|
Resources |
|
|
|
|
Artikel
Artikel-artikel MISI |
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia & Para Pengubah Dunia |
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia : 48 Kisah Nyata |
Buku
Buku-buku Misi |
|
Doa |
|
Info |
|
|
|
|
|
|
|
| |
|
artikel 39 dari 163 artikel |
|
|
|
APAKAH GEREJA RUMAH ITU?
Gereja Rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati. Begitulah cara
orang-orang yang hidupnya telah ditebus. Dengan cara yang sama pula
para murid Yesus bersama-sama meneladani kehidupan Kristus dalam
hidup sehari-hari. Karena orang-orang yang telah ditebus tidak lagi
menjadi milik diri mereka sendiri, mereka lalu mengadopsi gaya hidup
yang tidak lagi mengagungkan hak-hak pribadi serta pementingan diri
sendiri (individualistik). Gereja Rumah hanya akan mulai berkembang
bila para petobat sejati berhenti hidup untuk diri sendiri dan
tujuan-tujuannya sendiri, lalu mulai hidup bersama yang sesuai
dengan nilai-nilai Kerajaan Allah serta mulai membagi hidup dan
sumber-sumber hayati mereka dengan sesama orang Kristen maupun yang
belum Kristen di sekitar mereka.
Gaya hidup ini timbul dari keyakinan bahwa kita tidak hanya
mengalami Yesus Kristus dan Roh-Nya di dalam ruang-ruang kudus yang
memang khusus disediakan untuk maksud tersebut, tetapi justru dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian seperti itu, dinamika
kehidupan (organisme) Gereja Rumah adalah ranjang kematian bagi
egoisme sehingga merupakan tempat lahir gereja. Kehidupan komunal
sejati dimulai saat individualisme mati. Art Katz, seorang Yahudi
Mesianik yang sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam kehidupan
berkelompok, berkata:
"Hidup secara komunal akan melumatkan ego lama Anda dalam
kuasa Roh Kudus, dan menolong Anda keluar dari hidup
perseorangan yang runyam, kehidupan di mana kita, setelah
saling mengasihi selama satu jam pada kebaktian seminggu
sekali, buru-buru pulang untuk menyiram bunga kita masing-masing, duduk di beranda kita masing-masing, makan hidangan
kita masing-masing dan mencuci mobil kita masing-masing.
Masing-masing! Sudah seharusnya kita mulai berfungsi sebagai
salah satu bagian dari persekutuan orang-orang tebusan.
Sebagai orang-orang yang telah ditebus, kita sudah tidak lagi
'pulang ke rumah' seusai kebaktian, karena kita 'telah berada
di rumah' sewaktu bersama-sama saudara seiman."
Kekristenan "gaya" Gereja Rumah adalah tubuh Kristus yang berada di
rumah biasa, sebuah masyarakat yang terdiri dari kaum "tiga
pertobatan" yaitu mereka yang bertobat secara vertikal kepada Allah,
mereka yang secara horizontal bertobat kepada satu sama lain yang
menyebabkan mereka sanggup bertobat untuk melayani dunia dalam
kasih, belas kasihan dan kuasa.
Gereja Rumah dalam banyak hal mirip dengan sebuah kerukunan keluarga
besar rohani, saling terkait, spontan dan memiliki dinamika
kehidupan di dalamnya. Sama seperti sebuah keluarga besar, dalam
menjalani hidup sehari-hari mereka sebagai sebuah keluarga, tidak
diperlukan suatu pengorganisasian, birokrasi tinggi beserta upacara-upacaranya. Sesungguhnya, Gereja Rumah adalah cerminan bagaimana
orang-orang yang memiliki ikatan kekeluargaan bertingkah laku
terhadap yang lain. Karena Gereja Rumah adalah ciptaan adikodrati
yang ditemukan dan dikaruniakan oleh Allah, maka ia, bukan semata-mata sebuah marga keluarga yang rukun, yang memiliki beberapa
kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus itu adalah membentuk
sendiri struktur penunjangnya dari dalam, yaitu pelayanan lima
jawatan yang berfungsi seperti struktur penunjang yang dibangun oleh
tubuh manusia, sistem kelenjar dan saraf, jaringan pembuluh darah
dan kerangka. Orang bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan
kasih, rasa hormat dan penghargaan dari orang lain di sekitarnya.
