POLA PEMURIDAN PEMILIHAN PELATIHAN YESUS
Sejak zaman lahirnya gereja mula-mula, kualitas pemuridan selalu
menjadi bahan sorotan yang sangat tajam dalam pertumbuhan gereja.
Barnabas dan Paulus -- Paulus hasil dari pemuridan Barnabas --
misalnya, merupakan cermin kesuksesan pemuridan. Ketika mereka
memberitakan Injil di Listra, mereka berdua dipanggil dengan nama
dewa-dewa.
Kini di zaman teknologi informasi, pemuridan tetap menjadi suatu
permasalahan para pelayan Kristus, terutama untuk para penginjil
yang sedang merintis gereja. Sebab penginjilan merupakan tulang
punggung berdirinya sebuah gereja.
Tak heran bila program pemuridan seharusnya wajib menjadi jadwal
kerja utama dalam sebuah gereja. Tetapi, banyak juga gereja yang
mengabaikan, bahkan menganggap hal tersebut tidak perlu. Karenanya,
gereja itu tidak mempunyai penginjil dan pelatihan pemuridan.
Timbul masalah: benarkah pemuridan itu tidak perlu? Sejauh manakah
hubungan pemuridan dengan gereja? Bagaimana kualitas pemuridan
tersebut?
PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN
Yesus Kristus adalah teladan kekal yang bisa kita tiru dalam konsep-
konsep pemuridan. Teladan saat Yesus memilih dua belas murid-Nya
(dalam keempat kitab Injil) misalnya, menjadi prinsip-prinsip
pemilihan yang ideal. Keidealan itu juga menjadi kesadaran kita
dalam menerapkan pemilihan pemuridan di masa kini. Ada relevansi
yang kekal.
Apa yang dapat kita ambil dari teladan Yesus Kristus dalam
pemilihan? William Macdonald menegaskan ada tujuh syarat menjadi
murid Yesus, yaitu - kasih yang sebulat-bulatnya kepada Yesus
Kristus;
- menyangkali diri sendiri;
- memikul salib dengan
sepenuh hati;
- suatu penyerahan hidup sepenuhnya untuk mengikuti
Kristus;
- kasih yang mendalam terhadap semua milik Kristus
- berpegang teguh kepada perkataan;
- meninggalkan segala
sesuatu karena mengikut Dia.
Sementara itu, Oswald mengatakan bahwa teladan Yesus Kristus dalam
pemilihan itu: - berkenaan dengan kasih yang menguasai hatinya --
kasih yang utuh;
- berkenaan dengan peri kehidupan -- memikul
salib tanpa berkeputusan;
- berkenaan dengan milik pribadi --
penyangkalan diri yang tidak bersyarat.
Konsep William Macdonald dan Oswald sangat menarik. Tetapi apa yang
ditawarkan oleh Bruce juga tidak kalah pentingnya. Dasar pemikiran
Bruce dapat dikembangkan sebagai berikut.
Pertama, pendekatan pribadi Yesus terhadap para murid. Untuk
mengambil seorang murid, Dia tidak melalui perantara. Dia langsung
mengajak calon murid itu untuk mengikuti-Nya. Kita lihat Yesus
mengajak Filipus, "Ikutlah Aku!" (Yohanes 1:43) dan Filipus pun
menjadi murid Yesus. Begitu pula Filipus bertemu dengan Natanael, ia
mengajak Natanael mengikuti Yesus (ay. 47). Yesus juga mengatakan,
"Mari ikutlah. Aku!" kepada Simon dan Andreas (Matius 4:19), dan
Yakobus dan Yohanes (Matius 4: 22). Dalam Matius 4:19, Yesus
berkata, "Aku akan menjadikan kamu penjala manusia!"
Kedua, Yesus tidak asal mengambil murid. Apakah begitu melihat
seseorang Ia langsung menawarinya untuk mengikuti-Nya? Tidak! Yesus
sangat selektif. Karena Yesus Mahakuasa, Dia sudah tahu siapa orang
yang berkualitas yang akan menjadi murid-Nya. Yesus menjadikan
murid-murid-Nya sebagai bangsa pilihan. Ini terlihat ketika calon
murid-Nya memuji Dia dan mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Domba
Allah atau Mesias sehingga Yesus menerima calon murid tersebut
sebagai murid-Nya.
Contoh dari hal tersebut bisa dilihat di dalam Yohanes 1. Andreas
memuji kemuliaan Yesus Kristus. Karena Yohanes Pembaptis memuji
Yesus, "Dialah Anak Domba Allah!", Andreas pun mengikut Yesus (ay.
38), lalu Andreas membawa Simon kepada Yesus. Yesus mau menerima
Simon karena Simon tahu bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 42).
