DITUGASKAN DI BABEL
Daniel adalah orang yang diperkenan oleh Tuhan (Daniel 9:23; 10:11,
19); kepadanya Tuhan menyingkapkan banyak dari rencana-Nya atas
umat-Nya. Meskipun demikian, Alkitab tidak mencatat adanya panggilan
Tuhan kepada Daniel yang sebanding dengan panggilan Tuhan kepada
Paulus, sang rasul. Tidak ada cahaya silau yang membuat Daniel
terjatuh ke tanah. Tidak ada suara menggelegar dari langit yang
mengatakan bahwa ia harus pergi ke Babel. Daniel dan teman-temannya
pindah ke Babel bukan karena mereka melihat adanya suatu kebutuhan
rohani di tanah asing itu. Tidak- - Daniel, Hananya, Misael, dan
Azarya adalah "korban" dari keadaan.
Nebukadnezar, raja Kerajaan Babel menyerang Yerusalem pada tahun
ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda. Kota itu ditaklukkan dan
Raja Nebukadnezar mengangkut banyak penduduknya, termasuk sejumlah
pemuda Yahudi yang cakap, lagi pintar; mereka ditugaskan untuk
melayani di istana kerajaannya. Jadi, bersama dengan para tawanan
lainnya, Daniel dan kawan-kawannya dimigrasikan ke Babel.
Perpindahan dari Yerusalem ke Babel ini sama sekali tidak tampak
seperti panggilan Tuhan. Tidak mirip dengan apa yang dialami
Yeremia. Kepada Yeremia Tuhan berkata,
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan,
Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau
menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5)
Mudah sekali bagi seorang Yahudi yang berada di pembuangan itu
berkata, "Kalau saja Allah memanggil saya seperti halnya Ia
memanggil Yeremia. Karena Allah memperbolehkan Yeremia tinggal di
Yerusalem, sedangkan saya digiring ke Babel, salah satu tempat yang
paling bejat di bumi. Pasti tidak banyak yang dapat saya lakukan
bagi Tuhan di tempat yang seperti ini."
Seandainya ada orang buangan di antara kaum Yahudi yang merasa tidak
dipanggil oleh Tuhan, ia tentunya melihat dengan mata jasmani, bukan
dengan mata iman. Siapakah sebetulnya yang mengangkut mereka ke
Babel? Apakah itu adalah tindakan Raja Nebukadnezar? (Yeremia 29:4,
BIS) Nebukadnezar hanyalah sebagai alat yang tepat. Tuhan sendirilah
yang memanggil kaum Yahudi ke Babel. Daniel, orang yang diperkenan
oleh Tuhan, ikut pergi bersama orang-orang Yahudi yang paling bejat.
Panggilan Paulus dan Yeremia yang terjadi secara dramatis itu
merupakan pengalaman yang kudus dan berharga, bukan karena sifatnya
dramatis, tetapi karena panggilan itu datang dan Tuhan. Tuhan yang
sama itu jugalah yang membawa orang-orang buangan ke Babel. Apakah
itu bukan panggilan? Jika tempat mereka dalam hidup ini ditentukan
oleh Tuhan juga, mungkinkah itu tidak kudus dan tidak berharga?
Tuhan kita yang kaya akan keberagaman memakai berbagai sarana untuk
menempatkan umat-Nya. Sebagian dari metode yang dipakai-Nya tampak
dramatis, sebagian lainnya biasa-biasa saja. Sebagian dipakai-Nya
setiap hari, yang lainnya hanya sekali-sekali. Seperti yang dialami
Daniel, panggilan terhadap orang-orang Kristen yang bekerja di
lapangan, di pabrik, atau di kantor datang melalui keadaan, bukan
melalui suatu kejadian istimewa. Dari sudut pandang mata jasmani,
pekerjaan seseorang tampaknya merupakan hasil suatu keadaan tertentu
yang alamiah. Meskipun demikian, Alkitab meyakinkan kita bahwa
Tuhanlah yang menyebabkan segala sesuatu bekerja sama untuk
mendatangkan kebaikan dalam kehidupan mereka yang mengasihi Dia.
Kita yang mengasihi Tuhan ditempatkan bukan karena rancangan
manusia, bukan juga sebagai hasil usaha kita mengatur keadaan,
tetapi sebagai hasil pekerjaan Tuhan. Tuhan memanggil kita menurut
maksud tujuan- Nya, bukan menurut maksud tujuan kita. Ada
kemungkinan kita tidak dapat mengerti mengapa Tuhan menaruh orang-
orang Kristen tertentu pada suatu kedudukan atau pekerjaan. Tetapi
pikiran Tuhan bukanlah pikiran kita, jalan-Nya pun bukan jalan kita.
