid,
misionaris, dan penginjil akan semakin terancam dan mendapat tekanan
dibandingkan hari-hari kemarin. Namun demikian kita harus mengerti
bahwa bagaimana pun juga, Injil atau Kabar baik itu akan tetap
disebarluaskan, gereja-gereja akan terus bertumbuh dan Kerajaan
Allah akan datang.
Selalu ada harga mahal yang harus dibayar dalam setiap penyebaran
Injil. Dalam masa-masa mendatang harga tersebut bahkan lebih
meningkat lagi dibandingkan hari-hari sebelumnya. Aniaya memang tak
dapat dihindarkan dan di masa-masa sekarang ini keadaan akan
bertambah sulit. Diperkirakan bahwa di abad ke-20 yang lalu lebih
banyak orang percaya yang telah kehilangan nyawanya karena percaya
kepada Yesus Kristus dibandingkan dengan 19 abad sebelumnya. Namun
demikian, Injil tetap diberitakan 'tanpa rintangan'. Karena Firman
Tuhan memang tidak dapat dirintangi.
Dapatkah Injil diberitakan tanpa rintangan apapun? Dalam masa-masa
krisis ini sekalipun? Pasti, asalkan Tuhan benar-benar dapat
mengubahkan kehidupan Anda dan saya sehingga menjadi manusia yang
sesuai dengan kehendak-Nya. Orang-orang akan pergi memberitakan
Injil dengan penuh sukacita dan dengan demikian "menggenapkan dalam
tubuhku, apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya,
yaitu jemaat." (Kolose 1:24). Itulah umat Kristen tertindas di masa
kini yang harus kita layani.
Sumber: Buletin Doa "Pintu-pintu Terbuka", Edisi Juni-Juli 2003
e-JEMMi 44/2003