Ketiga, Yesus memilih murid-murid-Nya dari berbagai kepribadian. Ada
Simon orang Zelot yang membenci orang Romawi yang menguasai
Palestina. Juga ada Matius pemungut cukai yang bekerja bagi kepala
orang Romawi. Ada penjala ikan. Dan berbagai kepribadian lainnya.
Keempat, ada sebuah proses seleksi. Meskipun calon murid itu sudah
diajak mengikuti Yesus -- "Marilah ikut Aku!" -- tetapi Yesus tidak
langsung memberitahu bahwa mereka adalah murid-murid-Nya. Calon
murid dibiarkan mengenal diri-Nya. Mereka dibiarkan untuk memasuki
proses pendewasaan iman. Karena itu, Yesus tidak berkata kepada
calon-calon murid-Nya, "Marilah menjadi murid-Ku!"
Kelima, ada proses pergumulan. Apa yang sedang digumulkan diri
Yesus? Yesus berdoa sepanjang malam untuk itu (Lukas 6:12,13). Semua
perkara yang dialami Ia serahkan kepada Bapa di surga yang mengurus
dan merestui apa yang dilakukan Yesus. Jadi, Yesus tidak mau asal
mengambil orang sebagai murid-Nya. Ada kesepakatan antara Yesus
dengan Bapa-Nya di surga. Ada dialog antara Ayah dengan Anak.
Keenam, dasar pemilihan adalah ulet, kerja keras, dan wataknya bisa
dibentuk. Yesus memilih mereka -- orang-orang kasar dan orang-orang
desa dari Galilea. Mereka adalah orang-orang yang dianggap agak
kedesa-desaan. Tetapi mereka adalah pekerja keras. Dan kita tahu
bahwa orang-orang tipe inilah yang bisa bertahan dalam pelayanan
bersama Yesus -- berjalan sepanjang hidup, tidak ada fasilitas
kemewahan, serta banyak cacian atau makian orang. Dan sifat yang
tidak kalah pentingnya dari mereka ialah karena mereka mau menerima
Yesus. Mereka menerima ajaran-ajaran Yesus dengan ketulusan,
kepolosan, dan kesungguhan.
PELATIHAN KEDUA BELAS RASUL
Ada beberapa cara melatih pemimpin. LeRoy Eims menawarkan hal-hal
berikut.
- Mengembangkan kehidupan rohani yang mendalam.
- Menemukan pekerjaan dan karunia-karunianya.
- Mengembangkan kekuatannya.
- Melatih dia dalam kepemimpinan.
- Mengambil langkah-langkah untuk penambahan imannya.
- Menghaluskan kemampuan pelayanannya.
- Mengarahkan dia agar menjadi bijaksana.
- Mengajarkan kemahiran berkomunikasi.
- Menanamkan dasar atas kepercayaan yang kuat.
Bruce melihat masalah pelatihan kedua belas rasul adalah proses
kelanjutan setelah pemilihan murid. Proses pelatihan tersebut
mencakup, pertama, mendengar dan melihat -- menjadi saksi mata dan
pelayan Firman (Lukas 1:1-4). Orang banyak datang untuk mendengar
Dia; karena ucapan-ucapan Yesus (Lukas 6:17-49). Ucapan Yesus adalah
ucapan-ucapan bahagia dan peringatan (perumpamaan) -- berbahagialah
mata yang melihat dan telinga yang mendengar karena banyak nabi dan
orang benar yang ingin melihat, tetapi tidak melihatnya dan ingin
mendengar, tapi tidak mendengarnya (Lukas 6:29-49; Matius 5-7; 13:1-
52). Mereka memang mempunyai telinga dan mereka mendengar. Tetapi,
mereka tidak tahu apa artinya (Lukas 10:23,24; Matius 13:16-17). Dan
hanya kepada murid-murid-Nya sajalah Yesus mengutarakan artinya
(Markus 4:33,34).
Kedua, berdoa. Kita berdoa kepada Bapa di surga. Doa tersebut tidak
bertele-tele. Kita tidak usah mengenakan pakaian yang mencolok. Kita
tidak berdoa di tempat-tempat yang mencolok. Kita harus berdoa
dengan tidak jemu-jemu (Matius 6:5-13; Lukas 11:1-3;18:1-5). Dengan
demikian, doa kita pasti akan dikabulkan. Firman Allah berkata,
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap
orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat
dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Matius 7:7-
8)."
Ketiga adalah pengutusan pemberitaan Injil (Markus 3:14). Matius
28:19-20 berbunyi: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Bahan diambil dari sumber:
Judul Majalah | : | Sahabat Gembala, Agustus/September 1993 |
Judul Artikel | : | Pola Pemuridan Pemilihan Pelatihan Yesus |
Penulis | : | Harianto Gede Panembahan |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 33 - 36 |
|