Menurut pikiran manusia, tidaklah masuk akal untuk memanggil seorang
Kristen agar ia hidup kudus, tetapi lalu menempatkannya di
lingkungan yang tidak bertuhan. "Politik bukan untuk orang Kristen,"
begitulah yang sering dikatakan orang sewaktu-waktu. "Permainan yang
terlalu kotor."
Pernyataan seperti itu mencerminkan pandangan kebanyakan orang yang
sudah umum terdapat di antara umat Tuhan. Menurut pandangan itu
dunia begitu kotor, jadi harus sedapat mungkin dihindari. Pekerjaan
tertentu, yang walaupun sah, dipandang kotor dan tidak dapat tidak,
harus dijauhi. Jika demikian, hampir semua pekerjaan di dunia tampak
ada nodanya. Nama Tuhan bila disebut-sebut, dilakukan dengan
sembarangan. Rekan-rekan sekerja minum-minum terlalu banyak di pesta
kantor. Pembicaraan mereka cabul. Berlaku licik dan berbohong sudah
menjadi sesuatu yang biasa. Banyak perempuan berpakaian dengan cara
yang menggoda. Gosip beredar cepat sekali, dan permusuhan yang
mendalam dibungkus dengan senyum kepura-puraan. Ambisi yang egois
dan cinta uang mendorong mereka untuk saling sikut demi mencapai
kedudukan puncak. Semuanya ini dan banyak hal lainnya lagi dapat
ditemukan di tempat kerja yang biasa. Galatia 5:19-21 berbicara
tentang perbuatan daging dan dengan tepat menggambarkan keadaan di
pertokoan atau di kantor modern masa kini.
Di pihak lain, orang-orang yang berkecimpung dalam organisasi
Kristen, gereja, dan badan zending (badan misi) diharapkan untuk
hidup dalam suasana yang berbeda. Bekerja bahu membahu dengan orang-
orang Kristen lainnya tampak bersih ketimbang bekerja di lingkungan
dunia. Meninggalkan pekerjaan biasa dan bergabung dengan organisasi
Kristen tampak seperti meninggalkan daerah pertambangan untuk
bekerja di ruang operasi. Oleh karena itu, terjun ke dalam bidang
penginjilan atau bidang rohani adalah sesuatu yang lebih disarankan.
Begitulah pandangan kebanyakan orang. Mereka berpikir, tidakkah
Alkitab mengatakan bahwa ibadah yang murni adalah "menjaga supaya
diri [kita] sendiri tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27)?
Maka dari itu, orang-orang tertentu yang rindu menekuni hal-hal
rohani terdorong untuk masuk biara.
Melarikan diri dari dunia bukanlah rencana Tuhan bagi orang-orang
Kristen. Kita tidak bebas dari dunia -- kita harus mengatasinya.
Dunia bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi justru merupakan
tempat di mana kita ditugaskan. Alkitab menyatakan hal itu dengan
jelas sekali. Ketika Yesus berdoa bagi para pengikut-Nya, la
berkata, "Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari
dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka daripada yang jahat."
(Yohanes 17:15). Dalam suratnya yang mula-mula kepada jemaat di
Korintus, Paulus menasihati agar mereka tidak bergaul dengan orang-
orang Kristen yang hidupnya tidak bermoral. Di kemudian hari ia
harus menjelaskan apa yang dimaksudkannya, karena tampaknya ada
sebagian orang yang mengira bahwa mereka harus menjauhkan diri dari
orang-orang non Kristen yang tidak bermoral. Ia menjelaskan, "Dalam
suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan
orang-orang cabul. Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang
cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan
penipu atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian
kamu harus meninggalkan dunia ini" (1Korintus 5:9-10). Tak pelak
lagi, menjauhi dunia bukanlah cara yang dianjurkan Paulus untuk
mengalahkan dunia.
Pola kita sudah ditentukan. Ketika Allah Bapa menyediakan sebuah
tubuh bagi Yesus, Anak-Nya, Ia mengutus tubuh itu ke dalam dunia.
