MENJADI PENDOA SYAFAAT YANG BAIK
NATS ALKITAB: Nehemia 1:1-11; 2:1-10
TUJUAN:
- agar jemaat mengetahui EMPAT KARAKTERISTIK pendoa syafaat
yang baik yang dipelajari dari Nehemia.
- agar jemaat mau MENELADANI NEHEMIA untuk menjadi pendoa syafaat
yang baik.
Belajar dari Nehemia, kita menemukan empat karakteristik pendoa
syafaat yang baik, yaitu:
1. SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik harus pro-aktif dalam mencari
informasi doa yang jelas.
Saudara, informasi doa yang jelas itu penting sekali dalam berdoa
syafaat. Hal ini penting agar kita dapat berdoa dengan baik,
sungguh-sungguh dan sesuai dengan fakta.
Saya pernah beberapa kali mengalami kecelakaan dalam memimpin doa.
Pernah suatu kali saya memimpin doa sebelum acara latihan koor
dimulai. Saya berdoa untuk setiap kami yang menyanyi, untuk pianis
dan juga untuk konduktor. Setelah selesai (amin), semua protes
karena orang yang saya kira konduktor, ternyata bukan. Seharusnya
orang lain yang jadi konduktor saat itu. Yah ... saya pikir
bagaimana untuk meralatnya? Apa saya harus berdoa lagi untuk meralat
doa saya yang keliru, ya?
Saudara, hal itu memang hal kecil saja. Tetapi hal tersebut juga
sangat mempengaruhi kesungguhan kita dalam berdoa. Jika informasi
itu tidak jelas atau bahkan salah, apakah kita akan mengatakan
kepada Tuhan, padahal itu bukan hal yang benar?
Saudara, bagaimana halnya sikap Nehemia dalam hal ini? Saudara-saudara, Nehemia adalah seorang Yahudi yang hidup di pembuangan.
Pada tahun kedua puluh pemerintahan Artahsasta I (445 SM) Nehemia
ini menduduki jabatan sebagai pejabat minuman raja.
Jabatan ini adalah jabatan yang tinggi, dan orang yang menduduki
jabatan ini merupakan orang yang sangat dipercaya oleh raja. Sebab
tugas mereka adalah mencoba minuman yang akan diminum oleh raja,
apakah minuman itu beracun atau tidak. Jadi jabatan itu merupakan
jabatan yang menentukan hidup matinya seorang raja. Dikisahkan dalam
pasal 1:1-2, pada bulan Kislew tahun kedua puluh pemerintahan
Artahsasta, salah seorang saudaranya, Hanani, datang dari Yehuda
bersama-sama dengan beberapa orang saudara. Perhatikan di ayat 2,
"... Aku menanyakan keadaan orang-orang Yahudi yang terluput, yang
terhindar dari penawanan dan tentang Yerusalem." Saudara, Nehemia
sendiri mengambil inisiatif untuk bertanya. Ini bukan pertanyaan
basa-basi. Jika kita bandingkan dengan reaksi Nehemia dan tindak
lanjutnya setelah mengetahui hal ini (ayat 4), maka saya dapat
simpulkan bahwa pertanyaan Nehemia bukan pertanyaan basa-basi,
tetapi dia memang rindu akan informasi yang benar tentang keadaan
bangsanya untuk kemudian mendoakan.
Ia tidak menunggu informasi itu diberikan. Tetapi dia sendiri
bersikap pro-aktif mencari informasi yang jelas itu. Memang ia tidak
pergi sendiri ke Yerusalem, tetapi kepekaannya dapat melihat peluang
akan sumber informasi yang akurat. Memperlihatkan bahwa dia begitu
proaktif dan memandang perlunya informasi yang akurat untuk
didoakan.
Saudara, dalam kehidupan kita, jika kita mau menjadi pendoa syafaat
yang baik, kita harus pro-aktif dalam mencari dan mendapatkan
informasi doa yang jelas. Jangan sekedar berdoa dengan informasi
yang tidak jelas. Kita perlu kejelasan informasi tersebut. Jika kita
berdoa untuk pergumulan seseorang, alangkah baiknya jika kita tahu
tentang pergumulan orang itu. Dan ini haruslah menjadi kebiasaan
kita, yaitu aktif untuk mencari informasi doa yang jelas. Jangan
tunggu orang datang minta didoakan, tetapi cari informasi tentang
pergumulan orang lain, apa yang dapat kita doakan baginya. Jika kita
mau proaktif mencari informasi doa yang jelas, maka kita akan
menjadi seorang pendoa syafaat yang baik. Sebab hal ini menunjukkan
kesungguhan kita untuk berdoa.
2. SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik memiliki empati terhadap orang
yang didoakan.
Saudara-saudara, dalam ayat 3, Nehemia mendapatkan informasi dari
saudara-saudaranya tentang keadaan orang-orang Yahudi yang lolos
dari penawanan. Keadaan mereka sangat buruk, tercela. Mereka dalam
kesukaran besar. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu
gerbangnya telah terbakar. Reaksi Nehemia setelah mendengar
informasi itu (ayat 4): ia sedih sekali, ia menangis, ia berkabung
selama beberapa hari, ia berpuasa dan berdoa.
Saudara, sungguh suatu reaksi yang sangat dramatis. Nehemia memiliki
jabatan yang tinggi, namun ia peduli dan berempati kepada saudara-saudara sebangsanya dan terhadap bangsanya. Bukankah lebih enak jika
ia tidak ikut campur dengan keadaan bangsanya. Bukankah lebih baik
baginya jika ia hidup tenang dengan jabatannya saat itu? Untuk apa
dia bersusah payah memikirkan bangsanya (bahkan jika kita lihat
dalam pasal berikutnya, nyawanya sendiri harus dipertaruhkan).
Tetapi Saudara, rasa ikut memiliki, ikut merasakan inilah yang
mendorong Nehemia untuk berdoa dengan bersungguh-sungguh bagi
bangsanya.
Saudara, ingatkah peristiwa Tuhan Yesus memberi makan lima ribu
orang? Tuhan Yesus melihat orang banyak yang terus mengikuti Dia,
meskipun Tuhan Yesus pergi lewat danau. Mereka mengambil jalan
darat. Melihat hal itu, Tuhan tergerak oleh belas kasihan. Tuhan
Yesus merasakan kerinduan mereka dan bahkan kelelahan dan kelaparan
mereka. Dan hal ini, pada gilirannya mendorong Tuhan Yesus untuk
memberi mereka makan.
Saudara, rasa empati, rasa ikut memiliki, ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain dapat mendorong seseorang untuk bertindak
dengan kesungguhan dan ketulusan hati.
Bagaimana halnya dengan kita? Apakah kita dapat ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain dalam berbagai permasalahan mereka?
Mungkin mereka mengalami dukacita, dapatkah kita menyelami perasaan
mereka? Mungkin mereka mengalami krisis dalam kehidupan rumah
tangganya, dapatkan kita merasakan pergumulan mereka? Mungkin juga
mereka sedang bergumul keras akan apa yang bisa mereka makan besok
pagi, dapatkah kita merasakan pergumulan mereka? Masih ada begitu
banyak macam pergumulan yang lain, Saudara, dapatkah kita ikut
merasakannya? Mungkin ada saudara yang berkata, "Ah ... yang penting
kan saya sudah berdoa bagi mereka. Bukankah itu cukup?" Pertanyaan
balik, "Apakah Anda dapat berdoa dengan kesungguhan hati jika Anda
tidak merasakan apa sebenarnya yang dirasakan oleh orang yang kita
doakan? "
Marilah kita belajar untuk berempati terhadap orang yang kita
doakan. Dengan demikian kita dapat berdoa dengan sungguh-sungguh
untuk mereka dan kita menjadi seorang pendoa syafaat yang baik.
3. SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik memiliki konsep doa yang benar.
Mulai dari ayat 5-11 dicatat tentang doa Nehemia bagi pemulihan
Israel. Jika kita melihat doa Nehemia tersebut kita melihat bahwa
Nehemia memiliki konsep yang benar tentang doa.
Rangkaian kata-kata doa Nehemia diawali dengan pujian bagi Tuhan
(ayat 5). Setelah itu dilanjutkan dengan permohonan agar Tuhan
mendengar doanya (ayat 6a).
Kemudian Nehemia mengaku dosa di hadapan Tuhan, dosa nenek
moyangnya, dosa bangsanya dan dosanya sendiri (ayat 6b-7). Saudara,
pengakuan dosa merupakan hal yang sangat penting dalam doa kita.
Tuhan Yesus dalam doa Bapa Kami yang diajarkannya juga memasukkan
hal pengakuan dosa dan pengampunan dosa. Bandingkan juga dengan
Yakobus 5:16, "... hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling
mendoakan supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan
yakin didoakan sangat besar kuasanya". Apakah di muka bumi ada orang
benar? Tidak ada. Tetapi kita dibenarkan jika kita mengaku dosa kita
(1Yohanes 1:9).
