MENDUKUNG MISI DENGAN CARA YESUS
Mengapa Allah tidak segera menyediakan uang yang kita perlukan bagi
pekerjaan-Nya di atas muka bumi? Tentu Dia dapat menyuruh para
milyuner yang mengasihi-Nya untuk menuliskan selembar cek bernilai
besar untuk membiayai pemenuhan Amanat Agung. Dia tentunya juga
mampu membuat seseorang yang mengasihi-Nya dan bisa dipercayai,
untuk menemukan harta karun terpendam atau dalam sekejap
menjadikannya kaya supaya dapat memberikan hartanya bagi pekerjaan
Tuhan. Mengapa Tuhan tidak membuat seorang di antara mereka yang
dikasihi-Nya memenangkan undian sebesar Rp 20 milyar yang tiba-tiba
datang lewat surat?
Setiap orang di dalam pelayanan yang pernah bergumul sambil
mencucurkan air mata, yang bertanya-tanya bagaimana dia dapat pergi
memenuhi panggilan-Nya, pasti pernah menanyakan pertanyaan-
pertanyaan seperti ini. Dalam keputusasaannya, seorang misionaris
pernah berseru, "Kami tidak pernah memiliki cukup uang untuk
melakukan apa yang seharusnya kami lakukan. Seakan-akan Allah telah
mengikat tangan saya di belakang punggung saya dan kemudian menyuruh
saya melakukan pekerjaan sebesar itu. Sungguh tidak adil!"
Mengapa para misionaris harus membuat surat doa? Saya yakin setiap
misionaris kadang-kadang juga jengkel pada pekerjaan menulis surat
yang terus-menerus itu atau membuat surat doa bagi para sponsornya.
Pada akhirnya, sebagian besar dari mereka tidak pernah menuliskannya
kembali. Sebab, waktu satu atau dua hari yang disisihkan dalam satu
bulan untuk komunikasi semacam ini ternyata sia-sia saja.
Bagaimanapun, dengan sedikitnya pekerja yang terlibat dalam
pekerjaan Allah ini, beban pekerjaan menjadi terasa amat berat bagi
mereka. Jadi mengapa kita harus melakukan pekerjaan yang paling
penting di dunia dengan cara ini?
Kita perlu untuk mempunyai pikiran yang benar-benar mengerti cara
Allah melihat pelayanan dan uang. Dengan itu, kita akan mempunyai
kepedulian dalam melihat pekerjaan yang sedang dilakukan dan
bagaimana memperoleh uang untuk membuat tujuan kita tercapai.
Bagaimanapun, semua itu bertujuan bagi pekerjaan Allah, bukan?
Bagaimanapun, Tuhan mempunyai dasar yang jauh berbeda. Kepedulian-
Nya yang utama adalah untuk memulihkan hubungan -- antara kita dan
Dia dan antara kita dan sesama. Itulah sebabnya mengapa Dia
sedemikian rupa merancang semua ini, supaya kita dapat saling
bergandeng tangan secara finansial dalam melakukan pekerjaan-Nya.
Yesus memberikan teladan ini bagi kita. Dia membiayai Diri-Nya
sendiri dengan menjadi tukang kayu pada masa-masa awal kedewasaan-
Nya. Namun selama tiga tahun pelayanan-Nya sepenuh waktu, Dia dan
para murid-Nya memiliki "Yohana istri Khuza bendahara Herodes,
Susana dan banyak perempuan lain ... [untuk] melayani rombongan itu
dengan kekayaan mereka" (Lukas 8:3).
Ketika orang memberi bagi pekerjaan Tuhan, banyak hal yang ajaib
terjadi. Sebuah kisah dari New Orleans menggambarkan apa yang Allah
kerjakan lewat pemberian. Lisa yang berusia sepuluh tahun berhasil
memperoleh sejumlah uang dari penjualan barang-barang bekas. Tapi ia
tidak membelanjakan uang itu untuk membeli permen, mainan atau
pakaian. Lisa memutuskan untuk memberikannya kepada seorang
misionaris pelayanan kota dari YWAM bernama Chuck Morris, yang
melayani di daerah kumuh suatu kota. "Pakai ini untuk pekerjaan
misi," kata gadis belia itu, sambil menyerahkan uang itu ke tangan
Chuck.
Karena menyadari bahwa uang sebesar itu amat berarti bagi seorang
anak usia sepuluh tahun, Chuck dengan berhati-hati mempertimbangkan
di mana dia akan menginvestasikan uang itu. Kemudian dia teringat
tentang David, seorang laki-laki yang baru saja dipimpin Chuck
kepada Tuhan, yang mungkin tidak pernah memiliki kesempatan untuk
dapat menjumpai gadis belia itu. David tidak memiliki pekerjaan dan
tidur di sebuah taman kota. Ia ingin memperoleh sebuah pekerjaan,
tetapi tidak mampu mempunyai uang untuk ongkos pembuatan kartu
identitas yang diperlukan supaya dapat bekerja di Lousiana. Chuck
memutuskan untuk memakai uang Lisa guna mengurus kartu identitas
yang diperlukan David agar dia dapat memiliki rasa percaya diri
dalam mencari kerja.
Chuck lalu mengirimkan kepada Lisa sebuah potret David dan sepucuk
surat yang menjelaskan betapa pentingnya uang yang dia kirimkan bagi
David. Beberapa minggu kemudian, David juga menulis surat kepada
Lisa untuk mengucapkan terima kasih kepadanya dan memberitahu Lisa
bahwa dia telah memperoleh pekerjaan. Saat ini, Lisa berdoa secara
teratur bagi David, karena dia tahu bahwa pemberiannya kepada Tuhan
telah membuat suatu perubahan di dalam hidup seseorang.