Dewasa ini gereja adalah tubuh Yesus di bumi. Tubuh ini diutus ke
dalam dunia, bukan ke suatu tempat kudus yang aman dan terlindung,
tetapi ke dalam dunia yang bejat akhlaknya. Dunia abad kedua puluh
ini sudah menjadi begitu kompleks. Di dalamnya terdapat "dunia-
dunia". Kita berbicara tentang "dunia perbankan dan keuangan", atau
"dunia permobilan", atau "dunia" pemerintah dan dunia usaha.
Panggilan ke dalam dunia masa kini tidak terlepas dari semua
komponen planet ini yang rumit. Dunia ini tampak terlalu berpolusi
untuk menjadi tempat tinggal orang-orang Kristen, tetapi kita tidak
ditentukan untuk dikalahkan. "Janganlah kamu kalah terhadap
kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Roma
12:21). Yesus sudah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33). Dan Ia
mengharapkan agar kita melakukan hal yang sama. "Sebab semua yang
lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang
mengalahkan dunia: iman kita. Siapakah yang mengalahkan dunia,
selain daripada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?
(1Yohanes 5:4,5).
Daniel mengalahkan dunia sekalipun ia diutus ke Babel. Tidak ada
banyak hal yang menarik bagi Daniel di Babel. Ia melihat menu
makanan istana sebagai sesuatu yang menajiskan dia (Daniel 1:8). Di
sekitar dia ada banyak ahli sihir, astrolog, dan ahli jampi (2:2),
yang kegiatannya dengan tegas dilarang oleh Hukum Tuhan (Ulangan
18:10-12). Sementara rekan-rekannya mengkhianatinya (6:4-9), minum-
minum sampai mabuk dan menyembah berhala (5:1-4).
Supervisor Daniel bermacam-macam, dari yang ketakutan (1:10) sampai
yang angkuh (4:30) dan yang mudah tertipu (6:6-9). Babel bukanlah
firdaus bagi orang Yahudi yang penuh pengabdian dan yang rindu
melayani Tuhan dengan segenap hati ini.
Namun ke sanalah (ke Babel) Daniel diutus. Bukan ke kota yang kudus,
tetapi yang penuh dengan keangkuhan dan keduniawian. Pekerjaannya
bahkan membawanya ke ajang politik praktis. Tetapi Daniel tidak
terpolusi oleh kebejatan moral di sekelilingnya. Ia mengalahkan
dunia, bukan sesudah ia memindahkan dirinya ke suatu lingkungan yang
suci, tetapi sewaktu ia sedang bekerja di tengah- tengah lingkungan
yang bejat itu. (Pekerjaan Daniel mengharuskan dia berada di dunia
yang dikelilingi kebejatan moral, tetapi pekerjaannya itu sendiri
merupakan sesuatu yang benar. Tentu saja ada beberapa jenis
pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan oleh orang Kristen.
Pekerjaan kita dan tujuannya harus tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar dari Tuhan.)
Bagi Daniel, dipisahkannya dia dari dunia terjadi di dalam hatinya.
Yang dipisahkan dari pengaruh dunia dan bukan fisiknya. Lama sebelum
zaman Daniel, Nabi Yesaya menulis: "Keluarlah dari Babel, larilah
dari Kasdim!" (Yesaya 48:20). Daniel tidak berusaha pindah dari
Babel, tetapi dalam rohnya ia menuruti perintah itu yang dari Tuhan.
Alkitab menyatakan bahwa Daniel
"Berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja
dan dengan anggur yang biasa diminun raja; dimintanyalah kepada
pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan
dirinya" (Daniel 1:8).
Keputusan itu terwujud di dalam hati Daniel. Melalui iman kepada
Tuhan ia mengalahkan kejahatan dengan kebaikan -- sekalipun saat itu
ia sedang sepenuhnya berurusan dengan dunia dalam bidang
pekerjaannya.
Babel pada zaman sekarang ini sebejat Babel pada zaman Daniel.
Orang-orang modern masih mengejar kebesaran dan kekuasaan tanpa
mempedulikan kekudusan. Masih ada banyak kesempatan di lapangan
kerja untuk menuruti keinginan daging. Tetapi orang yang menyadari
bahwa sifat kedagingannya sudah disalibkan bersama-sama Kristus,
memandang berbagai kesempatan itu sebagai rintangan, bukan sebagai
sesuatu yang mempunyai daya tarik.
Kalau begitu, hal apakah yang menyebabkan seseorang yang rohani
mengambil pekerjaan dalam sistem dunia ini yang bejat akhlaknya?