Gereja Rumah menyediakan cara yang sehat dan tanpa persaingan untuk
mendapatkan hal-hal tersebut. Gereja Rumah pada dasarnya adalah cara
untuk saling mengasihi, mengampuni dan hidup bersama.
Bagaimana Gereja Rumah Itu?
Gereja Rumah mencerminkan kualitas dan karakter Allah. Gaya hidup
berkelompok ini dibentuk dalam semangat kasih, kebenaran,
pengampunan, iman dan kasih karunia, mengampuni, berduka bersama
mereka yang berduka, tertawa bersama mereka yang tertawa,
menunjukkan dan menerima kasih karunia, serta secara terus-menerus
berada dalam kebenaran dan pengampunan Allah. Inilah tempat di mana
segala macam topeng ditanggalkan dan kita bisa terbuka satu sama
lain dan di saat yang sama tetap saling mengasihi.
Apa yang Dilakukan di dalam Gereja Rumah?
Kita berada dalam bahaya jika begitu saja mengambil cetak biru dan
meniru mentah-mentah "bagian aksi"-nya. Jadi, sekali lagi saya ingin
mengingatkan bahwa saya tidak menyarankan kepada siapa pun untuk
membuat jiplakan dari gereja Perjanjian Baru. Saran saya adalah kita
pelajari dengan serius prinsip-prinsip dan nilai-nilai (values)
gereja Perjanjian Baru, mengambilnya sebagai asas-asas yang
ditetapkan oleh Allah, dan dengan asas-asas itu kita menciptakan
sebuah pergerakan Gereja Rumah di jaman kita, di kampung halaman,
tempat di mana ada budaya-budaya khusus -- bahkan di tengah suku
kita. Hal ini lebih cenderung merupakan proses inkarnasi daripada
sebuah usaha kontekstualisasi. Sebuah proses di mana Allah menjadi
manusia lagi di dalam konteks kita, dan bukan sekadar membuat
fotokopi murahan dari berbagai model yang sudah ada di tempat lain.
Orang-orang yang Allah bangkitkan untuk menyingkap dan
menginkarnasikan gereja ke dalam sebuah situasi tertentu, dalam
tindakan maupun dalam pemahaman alkitabiah, adalah orang-orang
Kristen yang memiliki karunia kerasulan dan kenabian.
Dari telaah terhadap Perjanjian Baru serta gereja mula-mula dan juga
gereja-Gereja Rumah kontemporer, ada empat hal yang menonjol.
Keempat hal ini kelihatannya merupakan landasan bagi Gereja Rumah
sepanjang zaman.
- "Meating"
... Perjanjian Baru mencatat hal ini mengenai orang Kristen mula-mula: "Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati"
(Kis 2:46). Agaknya hal ini merupakan pengalaman sehari-hari. Makan
adalah tujuan utama dari pertemuan mereka. Paulus berkata, "Karena
itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah
olehmu seorang akan yang lain" (1Kor 11:33). Makan merupakan hal
yang penting dalam perluasan Kerajaan Allah. Waktu Yesus mengutus
murid-murid-Nya berdua-dua (Luk 10:1-8), Yesus menasihati mereka
untuk mencari orang yang cinta damai, serta "makan dan minumlah apa
yang diberikan orang kepadamu". Pada saat murid-murid itu mengakui
kebutuhan dasar mereka ialah makan semeja dengan tuan rumah mereka,
mereka membagi hidup dengan cara yang paling intim dan mendasar, dan
secara profetis mengakui bahwa mereka semua, sadar atau tidak,
bergantung kepada Allah yang memberi makanan setiap hari pada
seluruh umat manusia. Sehingga, sebagai gantinya, mereka
menghidangkan roti hidup kepada sang tuan rumah ....
- Saling mengajar untuk taat
Inti dari pengajaran adalah "firman", kisah tentang Allah, Alkitab,
apa yang telah Allah tentukan untuk dinyatakan kepada kita tentang
diri-Nya, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi, dan cara
hidup (1Tes 4:1), sehingga kita dapat menyesuaikan kisah kita ke
dalam kisah-Nya yang adalah itu sendiri (His-story).... Inilah
pengajaran sistematis terbaik, yang bukan sebuah paket pembelajaran
yang bertujuan menyampaikan dari A sampai Z-nya seperangkat doktrin
kekristenan versi sendiri kepada para murid. "Sistem" pengajaran
yang asli sifatnya relasional atau berdasarkan hubungan, yang
dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan seorang murid yang
dewasa di dalam Kristus melalui roh yang cepat taat serta suatu
pelayanan yang membangun yang berorientasi pada karunia ....
