|
Resources |
|
|
|
|
Artikel
Artikel-artikel MISI |
Bahan PA
Misi Allah Bagi Dunia & Para Pengubah Dunia |
Cerita Misi
Alkitab di Seluruh Dunia : 48 Kisah Nyata |
Buku
Buku-buku Misi |
|
Doa |
|
Info |
|
|
|
|
|
|
|
| |
|
artikel 35 dari 163 artikel |
|
|
|
PENGINJILAN SEBAGAI GAYA HIDUP
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, tetapi lebih kepada
sharing pengalaman bagaimana ketika dulu saya membagi Injil dalam
pekerjaan.
Apakah penginjilan itu?
Penginjilan adalah memberitakan tentang karya Kristus yang sudah
mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari
yang ketiga (1Korintus 15:3-4), serta menantang orang untuk bertobat
dari dosanya (Kisah Para Rasul 26:18) lalu mengharapkan dia percaya
pada karya Kristus itu untuk kemudian menerima-Nya sebagai Tuhan dan
juruselamat pribadi, sehingga ia memperoleh hidup yang kekal
(Yohanes 20:30-31).
Mengapa kita harus memberitakan Injil?
- Sebagai orang percaya, sejak kita pecaya kita sudah ditetapkan
sebagai saksi (Kisah Para Rasul 1:8). Oleh karena itu, sangat
tidak wajar bila kita tidak memberitakan apa yang telah kita
alami (1Yohanes 1:3). Kesaksian kita itu sangat dibutuhkan orang
karena menentukan nasib orang -- apakah mereka akan selamat atau
binasa (Markus 16:15-16).
- Tuhan memerintahkan (Markus 16:15-16), sehingga kalau kita tidak
memberitakan Injil, kita tidak taat pada perintah Allah.
- Memberitakan Injil Kristus adalah kemurahan. Siapakah kita ini
sehingga layak menyampaikan berita agung itu, tetapi justru
kepada kita disampaikan berita itu dan dipercaya untuk
menyampaikannya pada orang lain? (1Tesalonika 2:4).
Penginjilan sebagai gaya hidup
Oleh karena alasan-alasan tersebut, maka sebenarnya tugas
penginjilan itu melekat pada diri kita. Tidak bisa tidak, kita harus
menginjili. Bahkan, Rasul Paulus mengatakan: "celakalah aku, jika
aku tidak memberitakan Injil." (1Korintus 9:16). Injil itu tinggal
dalam hidup kita, maka penginjilan sebagai gaya hidup adalah bahwa
pikiran, sikap, kata-kata, tindakan kita adalah ekspresi dari Injil
itu. Kita memberitakan Injil kapanpun, kepada siapapun, dimanapun
berada, baik atau tidak baik waktunya, karena Injil adalah hidup dan
hidup kita dipengaruhi oleh Injil itu.
Penginjilan di tengah pekerjaan
Sebenarnya secara prinsip dimanapun kita menginjili sama dengan:
- melakukan pendekatan,
- memberitakan injilnya dan menantang orang untuk percaya pada
Kristus,
- meneguhkan keyakinan keselamatannya.
Walaupun kita tahu bahwa semua ini kita lakukan dengan bergantung
pada Roh Kudus, namun secara teknis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menginjili dalam konteks pekerjaan:
- pada tahap pendekatan, karena teman kerja adalah bagian dari
orang yang kita temui setiap hari yang melihat hidup kita. Maka
kita perlu memiliki cara hidup yang baik dalam kata-kata,
tindakan, dan pikiran/ide-ide. Kesaksian hidup yang baik menjadi
daya tarik di tengah dunia pekerjaan yang cenderung berkompromi
terhadap dosa. Selain itu, biasanya dalam dunia pekerjaan yang
sering menjadi pokok pembicaraan adalah tentang anak, suami,
istri, pekerjaan itu sendiri, kedudukan/pangkat, dan materi.
Untuk itu, jadilah pendengar yang baik bagi rekan kerja kita
yang curhat tentang pokok-pokok itu. Orang senang bila ada yang
mau mendengarkan, sehingga bisa menjadi pintu masuk untuk
menyampaikan Injil. Penting juga untuk memiliki sikap hati yang
rela untuk membantu/melayani, karena sering dalam dunia kerja
segala sesuatu diukur/diperhitungkan berdasarkan uang;
menghasilkan atau tidak, untung atau rugi, dsb.
- Jika kedekatan dan keterbukaan sudah terbangun, maka kita bisa
mulai masuk untuk membagikan Injil itu kepada rekan kita. Yang
penting beranilah, jangan sungkan, pakewuh, takut, ragu. Saya
dulupun mengalami (bahkan sampai sekarang). Teknisnya bisa
dilakukan dengan menjelaskan Injil melalui ilustrasi jembatan,
traktat, menceritakan kesaksian pribadi kita ketika diselamatkan
atau kombinasi dari berbagai cara tersebut, kemudian menantang
orang untuk percaya pada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
pribadinya.
- Meneguhkan keyakinan keselamatannya. Jika rekan kita mau percaya
kita bersyukur, karena kita sudah dilayakkan Allah untuk
memberitakan Injil. Jika mereka belum mau percaya atau belum mau
meresponi berita Injil itu, maka sikap kita selanjutnya haruslah
tetap mengasihi/bersahabat/menolong.
Agar penginjilan terus ada dalam hidup kita, maka kita perlu
mendoakan dan merencanakan dengan konkrit kepada siapa, dengan cara
apa, kapan dilakukan, dimana (apakah cukup di kantor, di rumahnya
atau di tempat lain) dan dengan cara bagaimana? Akhir kata, kita
harus terus mengingat bahwa: memberitakan Injil adalah suatu
kemurahan dan anugerah.
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Sangkakala
| Judul Artikel | : | Penginjilan Sebagai Gaya Hidup
| Penulis | : | Cucuk Kustiawan, S.H. -- Pekerja Mahasiswa
| Halaman | : | 1-2 |
e-JEMMi 28/2003
|
|
|
|
|
| |
|
|
|
|
|
|
|