Perintah dari sang Raja. Perintah itu sendiri merupakan motivasi
yang kuat. Di sinilah letak perbedaan motivasinya. Bertanyalah
kepada orang-orang duniawi, mengapa mereka bekerja. Ada yang akan
berkata, "Saya bekerja untuk uang." Yang lain mungkin berkata, "Saya
bekerja untuk memperoleh kebanggaan. Pekerjaan saya seumpama batu
loncatan untuk mencapai kedudukan yang semakin tinggi dan
berpengaruh di dunia ini. Anda juga dapat menemukan orang yang
bekerja keras dan sungguh-sungguh untuk membangun suatu masyarakat
yang lebih baik, untuk memulihkan keadaan sosial yang rapuh, atau
untuk meringankan penderitaan manusia. Amatilah baik-baik, dan Anda
akan menemukan Babel dalam setiap motivasi yang berpusatkan dunia.
Apa yang membuat orang kepunyaan Tuhan melakukan pekerjaannya yang
biasa itu hari demi hari? Uang? Ketenaran? Usaha mendirikan firdaus
di bumi ini? Tuhan Yesus dengan tegas berkata, "Tetapi carilah
dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Dalam bidang pekerjaan kita,
seperti dalam bidang lainnya, kita melayani untuk menyenangkan hati-
Nya, bukan untuk menyenangkan diri kita sendiri. Raja kita mempunyai
masalah di planet ini. Kehendak-Nya terjadi di surga, tetapi jarang
terjadi di muka bumi ini. Ia sedang merekrut orang-orang yang
mengizinkan kehendak-Nya yang benar itu memerintah atas mereka.
Bilamana la menemukan orang-orang seperti itu, sang Raja akan
menempatkan mereka secara strategis di sini dan di sana di seluruh
dunia menurut rancangan-Nya sendiri.
Babel dan segala yang mewakili Babel adalah sesuatu yang memuakkan
Tuhan -- kekejian di mata Tuhan (Wahyu 17:4, 5). Meskipun demikian,
Ia berani mengutus umat pilihan-Nya ke tengah-tengah ketidak kudusan
itu. Sungguh mengherankan bila dipandang dari sudut logika manusia,
Tuhan mengutus kebanyakan umat-Nya untuk melakukan pekerjaan biasa.
Itu pilihan utamanya bagi hidup mereka. Salah satu sebab mengapa
Paulus melakukan usaha dagang ialah: "karena kami mau menjadikan
diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti" (2Tesalonika 3:9).
Setiap kita harus bergantung pada Roh Kudus bila hendak menemukan
panggilan Tuhan bagi kita pribadi. Kalau Tuhan menghendaki Anda
sepenuhnya melakukan pekerjaan dalam bidang rohani, taatilah Dia.
Kalau Tuhan memandang Anda untuk melakukan pekerjaan biasa, juga
taatilah Dia dengan senang hati. Terjun ke bidang pekerjaan rohani
bukan sesuatu yang menunjukkan tingkat pengabdian seseorang kepada
Kristus. Tuhan mengkhususkan sebagian orang untuk melakukan
pekerjaan penginjilan, dan la juga mengkhususkan sebagian lainnya
untuk menghasilkan buah dalam pekerjaan biasa.
Bagi mereka yang bersusah hati karena merasa bahwa pekerjaannya
sehari-hari tidak berarti bagi Kerajaan Tuhan, dapat memperoleh
penghiburan dari pelajaran kehidupan Daniel. Pekerjaan Daniel dalam
pemerintahan diperolehnya melalui keadaan yang memungkinkan dia
mendapat kesempatan ke arah sana. Dan ia tidak berusaha untuk
meningkatkan kedudukannya di hadapan Tuhan dengan jalan semakin
banyak melakukan pekerjaan rohani. Daniel belum pernah membaca surat
Paulus kepada jemaat di Korintus, namun tindakannya itu sesuai
dengan perintah,
"Hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah
ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu
ia dipanggil Allah ...." (1 Korintus 7:17)
Daniel ditugaskan di Babel. Dan di situlah ia tinggal ....
Bahan diedit dari sumber:
Judul Buku : Pekerjaan Sekuler adalah Pelayanan Sepenuh Waktu
Judul Artikel: Ditugaskan di Babel
Penulis : Larry Peabody
Penerbit : Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999
Halaman : 37 - 50
e-JEMMi 40/2005