Kisah di atas hanya sebuah kisah kecil di antara jutaan kisah lain,
tetapi kisah ini menggambarkan betapa Allah amat peduli terhadap
masalah keuangan. Intisari dari buku besar-Nya adalah relasi. Allah
menunjukkan kasih-Nya dengan memberi -- Dia tidak hanya memberikan
Putra tunggal-Nya lewat sebuah tindakan kedermawanan terbesar di
dalam sejarah, namun secara berkesinambungan, Dia juga memelihara
tiap-tiap kita.
Firman Allah memberitahu kita bahwa setiap pemberian yang baik
berasal dari Bapa Surgawi (Yak. 1:17). Sebagai gantinya, kita
menunjukkan kasih kita kepada-Nya dengan memberi kepada orang lain.
Pemberian kita tidak hanya memperkuat hubungan kasih kita dengan
Allah, tetapi pemberian tersebut juga mengikat hati kita dengan
orang yang menerimanya.
Pemberian dengan Ikatan Hati
Yesus memberitahu kita bahwa di mana harta kita berada, di situ hati
kita juga berada. Jika kita memberikan "harta" kita kepada orang-
orang tertentu dan pelayanan mereka, hati kita pun akan berada di
sana bersama mereka. Kita akan merasa bertanggung jawab untuk berdoa
bagi mereka, seperti Lisa kecil di dalam kisah dari New Orleans
tadi. Harta kita mungkin akan berada di belahan dunia yang lain, di
daerah yang mungkin tidak pernah kita kunjungi, tetapi kita akan
lebih dekat dengan orang-orang yang kita beri dan kepada apa yang
Allah lakukan di negara itu melalui pemberian kita. Inilah cara
Allah menempa dan memperkuat hubungan kita satu sama lain.
Hal yang tak kalah penting juga terjadi pada mereka yang menerima
suatu pemberian. Seringkali, kerendahan hati akan muncul lewat satu
tindakan pemberian. Bayangkan jika seseorang memberikan sesuatu
kepada Anda, dan Anda tahu bahwa untuk dapat memberikannya, ia harus
melewati suatu pengorbanan tertentu. Hal tersebut tentu akan membuat
Anda lebih berhati-hati dan tidak menyalahgunakan kepercayaan mereka
kepada Anda. Pengalaman seperti ini penting untuk dialami setiap
orang. Kebanggaan diri kita akan menyusut ketika kita menjadi
penerima pemberian kedermawanan orang yang kita tidak bisa
membalasnya. Kita hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada orang
itu dan berdoa agar Allah memberkatinya. Oleh karena itulah kita
lebih senang jika bisa mencukupi kebutuhan kita dengan usaha
sendiri.
Saya sering berbicara dengan para calon misionaris yang bercita-cita
untuk mampu membiayai perjalanan mereka sendiri. Tetapi di balik
keinginan mereka itu, saya merasa agak sedih. Sebab, jika mereka
dapat berhasil tanpa terlibat hutang karena mendapatkan jalan untuk
mendapatkan uang dari dana mereka sendiri, mereka akan kehilangan
hal buruk tetapi indah. Mereka akan melewatkan kesempatan untuk
merasakan ikatan yang menimbulkan kerendahan hati ketika seseorang
meletakkan uang ke dalam tangan Anda dan mengatakan bahwa Tuhan
menyuruhnya untuk memberikannya kepada Anda.
Ada suatu ikatan khusus yang akan terjalin antara Anda dan orang
yang memberikan uang itu kepada Anda. Anda akan peduli terhadapnya
dan Anda akan mendoakannya dengan cara yang berbeda. Anda secara
alami akan rindu membagikan berita tentang pelayanan Anda kepadanya,
dan melaporkan apa yang telah terjadi berkat pemberiannya dalam
pekerjaan Tuhan.
Semua hal ini terjadi karena metode Allah, agar kita saling memberi
di dalam Tubuh Kristus. Karena setiap pelayanan membutuhkan dana,
Dia telah menjamin bahwa kita akan selalu membutuhkan satu sama lain
dan hal itu akan selalu mempengaruhi hubungan kita. Ketika pada saat
yang bersamaan kebutuhan pelayanan itu akan dipenuhi, orang-orang
yang memiliki pekerjaan di kota besar dan kecil akan diperluas
visinya dan akan melihat dunia seperti Allah melihatnya -- semua
karena pemberian mereka dan laporan yang mereka terima kembali dari
para duta mereka di "luar sana". Dan doa akan dipanjatkan dari kedua
belah pihak, yang berarti melakukan peperangan rohani yang memang
diperlukan agar segala sesuatu dapat tercapai.
Tetapi jika dengan mudah Tuhan menyuruh suatu yayasan besar untuk
membiayai pekerjaan-Nya atau beberapa orang milyuner diminta
menuliskan cek dalam nilai yang besar, barangkali ini malah akan
menjadi lonceng kematian dari suatu pelayanan. Karena hal ini bisa
saja menyebabkan para misionaris dan gembala yang terlibat di
dalamnya tidak lagi bergantung sepenuhnya pada Tuhan, karena hal
terpenting yang mereka perlukan yaitu dana sudah cukup tersedia.
Padahal misionaris perlu lebih dari sekadar uang. Mereka membutuhkan
orang-orang yang mendukung mereka, berdoa bagi keluasan Kerajaan
Allah, dan melibatkan mereka dalam peperangan rohani melalui
pemberian dan doa syafaat.
Sumber:
Judul Buku : Berani Hidup di Saat Krisis
Judul Artikel : Mendukung Misi dengan Cara Yesus
Penulis : Loren Cunningham dan Janice Rogers
Penerbit : Yayasan Andi, Yogyakarta, 2000
Halaman : 119 - 125
e-JEMMi 48/2005