Gaya pengajaran ini dirancang untuk menolong seseorang menjadi
"pelaku Firman", mengajar mereka untuk menaati segala sesuaatu yang
telah diajarkan Yesus kepada kita (Mat. 28:20). Para ilmuwan
mengakan bahwa kita dapat mengingat 10% dari yang kita baca, 20%
dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita
dengar dan lihat 70% dari apa yang kita katakan sendiri dan 90% dari
apa yang kita kerjakan sendiri. Hal ini merupakan latihan ilmiah
sederhana yang baik, sama baiknya dengan penatalayanan yang memiliki
waktu dan tenaga pelaksana, untuk menolong dan membangun orang lain
mengekpresikan diri mereka, menjadikan mereka terlibat, mengajar
mereka untuk mengajar orang lain bagaimana secara praktis menaati
Kristus dalam kehidupan nyata, kehidupan sehari-sehari.
- Membagi berkat materi dan rohani
... Orang Kristen Perjanjian Baru membagikan kedua hal ini dalam
Gereja Rumah-Gereja Rumah mereka: berkat-berkat materi dan berkat
rohani: "dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah
kepunyaan emreka bersama .... Sebab tidak ada seorang pun yang
berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai
tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu
mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu
dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya"
(Kis 4:32-35)....
Orang Kristen sadar bahwa mereka bukan lagi milik mereka sendiri,
melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka. Waktu
orang Kristen berkumpul, mereka saling membagikan apa pun yang
mereka punyai, baik materi maupun rohani. Dalam prakteknya, masing-masing Gereja Rumah memiliki dana umum, di mana setiap orang dari
mereka mendepositokan uang, pakaian dan barang-barang berharga.
Setiap orang punya sesuatu untuk dibagikan dan oleh karena itu
setiap orang dapat melayani orang lain. Hal ini membuat setiap orang
sanggup menghargai dan menghormati saudara seiman yang lain ....
- Berdoa bersama
"Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa"
(Kis 2:42). Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak
Allah dengan Bapa di sorga. Itu sebabnya, setiap kali orang Kristen
berkumpul, mereka akan saling mendoakan, mendoakan pemerintahan,
berdoa bagi perdamaian, datang ke hadapan Allah dengan permohonan
dan ucapan syukur, berdoa bagi orang-orang yang membenci mereka,
melakukan pengusiran setan dan berdoa untuk kesembuhan.
Dalam doa yang diajarkan Yesus kepada kita, Ia mendorong kita untuk
berdoa: "Ampunilah kami akan dosa kami" (Luk. 11:4). Dalam sebuah
keluarga yang saling membagi kehidupan, tidak ada kesalahan yang
disembunyikan dalam waktu lama. Sebuah keluarga memiliki fasilitas
untuk memantau dan mempertanggungjawabkan kehidupan masing-masing
secara sehat. Seperti itu pula, Gereja Rumah sebagai sebuah keluarga
rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan
tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa. Dalam
Yakobus 5:16 ditulis: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku
dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh." Pada saat orang
saling mengaku dosa di hadapan orang lain dan saling mengampuni
(Kol 3:13), dalam budaya mana pun, mereka berhenti menjadi orang
munafik, mematahkan kuasa dosa yang tersembunyi dalam hidup mereka.
Mereka mengakui kebutuhan mereka akan kasih karunia dan pengampunan
.... Mereka bertobat, bukan karena ingin menghindar dari konsekuensi
dosa, melainkan karena merasa malu atas apa yang telah diperbuatnya.
Hal ini juga akan menegakkan kembali sebuah disiplin gereja (jemaat)
yang sehat dan alamiah, seperti yang dikenal oleh gereja pada masa
Perjanjian Baru.
Diringkas dari sumber:
Judul Buku | : | Gereja Rumah yang Mengubah Dunia |
Judul Artikel | : | Karakter Gereja Rumah |
Penulis | : | Wolfgang Simson |
Penerbit | : | Metanoia, Jakarta, 2003 |
Halaman | : | 93 - 107 |
e-JEMMi 33/2003
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|