HAKIKAT GEREJA: GEREJA ADA DARI MISI DAN UNTUK MISI
"... supaya segala bangsa di bumi mengenal nama-Mu, sehingga
mereka takut akan Engkau sama seperti umat-Mu Israel, dan sehingga
mereka tahu, bahwa nama-Mu telah diserukan atas rumah yang telah
kudirikan ini." (2Tawarikh 6:33)
DEFINISI MISI
Pengertian dan paradigma yang keliru tentang misi dan pekerja misi
banyak terdapat di gereja-gereja. Misi seakan menjadi satu kata yang
asing atau menakutkan dan harus dijauhi. Bahkan, mungkin masih
banyak yang menganggap misi adalah kategori pelayanan yang
dikerjakan oleh orang-orang Barat. Sementara itu, yang lain berpikir
bahwa misi itu pekerjaan yang hanya bisa dikerjakan oleh gereja yang
besar dan kaya. Mustahil gereja kecil dan miskin bisa terlibat dalam
pekerjaan misi. Lebih banyak lagi yang beranggapan bahwa mereka yang
terlibat dalam pekerjaan misi adalah orang-orang tertentu saja,
bukan bagianku. Bahkan ada gereja-gereja yang sama sekali tidak
menaruh peduli dengan misi. Tidak ada waktu bagi mereka untuk
memikirkan pekerjaan misi apalagi terlibat di dalamnya karena
terlalu banyak yang harus dipikirkan oleh gereja. Singkatnya, banyak
alasan bisa diangkat untuk menghindar dari misi. Padahal, bukankah
misi adalah tugas dan tanggung jawab gereja yang paling utama?
Dari sekian banyak definisi misi yang ada, saya mengutip dua
definisi yang sering saya pakai, yaitu definisi dari Advancing
Church Mission Commitment (ACMC). Definisi ini dibuat dan disepakati
oleh kira-kira 170 orang pimpinan gereja dan badan-badan misi. Yang
pertama, misi adalah:
"Setiap usaha yang ditujukan dengan sasaran untuk menjangkau
melampaui kebutuhan gereja Anda dengan tujuan untuk melaksanakan
Amanat Agung dengan menyatakan Kabar Baik dari Yesus Kristus,
menjadikan murid dan dikaitkan dengan kebutuhan yang utuh dari
manusia baik jasmani maupun rohani."
Yang kedua, mengenai gereja misioner yang aktif dan sehat,
digambarkan sebagai:
"Gereja yang mengambil sikap agresif dalam penginjilan sedunia.
Setiap anggota jemaat melihat dirinya sebagai komponen kunci dalam
menggenapi Amanat Agung dan memobilisasi sumber-sumber dayanya
semaksimal mungkin untuk tugas ini."
Bishop Stephen Neil mengatakan, "Mission is the intentional crossing
of barriers from church to non-church in word and deed for the sake
of the proclamation of the Gospel." (Misi adalah setiap usaha
sengaja untuk melintasi atau menerobos rintangan-rintangan dari
gereja kepada non-gereja demi memproklamirkan Injil dalam kata dan
karya.) Jadi, yang dikategorikan sebagai misi adalah pekerjaan yang
memikirkan kebutuhan di luar tembok gereja. Berangkat dari definisi
tersebut, setiap orang percaya mendapat hak istimewa untuk ambil
bagian dalam pekerjaan misi, siapa pun dan apa pun kondisi kita, di
mana pun dan kapan pun, masing-masing dengan cara dan ukuran yang
sesuai dengan talenta yang Tuhan percayakan.
"WE ARE IN THE WORLD, BUT NOT OF THE WORLD"
Ungkapan ini berarti bahwa kita berada di dalam dunia, tapi bukan
berasal dari dunia. Hal ini menegaskan bahwa gereja diciptakan oleh
Allah sendiri, tidak seperti lembaga-lembaga lain di dunia ini.
Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang ditebus oleh darah
Yesus Kristus dan menjadi milik Allah demi kemuliaan-Nya. Gereja
bukanlah gedungnya sekalipun gedung adalah sarana fisik yang
diperlukan sebagai wadah bagi jemaat bersekutu dan tumbuh bersama
sebagai murid-murid Kristus.
Walaupun demikian, cerita dalam Perjanjian Lama tentang tempat
ibadah umat Allah yang berkaitan dengan bangunan fisik patut
disimak. Kitab 1Tawarikh 29 menyaksikan Bait Allah dibangun dengan
biaya (menurut perhitungan mata uang Indonesia waktu berada dalam
puncak krisis ekonomi) lebih dari 20 trilyun rupiah. Dari sekian
besarnya biaya itu, Raja Daud menyumbang kira-kira 100 ton emas dan
kira-kira 200 ton perak murni ditambah dengan persembahan kasih dari
jemaat yang menyumbang ratusan ton emas, ratusan ton perak murni,
tembaga, dan barang-barang berharga yang lain. Ketika Bait Allah
telah selesai dibangun dan ditahbiskan dalam 2 Tawarikh 6, Salomo
berdoa, isinya antara lain penyataan dan permohonan kepada Tuhan
untuk mendedikasikan tujuan dari pembangunan Bait Allah itu. Tujuan
itu tercakup dalam 2Tawarikh 6:33, yaitu supaya melalui Bait Allah
ini segala bangsa di bumi mengenal nama Allah yang disembah bangsa
Israel. Kemegahan Bait Allah kemudian menjadi kesaksian bagi nama
Tuhan Allah dengan luar biasa. Berikutnya, sejarah mencatat bahwa
Bait Allah ini dihancurkan oleh musuh-musuh bangsa Israel. Allah
tidak malu Bait Allah dihancurkan. Dia mengizinkannya. Daniel 1:2
menyaksikan bahwa Tuhan menyerahkan Yoyakim, Raja Yehuda dan
sebagian perkakas rumah Allah ke dalam tangan Nebukadnezar. Salah
satu sebabnya ialah karena Bait Allah tidak lagi menjadi kesaksian
bagi segala bangsa di bumi seperti doa Raja Salomo dan tujuan semula
Bait Allah ini didirikan.