Dalam doanya Nehemia memegang janji Tuhan (ayat 8-10). Segala
permohonannya dilandaskan atas janji Tuhan dan dia tidak meminta
yang berlebihan dari yang dijanjikan Tuhan. Di akhir doanya, Nehemia
sekali lagi dengan segala kerendahan hatinya memohon kepada Tuhan
untuk mengabulkan doanya. Namun dibalik kerendahan hatinya itu ada
suatu keberanian untuk meminta karena dia terbuka di hadapan Tuhan
(ayat 11).
Selain rangkaian doa Nehemia, hal lain yang memperlihatkan bahwa
Nehemia memiliki konsep doa yang benar adalah bahwa dia berdoa
dengan tak berkeputusan (ayat 4). Dan hal ini nampak pula pada
pasal 2:1. Dicatat, "... Pada bulan Nisan tahun keduapuluh
pemerintahan Artahsasta ..." Jika ayat ini dibandingkan dengan
pasal 1:1 "... pada bulan Kislew ..." maka selang waktu yang ada
dari informasi yang didapatkan (berarti juga waktu Nehemia berdoa)
hingga peristiwa yang dicatat di pasal 2:1-8 yaitu sekitar 4 bulan.
Dan saya yakin dalam waktu empat bulan itu Nehemia terus-menerus
berdoa bagi bangsanya.
Bagaimana halnya dengan kita? Kita seringkali berdoa kepada Tuhan
dengan konsep doa yang tidak benar. Kita seringkali datang pada
Tuhan dengan membawa shopping list yang panjang. Kemudian kita
sodorkan pada Tuhan untuk dikabulkan. Kita seringkali seolah-olah
menodong Tuhan, memaksa Tuhan untuk mengabulkan permintaan kita. Ini
berarti bukan kehendak Tuhan yang jadi, melainkan kehendak kita yang
jadi. Kita seringkali datang kepada Tuhan dengan dosa atau kesalahan
yang tidak atau belum kita bereskan. Saudara, marilah pada hari ini
kita belajar dari Nehemia untuk memiliki konsep doa yang benar.
4. SEORANG PENDOA SYAFAAT yang baik siap untuk menjadi jawaban atas
doanya sendiri jika Tuhan menghendaki.
Nehemia sungguh luar biasa. Dia tidak hanya berdoa bagi bangsanya,
tetapi dia sendiri siap dipakai Tuhan untuk menjadi jawaban untuk
doanya sendiri. Jika kita perhatikan pasal 2:2-10, kita melihat
tindakan Nehemia bagi pemulihan bangsanya.
Diawali ketika suatu hari Nehemia sedang murung pada saat bertugas
dan ini dilihat oleh raja Artahsasta. dengan ketakutan Nehemia
mengatakan apa alasan dia murung yaitu karena keadaan bangsanya.
Sungguh tidak terduga jika kemudian Artahsasta bertanya "Jadi apa
yang kau inginkan?"
Yang dilakukan oleh Nehemia saat itu adalah berdoa. Dalam doanya
Nehemia mendapatkan satu keyakinan bahwa dia dipakai oleh Tuhan
sebagai jawaban atas doanya sendiri (bandingkan juga dengan ayat
2:12b). Tuhan sendiri yang menaruh beban itu dalam hati Nehemia.
Karena itu kemudian dia menjawab pertanyaan Artahsasta dengan
mengajukan permintaan yang boleh dibilang sangat besar nilainya.
Permintaan itu kecil kemungkinannya untuk dikabulkan. Namun ternyata
permintaannya dikabulkan oleh Artahsasta karena tangan Allah yang
murah menyertainya. Dan Nehemia sendiri bertindak mengatur restorasi
Yerusalem. ....
Saudara, ini berarti setiap kita berdoa bagi orang lain, bagi
kesulitan orang lain, kita harus siap menjadi jawaban atas doa kita
sendiri manakala Tuhan menghendaki. Mungkin kita berdoa bagi
penginjilan di pedalaman. Kita harus siap jika Tuhan menghendaki
kita sendiri untuk pergi. Jika kita berdoa untuk orang yang
kekurangan, kita harus siap jika Tuhan menghendaki kita sendiri
sebagai saluran berkat bagi orang tersebut.
PENUTUP
Saudara-saudara, menjadi pendoa syafaat merupakan satu bentuk
pelayanan yang sangat penting dan besar artinya. Namun demikian,
untuk menjadi pendoa syafaat yang baik bukan hal mudah. Hari ini
kita telah belajar dari Nehemia untuk menjadi pendoa syafaat yang
baik. Marilah kita ikuti teladan Nehemia. Kita dapat menjadi seperti
Nehemia. Kita akan memiliki suatu relasi rohani yang indah dengan
Tuhan dan sesama kita.
Diedit dari sumber:
e-JEMMi 02/2003