Bait Allah Perjanjian Baru adalah tubuh kita (2Korintus 6:16). Bait
Allah adalah juga gereja, dalam arti persekutuan orang-orang
percaya. Bait Allah, baik tubuh kita secara pribadi maupun gereja
dimaksudkan Allah agar menjadi kesaksian yang hidup tentang Allah
yang hidup di dunia ini. Gereja dimaksudkan untuk menjadi "rumah doa
bagi segala bangsa" dan membangun jembatan untuk memberkati dunia
ini dan bukannya tembok pemisah yang membuat diri sendiri terkurung
serta membuat kasih Allah tidak tampak bagi dunia ini.
Trilogi gereja harus dilakukan dengan seimbang dan penuh kejujuran
di hadapan Allah, Sang Kepala Gereja. Ibadah (koinonia) yang
menyangkut persekutuan jemaat, segala fasilitas dan kebutuhan di
dalamnya seperti gedung gereja, kursi, alat musik, alat-alat kantor
dan sebagainya harus dipenuhi dan dijalankan dengan sehat tanpa
mengabaikan pelayanan sosial (diakonia) yang dilandasi kasih
terhadap sesama dan tetap menaruh perhatian serius agar pelayanan
misi dan penginjilan (marturia) berjalan juga. Jika salah satu dari
tiang gereja ini tertinggal, kehidupan gereja akan pincang tanpa
kita sadari. Perlahan-lahan hakikat gereja akan luntur, tidak lagi
menjadi garam yang menggarami, tidak lagi menjadi kumpulan
orang-orang kudus yang memuliakan Tuhan, tapi akan mati dan hancur
serta menjadi semacam perkumpulan sosial yang bertemu setiap hari
Minggu. Gereja tidak lagi menjadi refleksi keluarga Allah, tapi
menjadi klub sosial. Dalam keluarga, yang paling kecil dan paling
lemah akan mendapat banyak perhatian, tapi dalam klub sosial yang
terkuat dan terkaya akan mendapat perhatian paling banyak.
Ketika menyucikan Bait Allah kembali kepada fungsinya yang
seharusnya, Yesus mengutip Yesaya 56:7 dan Yeremia 7:11 dengan
menegaskan, "Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa"
(Markus 11:17). Penyataan ini sekaligus bisikan untuk gereja masa
kini. Mendirikan gereja bukanlah untuk mendirikan gedung yang
dibatasi tembok pemisah dari dunia luar, tapi agar orang percaya
membangun rumah doa bagi segala bangsa di mana di dalamnya ada
mezbah bagi Tuhan dan para imam Perjanjian Baru, yaitu orang-orang
percaya, umat tebusan-Nya, yang menaikkan syafaat bagi segala suku
dan bangsa.
Dari keempat Injil, hanya Injil Yohanes yang diakhiri dengan
perintah penggembalaan. Sementara itu, Injil Matius, Markus, dan
Lukas diakhiri dengan perintah misi dan penginjilan (PI). Bukan
berarti penggembalaan mendapat tempat yang lebih kecil daripada misi
dan PI, namun tugas penggembalaan tidak boleh menjadi status quo,
menjadi tugas akhir tanpa tujuan. Kedewasaan jemaat harus tercermin
dari keterlibatan dan perhatian mereka terhadap misi dan PI sehingga
gereja tetap menjadi alat Tuhan yang membawa kasih-Nya bagi dunia
ini dalam bentuk nyata, baik berkat rohani maupun jasmani untuk
kemuliaan nama-Nya.
Gereja harus bisa menyuarakan firman Allah agar nama-Nya disembah di
seluruh bumi. Kebenaran-Nya harus diberitakan di antara segala
bangsa dan suku-suku bangsa. Gereja harus mewujudnyatakan
kesaksiannya itu kepada dunia. Allah terlalu kecil jika hanya
disembah di dalam gereja kita saja. Allah terlalu kecil jika hanya
disembah oleh bangsa Indonesia saja. Allah kita adalah Allah yang
Mahabesar yang harus diwartakan ke seluruh penjuru bumi hingga
segala bangsa, suku bangsa, kaum, dan bahasa mengenal Dia dan sujud
menyembah-Nya. Demikianlah seruan pemazmur:
"Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan
perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa.
Sebab TUHAN Maha Besar dan terpuji sangat, ia lebih dahsyat
daripada segala Allah.
Sebab segala Allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah
yang menjadikan langit.
Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan
ada di tempat kudus-Nya.
Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan
dan kekuatan!
Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan
masuklah ke pelataran-Nya.
Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan,
gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi.
Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "Tuhan itu Raja! Sungguh tegak
dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam
kebenaran ...." (Mazmur 96:3-10)
Bahan diambil dari sumber:
Judul buku | : | Misi dari dalam Krisis |
Judul artikel | : | Hakekat Gereja |
Penulis | : | Bagus Surjantoro |
Penerbit | : | Obor Mitra Indonesia, Jakarta 2003 |
Halaman | : | 27 - 33 |
|
|